Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

  • Allah ta'ala berfirman :

    Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadalah : 11).

  • Allah ta'ala berfirman :

    Tanyalah ahli ilmu jika kamu tidak tahu (QS Al Anbiya : 7).

  • Sa'id bin Jubair berkata :

    Seseorang senantiasa dikatakan berilmu selama dia terus menuntut ilmu, jika dia berhenti menuntut ilmu karena merasa tidak butuh lagi dan merasa cukup dengan ilmu yang dia miliki maka dia termasuk orang yang paling bodoh.

  • Nabi saw bersabda :

    Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka dia akan difahamkan di dalam ilmu agama.

Selasa, 31 Oktober 2023

(95) SUNNAH MEMPERHATIKAN DEBU DI ATAS ANGGOTA WUDHU

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭﺗﻌﻬﺪ ﻣُﻮْﻕٍ) ﻭﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺎﺋﻞ ﻛﺮﻣﺺ ﻭﺟﺐ ﺇﺯاﻟﺘﻪ

Dan (disunnahkan) memperhatikan debu. Apabila ada di atas anggota wudhu yang menghalangi (sampainya air kepada anggota wudhu) seperti kotoran mata, maka wajib menghilangkannya

ﻭﻳﺴﻦ ﺃﻥ ﻳﺤﺮﻙ ﺧﺎﺗﻤﻪ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺎء ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺗﺤﺘﻪ ﺑﺪﻭﻥ اﻟﺘﺤﺮﻳﻚ ﻭﺇﻻ ﻭﺟﺐ ﺗﺤﺮﻳﻜﻪ

Dan disunnahkan menggerakan cincinnya apabila adanya air sampai kepada bagian di bawah cincin tanpa menggerakkan, dan jika tidak demikian, maka wajib menggerakkannya.

 

Halaman : 25

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(94) SUNNAH MUWALAH

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭﻭِلَاءٌ) ﺑَﻴْﻦَ ﺃﻋﻀﺎء اﻟﻮﺿﻮء ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳَﺠِﻒُّ اﻟﻌﻀﻮ اﻷﻭﻝ ﻗﺒﻞ اﻟﺸﺮﻭﻉ ﻓﻲ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻊ اﻋﺘﺪاﻝ اﻟﺮِّﻳﺢ ﻭﻃﺒﺎﺋﻊ اﻟﺸﺨﺺ ﻧﻔﺴﻪ ﻭاﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭاﻟﺰﻣﺎﻥ ﻓﻠﻮ ﺧﺮﺝ ﻭاﺣﺪ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻋﻦ اﻻﻋﺘﺪاﻝ ﻗﺪﺭ اﻋﺘﺪاﻟﻪ

dan (disunnahkan) berturut-turut (tanpa jeda yang lama) antara anggota-anggota wudhu, sekiranya tidak kering anggota yang awal sebelum memulai yang kedua, disertai (keadaan) normalnya angin, tabiat-tabiat diri seseorang, tempat dan waktu. Jika telah keluar salah satu dari yang demikian itu dari keadaan normal maka ia mengira-mengira kenormalannya

ﻭﻳﻘﺪﺭ اﻟﻤﻤﺴﻮﺡ ﻣﻐﺴﻮﻻ

dan ia mengira-ngira yang diusap seperti keadaan yang di basuh

ﻫﺬا ﻓﻲ ﻭﺿﻮء اﻟﺴﻠﻴﻢ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ اﻟﻮﻗﺖ ﻭاﺳﻌﺎ

hal ini di dalam wudhu orang yang selamat _(dari keadaan darurat)_ apabila adanya waktu masih leluasa.

ﺃﻣﺎ ﻭﺿﻮء ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻓﺘﺠﺐ ﻓﻴﻪ اﻟﻤﻮاﻻﺓ ﻭﻛﺬا ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻠﻴﻢ ﻋﻨﺪ ﺿﻴﻖ اﻟﻮﻗﺖ

adapun wudhu orang yang di dalam keadaan darurat, maka wajib di dalamnya muwalah (berturut-turut tanpa jeda yang lama), dan sama halnya orang yang selamat ketika sempit waktu.

 

Halaman : 25

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(93) SUNNAH MENDAHULUKAN SEBELAH KANAN

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭَﺗﻴﺎﻣﻦٌ) ﺇﻻ ﻓﻲ اﻟﻜﻔﻴﻦ ﺃﻭﻝ اﻟﻮﺿﻮء ﻭاﻟﺨَﺪَّﻳْﻦِ ﻭاﻷﺫﻧﻴﻦ ﻟﻐﻴﺮ ﺃﻗﻄﻊ ﻭﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﺑﻴﺪ ﻭاﺣﺪﺓ

Dan mendahulukan sebelah kanan, kecuali di dalam kedua telapak tangan pada awal wudhu bagi selain orang yang putus tangannya dan orang yang diciptakan dengan satu tangan.

(Sunnah tayamun/mendahulukan sebelah kanan tidak dapat dilakukan oleh orang yang putus sebelah tangannya karena kecelakaan misalkan dan orang yang terlahir dengan satu tangan).

 ﻭﻳﺴﻦ ﺑَﺪَاءَﺓٌ ﻓﻲ اﻟﻮﺟﻪ ﺑﺄﻋﻼﻩ ﻭﻓﻲ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺑﺎﻷﺻﺎﺑﻊ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ اﻟﻮﺿﻮء ﺑﺎﻟﺼﺐ ﻣﻦ اﻟﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﺣَﻨَﻔَﻴَّﺔٍ ﻭﺇﻻ ﺑﺪﺃ ﻓﻲ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﻤِﺮْﻓَﻘﻴﻦ ﻭﻓﻲ اﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺑﺎﻟﻜﻌﺒﻴﻦ ﻭﻳﺒﺪﺃ ﻓﻲ اﻟﺮﺃﺱ ﺑﻤﻘﺪﻣﻪ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ

dan yang disunnahkan permulaan pada wajah dengan bagian atas wajah dan pada kedua tangan, kedua kaki dengan jari-jari jika bukan adanya wudhu dengan mengalirkan air dari orang lain atau dari semisal keran, jika tidak demikian maka memulai pada kedua tangan dengan kedua siku dan pada kedua kaki dengan dua mata kaki dan memulai pada kepala dengan bagian depannya sebagaimana penuturan yang sudah mendahlui.

(Dibedakan bagian mana yang didahulukan antara wudhu dengan kran air dan tanpa kran air. Jika tanpa keran air, maka air harus disiuk dengan kedua telapak tangan, sehingga disunnahkan yang pertama terbasuh diawali pada bagian tangan dan kaki adalah jari-jari. Lain halnya jika wudhu dengan kran air, maka yang pertama terbasuh pada kedua tangan diawali pada bagian kedua siku dan pada kaki diawali bagian kedua mata kaki).

 

Halaman : 25


Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(92) SUNNAH MENGULANG 3 KALI

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syakh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭﺗﺜﻠﻴﺚ ﻛﻞ) ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ اﻷﻗﻮاﻝ ﻭاﻷﻓﻌﺎﻝ

Dan (disunnahkan) mengulang 3 kali  tiap-tiap dari apa yang sudah dituturkan dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan.

ﻓﻼ ﺑﺪ ﺃﻥ ﻳﻘﻊ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﻣﻐﺴﻮﻝ ﻭﻣﻤﺴﻮﺡ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻞ ﻭاﺣﺪ ﻓﺈﻳﺼﺎﻝ اﻟﻤﺎء ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻣﺤﺎﻭﻟﺔ ﺗﻌﻤﻴﻢ ﻻ ﺗَﻜْﺮَاﺭ

Maka tidak boleh tidak pengulangan 3 kali yang dibasuh dan yang diusap pada letak yang sama, maka menyampaikan air untuk letal selainnya adalah upaya meratakan air bukan pengulangan.

(Syarat dikatakan mengulang adalah membasuh atau mengusap pada letak yang sama. Jika untuk letak selainnya maka tidak dihitung mengulang, melainkan upaya untuk meratakan air di seluruh permukaan anggota wudhu. Misalkan basuhan pertama pada letak sebagian tangan, kemudian basuhan kedua pada letak berbeda di bagian tangan yang lain, maka yang demikian bukan mengulang, tapi upaya meratakan air di atas anggota wudhu sehingga anggota wudhu terbasuh seluruhnya).

ﻭﻻ ﻳﺠﺰﻯء ﺗﺜﻠﻴﺚ ﻋﻀﻮ ﻗﺒﻞ ﺇﺗﻤﺎﻡ ﻭاﺟﺐ ﻭﻻ ﺑﻌﺪ ﺗﻤﺎﻡ اﻟﻮﺿﻮء

Dan Tidak mencukupi pengulangan 3 kali anggota sebelum menyempurnakan yang wajib, dan (sama halnya) tidak mencukupi sesudah sempurna wudhu.

ﻭﻟﻮ ﺗﻮﺿﺄ ﻣﺮﺓ ﻣﺮﺓ ﺛﻢ ﺃﻋﺎﺩ ﻛﺬﻟﻚ ﻟﻢ ﺗﺤﺼﻞ ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺘﺜﻠﻴﺚ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ اﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻫﻮ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ

Dan seandainya ia berwudhu (sampai selesai) sekali, 2 kali, kemudian mengulang seperti yang demikian (yang ke 3 kali),  maka tidak tercapai fadhilah pengulangan 3 kali, sebagaimana telah mengatakan demikian Asy Syaikh Abu Muhamad, dan yang demikian adalah pendapat mu'tamad.

ﻭﺣﻜﻢ ﻫﺬﻩ اﻹﻋﺎﺩﺓ اﻟﻜﺮاﻫﺔ

dan hukum pengulangan ini adalah makruh.

(Maksudnya mengulang wudhu setelah sempurna wudhu/selesai wudhu)

ﻓﻼ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻧﻪ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﻓﺎﺳﺪﺓ ﻓﺘﺤﺮﻡ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻡ ﻣﻊ ﺃﻥ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻭاﻟﺜﺎﻟﺚ ﺑﻌﺪ ﺗﻤﺎﻡ اﻟﻮﺿﻮء ﻭﻗﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﻷﻥ اﻟﺮﻭﻳﺎﻧﻲ ﻭاﻟﻔﻮﺭاﻧﻲ ﻗﺎﻻ ﺑﺤﺼﻮﻝ اﻟﺘﺜﻠﻴﺚ ﺑﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﺷﺒﻬﺔ ﺩاﻓﻌﺔ ﻟﻠﺘﺤﺮﻳﻢ

maka tidak dikatakan bahwa yang demikian adalah ibadah yang rusak lalu diharamkan. Dan pastinya tidak diharamkan disertai pengulangan yang kedua dan yang ketiga sesudah sempurna wudhu dan sebelum shalat, karena Ar Ruyani dan Al Furoni keduanya berkata dengan tercapainya sunnah mengulang 3 kali dengan cara demikian dan pendapat demikian adalah syubhat yang meniadakan pengharaman.

 

Halaman : 24


Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(91) SUNNAH MENGURAI SELA SELA JARI

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭﺗﺨﻠﻴﻞ ﻟﺤﻴﺔ ﻛﺜﺔ) ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺷﻌﺮ ﻳﻜﺘﻔﻲ ﺑﻐﺴﻞ ﻇﺎﻫﺮﻩ

dan mengurai jenggot yang lebat dan semisalnya dari setiap rambut yang dicukupkan dengan membasuh bagian dzohirnya.

ﻭﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﺃﻥ ﻳُﺪﺧﻞَ ﺃﺻﺎﺑﻌﻪ ﻣﻦ ﺃﺳﻔﻞ اﻟﻠﺤﻴﺔ ﻟﻴﺼﻞ اﻟﻤﺎء ﺇﻟﻰ ﺑﺎﻃﻨﻬﺎ

dan tatacaranya dengan memasukkan jari jarinya dari bawah jenggot agar air sampai ke bagian batin jenggot

 (ﻭ) ﺗﺨﻠﻴﻞ (ﺃﺻﺎﺑﻊ) اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ اﻟﻤﺎء ﻳﺼﻞ ﺑﺪﻭﻥ اﻟﺘﺨﻠﻴﻞ ﻭﺇﻻ ﻭﺟﺐ

dan _(sunnah pula hukumnya)_ mengurai jari-jari kedua tangan dan kedua kaki jika air bisa sampai tanpa mengurai. Jika tidak bisa sampai, maka wajib (hukumnya).

ﻓﺘﺨﻠﻴﻞ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﺘﺸﺒﻴﻚ ﺑﺄﻱ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﻛﺎﻧﺖ ﺑﺄﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﺃﺻﺎﺑﻊ ﺇﺣﺪﻯ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻲ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻷﺧﺮﻯ

Mengurai jari-jari kedua tangan dengan At Tasbik, dengan cara bagaimanapun, yaitu dengan memasukkan jari-jari salah satu tangannya ke dalam sela sela jari-jari tangan yang lain.

ﺳﻮاء ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻭﺿﻊ ﺇﺣﺪﻯ اﻟﺮاﺣﺘﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻷﺧﺮﻯ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ

sama saja di dalam yang demikian itu, ia meletakkan salah satu dari kedua telapak tangan di atas yang lain atau selain dari yang demikian

ﻟﻜﻦ اﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﻀﻊ ﺑﻄﻦ اﻟﻜﻒ اﻟﻴﺴﺮﻯ ﻋﻠﻰ ﻇُﻬﺮ اﻟﻴﻤﻨﻰ ﻭﻳﺨﻠﻞ ﺃﺻﺎﺑﻌﻪ ﺛﻢ ﻳﻀﻊ ﺑﻄﻦ اﻟﻴﻤﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ اﻟﻴﺴﺮﻯ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﻛﺬﻟﻚ

akan tetapi lebih utama dengan meletakkan telapak tangan kiri di atas punggung tangan kanan dan mengurai sela sela jari-jarinya kemudian meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan melakukan seperti yang demikian

ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻓﻲ ﺗﺨﻠﻴﻞ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺨِﻨْﺼَﺮ اﻟﻴﺪ اﻟﻴﺴﺮﻯ ﻣﺒﺘﺪﺋﺎ ﺑﺨﻨﺼﺮ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻴﻤﻨﻰ ﻣﺨﺘﺘﻤﺎ ﺑﺨِﻨْﺼَﺮ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻴﺴﺮﻯ

dan yang paling utama di dalam mengurai sela-sela jari-jari kedua kaki yaitu dengan jari kelingking tangan yang diawali dari jari kelingking kaki kanan dan diakhiri dengan jari kelingking kaki kiri

ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺑﺨﻨﺼﺮ ﻣﻦ ﺧﻨﺼﺮ ﺇﻟﻰ ﺧﻨﺼﺮ

maka adanya yang demikian dengan jari kelingking (tangan) dari jari kelingking (kaki) ke jari kelingking (kaki).

 

Halaman : 24

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(90) SUNNAH MENGGOSOK ANGGOTA WUDHU

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 


(ﻭﺩﻟﻚ ﺃﻋﻀﺎء)

Dan mengosok anggota-anggota (wudhu)

ﻭﻫﻮ ﺇﻣﺮاﺭ اﻟﻴﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻋَﻘِﺐَ ﻣﻼﻗﺎﺗﻬﺎ ﻟﻠﻤﺎء ﺃﻭ ﻣﻌﻬﺎ ﻓﺮاﺭا ﻣﻦ ﺧﻼﻑ ﻣﻦ ﺃﻭﺟﺒﻪ

Dan yang demikian adalah melewatkan tangan di atas anggota-anggota wudhu, sesaat sesudah saling bertemu anggota-anggota wudhu dengan air atau menyertainya, agar keluar dari perbedaan pendapat ulama yang mewajibkannya.

(Terkadang perbedaan pendapat di antara para ulama ketika ada yang mewajibkan dijadikan landasan untuk menghukumi sunnah. Sehingga sama sama melakukan apa yang dikehendaki. Karena keluar dari perbedaan pendapat itu lebih utama).

ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ اﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ اﻟﻌﻘﺐ ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺸﺘﺎء

dan seyogyanya bersungguh-sungguh di dalam yang demikian pada tumit, terlebih di musim dingin.

(Tumit tempat letak berkumpulnya kotoran, sehingga seyogyanya menggosoknya dengan sungguh-sungguh terlebih dimusim dingin atau musim hujan karena jalanan becek dan zaman dahulu jalan itu tidak di aspal, masih tanah. Sehingga berjalan di tanah basah membuat kaki penuh kotoran)

 

Halaman : 24

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(89) SUNNAH MENGUSAP KEDUA TELINGA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


  

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻭ) ﺑﻌﺪ اﻟﺮﺃﺱ ﻣﺴﺢ (اﻷﺫﻧﻴﻦ) ﻇﺎﻫﺮا ﻭﺑﺎﻃﻨﺎ ﺑﻤﺎء ﺟﺪﻳﺪ

Dan sesudah kepala, mengusap dua telinga bagian dzohir dan bathin dengan air yang baru

ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻓﻲ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﻣﺴﺤﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﻣُﺴَﺒِّﺤَﺘﻴﻪ ﻓﻲ ﺻِﻤَﺎﺧَﻴﻪ ﻭﻳُﺪﻳﺮَﻫﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎﻃﻒ ﻭﻳﻤﺮ ﺇﺑﻬﺎﻣﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮ ﺃﺫﻧﻴﻪ

Dan yang paling utama di dalam tatacara mengusap keduanya dengan memasukkan kedua jari telunjuknya dan memutar-mutar keduanya di dalam daun telinga dan melewatkan kedua  jempolnya di atas bagian dzohir kedua telinganya.

 ﻭﻳﺴﻦ ﻏﺴﻞ اﻷﺫﻧﻴﻦ ﻣﻊ ﻏﺴﻞ اﻟﻮﺟﻪ ﺛﻼﺛﺎ ﻣﺮاﻋﺎﺓ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺄﻧﻬﻤﺎ ﻣﻦ اﻟﻮﺟﻪ

dan disunnahkan membasuh kedua telinga menyertai membasuh wajah 3 kali untuk jaga jaga karena ada pendapat bahwa kedua telinga adalah bagian dari wajah.

ﻭﻳﺴﻦ ﻣﺴﺤﻬﻤﺎ ﻣﻊ اﻟﺮﺃﺱ ﺛﻼﺛﺎ ﻣﺮاﻋﺎﺓ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺄﻧﻬﻤﺎ ﻣﻦ اﻟﺮﺃﺱ

dan disunnahkan mengusap kedua telinga menyertai kepala 3 kali untuk jaga jaga karena ada pendapat bahwa kedua telinga adalah bagian dari kepala.

ﻭﺑﺎﻟﻜﻴﻔﻴﺔ اﻟﻤﺘﻘﺪﻣﺔ ﺛﻼﺛﺎ ﻣﺮاﻋﺎﺓ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺄﻧﻬﻤﺎ ﻋﻀﻮاﻥ ﻣﺴﺘﻘﻼﻥ ﻻ ﻣﻦ اﻟﻮﺟﻪ ﻭﻻ ﻣﻦ اﻟﺮﺃﺱ ﻭﻫﻮ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ

dan dengan tatacara yang sudah dituturkan di depan 3 kali karena pendapat yang mengatakan bahwa kedua telinga adalah dua anggota yang berdiri sendiri bukan bagian dari wajah dan bukan dari kepala, dan yang demikian adalah pendapat yang mu'tamad.

ﻭﻳﺴﻦ ﺃﻥ ﻳﻤْﺴَﺤﻬﻤﺎ ﺛﻼﺛﺎ اﺳﺘﻈﻬﺎﺭا ﺑﺄﻥ ﻳﻀﻊ ﻛﻔﻴﻪ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺒﻠﻮﻟﺘﺎﻥ ﻋﻠﻰ اﻷﺫﻧﻴﻦ

dan disunnahkan mengusap kedua telinga 3 kali karena kehati-hatian dengan meletakkan kedua telapak tangannya dan keduanya adalah yang dibasahi, (diletakkan) di atas kedua telinga.

ﻓﺠﻤﻠﺔ ﻣﺎ ﻳﺴﻦ ﻓﻴﻬﻤﺎ اﺛﻨﺘﺎ ﻋﺸﺮﺓ ﻣﺮﺓ

Maka jumlah apa-apa yang disunnahkan (terkait mengusap) kedua telinga  ada 12 kali.

 

Halaman : 24

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(88) HUKUM MENGUSAP DI ATAS IMAMAH

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN 

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﻧﺤﻮ ﻋﻤﺎﻣﺔ ﻛﺨِﻤَﺎﺭ ﻭﻗَﻠَﻨْﺴُﻮَﺓ ﻭﻟﻢ ﻳُﺮﺩ ﺭﻓﻊ ﺫﻟﻚ ﻛﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﺴﺢ ﻋﻠﻴﻪ

Jika ada di atas kepalanya semisal imamah seperti tudung kepala dan  kopiah dan ia tidak berkehendak mengangkat yang demikian, maka sempurna (pahala wajib dan sunnah) dengan mengusap di atasnya.

ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﺒﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﺙ ﻟﻜﻦ ﺑﺸﺮﻭﻁ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻤﺎﻣﺔ ﺃﻭ ﻧﺤﻮﻫﺎ ﻧﺠﺎﺳﺔ ﻭﻟﻮ ﻣﻌﻔﻮا ﻋﻨﻬﺎ ﻛﺪﻡ اﻟﺒﺮاﻏﻴﺚ

Sekalipun pemakaiannya di atas hadats, akan tetapi dengan syarat-syarat tidak ada di atas imamah atau semisalnya najis, sekalipun najis yang dimaafkan seperti darah kutu

ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﺎﺻﻴﺎ ﺑﺎﻟﻠﺒﺲ ﻟﺬاﺗﻪ ﻛﺄﻥ ﻟﺒﺴﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﻣَﺤْﺮَﻡ ﻟﻐﻴﺮ ﻋﺬﺭ

dan bukan yang bermaksiat dengan sebab pemakaian karena dzatnya seperti memakai imamah dan dia adalah yang diharamkan tanpa ada udzur.

(contohnya memakai imamah yang terbuat dari sutra atau imamah curian, sehingga orang yang memakai imamah itu adalah orang yang maksiat kepada Allah, maka dia tidak dapat mengusap di atas imamahnya).

 ﻭﺃﻥ ﻳﺒﺪﺃ ﺑﻤﺴﺢ اﻟﻘﺪﺭ اﻟﻮاﺟﺐ ﻣﻦ اﻟﺮﺃﺱ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻓﻮﻕ اﻟﻌﻤﺎﻣﺔ ﻃَﻴْﻠَﺴَﺎﻥ ﻛﻔﻰ اﻟﻤﺴﺢ ﻋﻠﻴﻪ

dan memulai dengan mengusap kadar yang wajib (di usap) dari kepala sekalipun ada di atas imamah thoilasan, maka cukup mengusap di atasnya.

(maka tidak sah bagi perempuan yang hanya mengusap di atas jilbabnya tanpa di awali mengusap sebagian kepala. Akan tetapi jika perempuan menghendaki meringkas dengan mengerjakan yang wajib saja tanpa harus membuka jilbab, maka boleh baginya dengan mengusap sebagian kepala bagian belakang sekalipun hanya sedikit, sehingga ia tidak perlu melepas jilbabnya)

 

Halaman : 24

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(87) TATACARA MENGUSAP KEPALA

KAJIAN FIQIH 

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

ﻭَاﻟﺴُّﻨَّﺔُ ﻓِﻲْ ﻛَﻴْﻔِﻴَّﺘِﻪِ

Dan sunnah di dalam tatacara nya :

(Maksudnya tatacara mengusap seluruh bagian kepala)

 ﺃَﻥْ ﻳَﻀَﻊَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَُﻘَﺪَّﻡِ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﻳُﻠْﺼِﻖَ ﺳَﺒَّﺎﺑَﺘَﻪُ ﺑِﺎلْأُﺧْﺮَﻯ ﻭَﻳَﻀَﻊَ ﺇِﺑْﻬَﺎﻣَﻴْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺻَﺪْﻏَﻴْﻪِ ﺛُﻢَّ ﻳَﺬْﻫَﺐُ ﺑِﺄَﺻَﺎﺑِﻌِﻪِ ﻏَﻴْﺮِ الإِﺑْﻬَﺎﻣَﻴْﻦِ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﻔَﺎﻩُ ﺛُﻢَّ ﻳَﺮَﺩُّﻫَﺎ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻤَﻜَﺎﻥِ اﻟَّﺬِﻱْ ﺫَﻫَﺐَ ﻣِﻨْﻪُ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺷَﻌْﺮٌ ﻳَﻨْﻘَﻠِﺐُ ﻟِﻴَﺼِﻞَ اﻟْﺒَﻠَﻞُ ﻟِﺠَﻤِﻴْﻌِﻪِ ﻭَﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﻳَﻜُﻮْﻥُ اﻟﺬَﻫَﺎﺏُ ﻭَاﻟﺮَﺩُّ ﻣَﺴْﺤَﺔً ﻭَاﺣِﺪَﺓً ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﺗَﻤَﺎﻡِ اﻟْﻤَﺴْﺤَﺔِ ﺑِﺎﻟﺬَّﻫَﺎﺏِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﺷَﻌْﺮٌ ﻳَﻨْﻘَﻠِﺐُ ﻟِﻘَﺼْﺮِﻩِ ﺃَﻭْ ﻋَﺪَﻣِﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَرَﺩَّ ﻟِﻌَﺪَﻡِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺪَﺓِ

- letakkan telapak tangan di atas kepala bagian depan, tempelkan jari tengah dengan jari lainnya

- letakkan ke dua jempol di pelipis

- gerakan jari-jari kecuali dua jempol kebagian belakang kepala (jempol tetap pada posisinya berada di pelipis)

- kemudian jari jari kembalikan ke tempat semula ia bergerak jika ada rambut yang dapat bolak balik agar kebasahan sampai keseluruhnya, dan seketika itu bergerak dan kembali menjadi satu kali usapan, karena tidak sempurna satu usapan dengan sebab bergerak. Jika tidak ada rambut yang bisa bolak balik karena pendek atau botak, maka  jari tidak perlu dikembalikan ketempat semula (setelah bergerak ke belakang kepala) karena tidak ada faedah.

ﻓَﺈِﻥَّ ﺭَﺩَّ ﻟَﻢْ ﺗُﺤْﺴَﺐْ ﻣَﺴْﺤَﺔً ﺛَﺎﻧِﻴَّﺔً لِأَﻥَّ اﻟْﻤَﺎءَ ﺻَﺎﺭَ مُسْتَعْمَلًا لِاِخْتِلَاﻁِ ﺑَﻠَﻠِﻪِ ﺑِﺒَﻠَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ اﻟْﻤُﻨْﻔَﺼِﻞِ ﻋَﻨْﻪُ ﺣُﻜْﻤًﺎ ﺑِﺎﻟﻨِّﺴْﺒَﺔِ ﻟِﻠﺜَّﺎﻧِﻴَّﺔِ ﻭَﻟِﻀَﻌْﻒِ اﻟْﺒَﻠَﻞِ ﺃَﺛَّﺮَ ﻓِﻴْﻪِ ﺃَﺩْﻧَﻰ اخْتِلَاﻁٍ

Maka mengembalikan jari tidak dihitung usapan yang ke dua karena air menjadi musta'mal, karena bercampur kebasahannya dengan kebasahan tangannya yang terpisah darinya secara hukum dengan nisbat yang kedua, dan karena kebasahan lemah memberi pengaruh  sedikit bercampur di dalamnya.

 

Halaman : 24

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(86) SUNNAH MENGUSAP SELURUH KEPALA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN 

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَﻣَﺴْﺢُ ﻛُﻞِّ ﺭَﺃْﺱٍ)

Dan mengusap seluruh kepala.

(Maksudnya sunnah berwudhu selanjutnya adalah mengusap seluruh kepala, karena yang wajib itu hanya sebagian kepala walaupun hanya sedikit).

 ﻭَﻳُﺜَﺎﺏُ ﺛَﻮَاﺏُ اﻟْﻔَﺮْﺽِ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻘَﺪْﺭِ اﻟْﻤُﺠْﺰِﻯءِ ﻓَﻘَﻂْ ﻭَﺛَﻮَاﺏُ اﻟﻨَّﻔْﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻋَﺪَاﻩُ

dan diganjar pahala fardhu di atas kadar yang mencukupi saja (maksudnya kadar yang mencukupi untuk menunaikan fardhu wudhu), dan pahala sunnah di atas kadar selainnya. (maksudnya kadar selebihnya dari  yang wajib di basuh)

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

Senin, 30 Oktober 2023

Sanad Ilmu

1. Baginda Nabi Muhammad SAW

2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra

3. Al-Imam Nafi’,Tabi’ Abdullah bin Umar ra

4. Al-Imam Malik bin Anas ra

5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris

6. Al-Imam Ibrahim Al-Mazaniy

7. Al-Imam Abu Sa’id Al-Anbatiy

8. Al-Imam Abu Abbas bin Syurej

9. Al-Imam Ibrahim Al-Maruziy

10. Syekh Abu Bakar Al-Qofal

11. Syekh Abdullah Al-Juaeniy

12. Al-Imam Harmaen, Mekkah-Madinah

13. Al-Imam Abu Hamid, Muhammad Al-Ghozaliy

14. Syekh Muhammad bin Yahya

15. Syekh Muhammad Al-Ardabiliy

16. Syekh Muhyiddin An-Nawawiy

17. Syekh ‘Athouddin Al-‘Athoriy

18. Syekh Abdurrohim Al-‘Iraqiy

19. Syekh Ibnu Hajar Al-‘Asqolaniy

20. Syekh Zakaria Al-Anshoriy

21. Syekh Ibnu Hajar Al-Haetamiy

22. Syekh Zaenuddin Al-Malaebariy

23. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, Tasikmalaya

24. Syekh Hasan Musthofa, Bandung

25. Syekh Ahmad Suja’i, Gudang Tasikmalaya

 

(Dari sini ada dua silsilah :)

____________________

26. Syekh Ahmad Syatibiy, Gentur Cianjur

27. Syekh Muhammad Izzudin, Cijambe Sukabumi

28. Syekh Muhammad Nasruddin, Pawenang Sukabumi

29. Ahmad Daerobiy bin Muhammad Nashruddin

_______________________

26. Syekh Ahmad Syatibiy, Gentur Cianjur

27. Syekh Ahmad Syadziliy, Cijambu Bogor

28. Syekh Ahmad Jubaidiy, Cijambu Bogor

29. Syekh Ahmad Daerobiy bin Muhammad Nashruddin

30. Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Semoga kita mendapat keberkahan ilmu guru-guru amien.

 

 

 

Share:

(85) MUBALAGOH DI DALAM BERKUMUR DAN ISTINSYAQ

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

ﻭَﺗُﺴَﻦُّ اﻟْﻤُﺒَﺎﻟَﻐَﺔُ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﻟِﻠْﻤُﻔْﻄِﺮِ

dan disunnahkan mubalagoh di dalam keduanya bagi orang yang tidak berpuasa.

_(maksudnya disunnahkan mubalaghoh di dalam berkumur dan istinsyaq, dan mubalaghoh secara bahasa adalah bersungguh sungguh, berusaha keras)_

 ﻭَﻫِﻲَ ﻓِﻲْ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔِ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻠَﻎَ اﻟْﻤَﺎءُ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻗْﺼَﻰ اﻟْﺤَﻨَﻚِ ﻭَﻭَﺟْﻬَﻲْ الاَﺳْﻨَﺎﻥِ ﻭَاﻟﻠِّﺜَﺎﺕِ ﻣَﻊَ ﺇِﻣْﺮَاﺭِ الْأُﺻْﺒُﻊِ اﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ

dan mubalaghoh di dalam berkumur bahwasanya air sampai kepada batas akhir rongga mulut dan kedua sisi gigi-gigi dan gusi disertai melewatkan jari kiri di atas yang demikian itu.

ﻭَﻓِﻲ الْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕِ ﺃَﻥْ ﻳَﺼْﻌَﺪَ اﻟْﻤَﺎءُ ﺑِﺎﻟﻨَّﻔْﺲِ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﺨَﻴْﺸُﻮْﻡِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ لَا ﻳَﺼِﻞُ ﺩِﻣَﺎﻏُﻪُ ﻣَﻊَ ﺇِﺩْﺧَﺎﻝِ ﺃُﺻْﺒُﻌِﻪِ اﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ ﻟِﻴَﺰِﻳْﻞَ ﻣَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﺫَﻯ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺜِﺮُ ﻛَﺎﻟْﻤُﺘَﻤَﺨَّﻂِ

dan (mubalagoh) di dalam istinsyaq adalah air naik sendiri sampai rongga hidung, sekiranya tidak sampai ke kepalnya, disertai memasukkan jari kiri untuk menghilangkan apa apa yang ada di dalamnya dari kotoran, kemudian mengeluarkannya seperti orang yang mengeluarkan ingus.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(84) TATACARA BERKUMUR - ISTINSYAQ

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَ) الْأَﻓْﻀَﻞُ (ﺟَﻤْﻌُﻬُﻤَﺎ)

Dan yang paling utama adalah menghimpun keduanya.

(Maksudnya adalah menghimpun antara berkumur dan istinsyaq)

ﺑِﻐُﺮْﻓَﺔٍ ﻭَاﺣِﺪَﺓٍ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﻔْﻌَﻞَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﻭَﺛَﺎﻟِﺜًﺎ

dengan satu kali siukan air ditangan, berkumur darinya, kemudian istinsyaq darinya, kemudian melakukan darinya sama seperti itu yang kedua dan ketiga.

ﺃَﻭْ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭِلَاءً ثَلَاﺛًﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖَ ﻛَﺬَﻟِﻚَ

atau dengan cara berkumur darinya berturut-turut tiga kali kemudian beristinsyaq sama seperti yang demikian.

ﻭَﻫَﺬِﻩِ ﻓِﻲْ اﻟْﺤَﻘِﻴْﻘَﺔِ ﻓَﺼْﻞٌ لِأَﻧَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻘِﻞْ ﻟِﺘَﻄْﻬِﻴْﺮِ اﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﺇِلَّا ﺑَﻌْﺪَ اﻟْﻔِﺮَاﻍِ ﻣِﻦَ الْأَﻭَّﻝِ ﻭَﺗَﺴْﻤِﻴَّﺘُﻬَﺎ ﻭَصْلًا ﺑِﺎﻋْﺘِﺒَﺎﺭِ اﺗِّﺤَﺎﺩِ اﻟْﻐُﺮْﻓَﺔِ.

dan cara ini secara hakikat adalah memisah karena tidak berpindah untuk mensucikan yang kedua kecuali sesudah selesai dari yang pertama, sedangkan penamaannya dinamakan terhubung dilihat dari kesatuan siukan air

ﻭَالْأَﻭْﻟَﻰ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ اﻟْﺠَﻤْﻊُ (بِثَلَاﺙِ ﻏُﺮَﻑٍ)

dan yang paling utama dari keduanya adalah menghimpun dengan tiga siukan air

ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾُ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﻏُﺮْﻓَﺔٍ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖُ ﻭَﻫَﺬِﻩِ ثَلَاﺙٍ ﻛَﻴْﻔِﻴَّﺎﺕٌ ﻟِﻠْﺠَﻤْﻊِ ﻭَﻫِﻲَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺼْﻞِ

berkumur dari setiap satu siukan kemudian beristinsyaq, dan tiga cara ini adalah tatacara untuk menghimpun (antara berkumur dan beristinsyaq dengan satu siukan air) dan yang demikian lebih utama dari memisah.

ﻭَﻛَﻴْﻔِﻴَّﺎﺗُﻪُ ثَلَاﺛَﺔٌ ﺃَﻳْﻀًﺎ

dan tatacara dengan memisah ada tiga juga :

الْأُﻭْﻟَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑِﻐُﺮْﻓَﺘَﻴْﻦِ ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾُ ﺑِﺎلْأُﻭْﻟَﻰ ثَلَاﺛًﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖُ ﺑِﺎلْأُﺧْﺮَﻯ ﻛَﺫﻟِﻚَ

Pertama, dengan dua siukan air (menggunakan tangan), berkumur dengan siukan pertama tiga kali kemudian beristinsyaq dengan siukan yang lain sama seperti demikian

ﻭَاﻟﺜَّﺎﻧِﻴَّﺔُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑِﺴِﺖِّ ﻏُﺮَﻑٍ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺄْﺧُﺬَ ﻏُﺮْﻓَﺔً ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻳَﻄْﺮَﺣَﻬَﺎ ﻭَﻳَﺄْﺧُﺬَ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻳَﻄْرَﺣَﻬَﺎ

dan yang kedua, dengan enam siukan air, yaitu dengan mengambil satu siukan berkumur darinya dan membuangnya, dan mengambil siukan yang lain beristinsyaq darinya dan membuangnya.

ﻭَﻫَﻜَﺬَا

dan sama seperti itu  (untuk yang kedua dan ketiga kalinya).

ﻭَاﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺑِﺴِﺖِّ ﻏُﺮَﻑٍ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾُ بِثَلَاﺙٍ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖُ بِثَلَاﺙٍ ﻭَﻫَﺬِﻩِ ﺃَﺿْﻌَﻔُﻬَﺎ ﻭَﺃَﻧْﻈَﻔُﻬَﺎ

dan yang ketiga dengan enam siukan air juga, berkumur dengan tiga siukan air dan beristinsyaq dengan tiga siukan air, dan cara ini adalah yang paling lemah (dari segi pahala) dan yang paling bersih.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(83) SUNNAH ISTINSYAQ

KAJIAN FIQIH

KAJIAN KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻓَﺎِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕٌ)

Lalu istinsyaq

(Maksudnya setelah berkumur disunnahkan istinsyaq)

ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻪُ ﻭَﺿْﻊُ اﻟْﻤَﺎءِ فِيْ الْأَﻧْﻒِ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺼِﻞْ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﺨَﻴْﺸُﻮْﻡِ

dan paling sedikit istinsyaq adalah meletakkan air di dalam hidung sekalipun tidak sampai rongga hidung.

ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠُﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﺼْﻌَﺪَ اﻟْﻤَﺎءُ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﺨَﻴْﺸُﻮْﻡِ ﻭَﻳُﺴَﻦُّ الْاِﺳْﺘِﻨْﺜَﺎﺭُ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻥْ ﻳُﺨْﺮِﺝَ ﺑَﻌْﺪَ الْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕِ ﻣَﺎ ﻓِﻲْ ﺃَﻧْﻔِﻪِ ﻣِﻦْ ﻣَﺎءٍ ﻭَﺃَﺫَـﻯ

dan paling sempurnanya istinsyaq adalah naik air ke ronggang hidung bagian atas dan disunnahkan istintsar, dan istintsar adalah mengeluarkan sesudah istinsyaq apa apa yang ada di dalam hidungnya dari air dan kotoran.

ﻓَﻘَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻋَﻨْﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ

Telah warid dari Nabi ﷺ, bahwa Nabi ﷺ bersabda :

 ﻣَﺎ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﻳَﺘَﻤَﻀْﻤَﺾُ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻨْﺸِﻖُ ﻓَﻴَﺴْﺘَﻨْﺜِﺮُ ﺇِلَّا ﺧَﺮَّﺕْ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎ ﻭَﺟْﻬِﻪِ ﻭَﺧَﻴَﺎﺷِﻴْﻤِﻪِ

tidak lah seseorang dari kalian berkumur , kemudian beristinsyaq lalu istinsyar kecuali berjatuhan dosa wajahnya dan rongga hidungnya.

ﻭَالْأَﻓْﻀَﻞُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺇِﺧْﺮَاﺝُ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺨِﻨْﺼَﺮِ ﻳَﺪِﻩِ اﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ

Dan yang paling utama adalah adanya mengeluarkan yang demikian itu dengan jari kelingking tangannya sebelah kiri.

 

Halaman :. 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(82) SUNNAH BERKUMUR

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻓَﻤَﻀْﻤَﻀَﺔٌ)

Lalu berkumur.

(Maksudnya, sunnah wudhu sesudah bersiwak lalu berlumur. Maka bisa difahami bahwa wudhu tetap sah sekalipun tidak berkumur, karena berkumur bukan fardhu wudhu)

ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻬَﺎ

Dan paling sedikitnya.

_(maksudnya batas minimal seseorang berkumur sehingga mendapatkan pahala sunnah berkumur)_

ﺟَﻌْﻞُ اﻟْﻤَﺎءِ ﻓِﻲ اﻟْﻔَﻢِ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺇِِﺩَاﺭَﺓٍ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﻣَﺞٌّ ﻣِﻨْﻪُ

Menjadikan air di dalam mulut tanpa idaroh di dalamnya dan meludahkan darinya.

(Idaroh adalah memutar-mutar air di dalam mulut)

ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠُﻬَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻠَﻎَ اﻟْﻤَﺎءُ ﺇﻟَِﻰ ﺃَﻗْﺼَﻰ اﻟْﺤَﻨَﻚِ ﻭَﻭَﺟْﻬَﻲْ الْأَﺳْﻨَﺎﻥِ ﻭَاﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ

Dan yang paling sempurnanya adalah sampainya air kepada batas ujung langit-langit mulut dan kedua sisi gigi-gigi dan lidah.

ﻭَﺇِﻣْﺮَاﺭُ ﺃُﺻْﺒُﻊِ ﻳَﺪِﻩِ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﺇِﺩَاﺭَﺓُ اﻟْﻤَﺎءِ ﻓِﻲ اﻟْﻔَﻢِ ﻭَﻣَﺠُّﻪُ ﻣِﻨْﻪُ

Dan melewatkan jari tangannya di atas yang demikian. Dan memutar air di dalam mulut dan meludahkannya dari mulut.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(81) TATACARA BERSIWAK

KAJIAN FIQIH 

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی


ﻭَﻛَﻴْﻔِﻴَّﺔُ ﺫَﻟِﻚَ

Dan tatacara yang demikian itu adalah :

(Maksudnya tatacara bersiwak)

 ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﺠَﺎﻧِﺐِ الْأَﻳْﻤَﻦِ ﻣِﻦْ ﻓَﻤِّﻪِ ﻓَﻴَﺴْﺘَﻮْﻋِﺒُﻪُ ﺑِﺎﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ اﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻓِﻲْ الْأَﺳْﻨَﺎﻥِ اﻟْﻌُﻠْﻴَﺎ ﻭَاﻟﺴُّﻔْﻠَﻰ ﻇَﻬْﺮًا ﻭَﺑَﻄْﻨًﺎ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻮَﺳَﻂِ ﺛُﻢَّ الْأَﻳْﺴَﺮِ ﻛَﺫَﻟِﻚَ ﺛُﻢَّ اﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﺛُﻢَّ ﺳَﻘْﻒِ اﻟْﺤَﻠْﻖِ

(disunnahkan) orang yang bersiwak memulai dengan sisi sebelah kanan dari mulutnya lalu menyeluruh dengan menggunakan siwak pada gigi-gigi bagian atas dan bagian bawah, bagian dzohir dan bathin sampai ke tengah kemudian ke sebelah kiri sama seperti demikian, kemudian lidah, kemudian langit-langit rongga mulut. 

ﻭَﻳُﺴَﻦُّ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻠَﻊَ ﺭَﻳْﻘَﻪُ ﻭَﻗْﺖَ ﻭَﺿْﻊِ اﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻓِﻲْ اﻟْﻔَﻢِّ ﻭَﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺤَﺮِّﻛَﻪُ ﻛَﺜِﻴْﺮًا ﻟِﻤَﺎ ﻗِﻴْﻞَ ﺇِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻣَﺎﻥٌ ﻣِﻦَ اﻟْﺠُﺬَاﻡِ ﻭَاﻟْﺒَﺮْﺹِ ﻭَﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺩَاءٍ ﺳِﻮَﻯ اﻟْﻤَﻮْﺕُ

Dan disunnahkan menelan ludahnya pada waktu meletakkan siwak di dalam mulut, dan sebelum banyak menggerakkannya, karena dikatakan bahwa yang demikian mencegah dapat mencegah dari penyakit kusta dan dari semua penyakit kecuali mati.

ﻭَلَا ﻳَﺒْﻠَﻊَ ﺭَﻳْﻘَﻪُ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻟِﻤَﺎ ﻗِﻴْﻞَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳُﻮْﺭِﺙُ اﻟْﻮَﺳْﻮَاﺱَ

Dan ia tidak menelan ludahnya sesudah bersiwak karena dikatakan bahwa yang demikian dapat mengakibatkan penyakit was was

ﻭَﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳَﺰِﻳْﺪَ ﻃُﻮْﻟُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺷِﺒْﺮٍ ﻣُﻌْﺘَﺪِﻝٍّ ﻟِﻤَﺎ ﻗِﻴْﻞَ اِﻥَّ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺮْﻛَﺐُ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺰَّاﺋِﺪِ

Dan dimakruhkan panjang siwak lebih dari satu jengkal orang dewasa yang normal, karena dikatakan bahwa sesungguhnya setan duduk di atas batang yang lebih.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(80) CARA MEMEGANG SIWAK

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

ﻭَﻳُﺴﻦُّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ اﻟﺴِّﻮَاﻙُ ﻓِﻲْ ﻋَﺮْﺽِ الْأَﺳْﻨَﺎﻥِ ﻇَﺎﻫِﺮًا ﻭَﺑَﺎﻃِﻨًﺎ ﻭَﻓِﻲْ اﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﻃَﻮْلًا

Dan disunnahkan bahwasanya adanya bersiwak menggosok selebar gigi-gigi bagian dzohir dan bathin dan menggosok sepanjang lidah.

(Dzohir adalah bagian yang nampak  sedangkan bagian bathin adalah yang tidak nampak batasannya dari jarak normal ketika  sedang berbicara dengan orang lain)

ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﻤْﺴِﻜَﻪُ ﺑِﺎﻟْﻴَﺪِ اﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ

dan disunnahkan memegangnya dengan tangan kanan

ﻳَﺠْﻌَﻞُ ﺧِﻨْﺼِﺮَﻩُ ﺗَﺤْﺘَﻪُ ﻭَاﻟْﺒِﻨْﺼِﺮَ ﻭَاﻟْﻮُﺳْﻄَﻰ ﻭَاﻟﺴَّﺒَﺎﺑَﺔَ ﻓَﻮْﻗَﻪُ ﻭَالْإِﺑْﻬَﺎﻡَ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﺭَﺃْﺳِﻪِ

Ia menjadikan jari kelingkingnya di bawah batang siwak, jari manis dan jari tengahnya di atasnya dan jempolnya di bawah pangkalnya.

ﻭَلَا ﻳَﻘْﺒِﺾَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﻴَﺪِﻩِ لِأَﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻳُﻮْﺭِﺙُ اﻟْﺒَﺎﺳُﻮْﺭَ

Dan tidak menggenggam batang siwak dengan tangannya karena yang demikian dapat mengakibatkan penyakit wasir,

ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﺒْﺪَﺃَ ﺑِﻴَﻤِﻴْﻦِ ﻓَﻤِّﻪِ

dan ia memulai dari sebelah kanan mulutnya.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(79) TINGKATAN KEUTAMAAN ALAT BERSIWAK

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

ﻭَﻣُﺮَاﺗِﺒُﻪُ ﺧَﻤْﺲُ ﻣَﺮْﺗَﺒَﺔٍ ﻓِﻲ الْأَﻓْﻀَﻠِﻴَّﺔِ

Dan tingkatan-tingkatannya ada 5 tingkatan di dalam keutamanaan :

الْأَﺭَاﻙُ ﺛُﻢَّ ﺟَﺮِﻳْﺪُ اﻟﻨَّﺨْﻞِ ﺛُﻢَّ اﻟﺰَّﻳْﺘُﻮْﻥُ ﺛُﻢَّ ﺫُﻭ اﻟﺮِّﻳْﺢِ اﻟﻄَّﻴْﺐِ ﻣِﻦَ الْأَﻋْﻮَاﺩِ ﺛُّﻢَّ ﺑَﺎﻗِﻲ الْأَﻋْﻮَاﺩِ

1. Kayu Arok, kemudian

2. Batang pelepah kurma yang dikuliti, kemudian

3. Akar zaitun, kemudian

4. Batang batang yang memiliki wangi harum, kemudian

5. Batang batang sisanya yang lain.

(Kayu adalah alat bersiwak, maqoshidnya adalah hilangnya flak gigi dan bau mulut, maka sikat gigi dengan pasta gigi termasuk kedalam alat bersiwak, sehingga jika seseorang sikat gigi dengan pasta gigi disertai niat mengerjakan sunnah bersiwak, maka ia dapat pahala sunnah bersiwak).

 ﻭَﻛُﻞُّ ﻭَاﺣِﺪٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﺧَﻤْﺲُ ﻣُﺮَاﺗِﺐٍ ﻣَﺮْﺗَﺒَﺔً ﻓِﻲ الْأَﻓْﻀَﻠِﻴَّﺔِ ﺃَﻳْﻀًﺎ

ﻭَﻫِﻲَ

Dan tiap-tiap darinya di dalamnya ada 5 tingkatan-tingkatan, tegasnya tingkatan di dalam keutamaan juga, dan yang demikian adalah :

 اﻟْﻴَﺎﺑِﺲُ اﻟﻤُﻨَﺪَّﻯ ﺑِﺎﻟْﻤَﺎءِ ﺛُﻢَّ اﻟْﻤُﻨَﺪَّﻯ ﺑِﻤَﺎءِ اﻟْﻮَﺭْﺩِ ﺛُﻢَّ اﻟْﻤُﻨَﺪَّﻯ ﺑِﺎﻟﺮَّﻳْﻖِ ﺛُﻢَّ اﻟﺮَّﻃْﺐُ ﺧَﻠْﻘَﺔً ﺛﻢ اﻟْﻴَﺎﺑِﺲُ اﻟْﻐَﻴْﺮُ اﻟْﻤُﻨَﺪَّﻯ

1. Yang kering yang dibasahi dengan air, kemudian

2. Yang dibasahi dengan air mawar, kemudian

3. Yang dibasahi dengan air liur, kemudian

4, Batang basah bawaan dari pohon

5. Yang kering tanpa dibasahi

ﻭَﻛُﻞُّ ﻭَاﺣِﺪٍ ﻣِﻦَ اﻟْﺨَﻤْﺲِ الْأَﻭَّﻝِ ﺑِﻤُﺮَاﺗِﺒِﻪِ اﻟْﺨَﻤْﺲِ ﻣُﻘَﺪَّﻡٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ

Dan tiap tiap dari 5 tingkatan yang awal dengan tingkatan-tingkatannya yang lima adalah yang didahulukan dari yang dituturkan sesudahnya.

ﻭَاﻋْﺘَﻤَﺪَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻥَّ اﻟْﻴَﺎﺑِﺲَ اﻟْﻐَﻴْﺮَ اﻟْﻤُﻨَﺪَّﻯ ﻣُﻘَﺪَّﻡٌ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺮَّﻃْﺐِ لِأَﻧَّﻪُ ﺃَﻗْﻮَﻯ ﻓِﻲ ﺇِﺯَاﻟَﺔِ اﻟﺘَّﻐَﻴُّﺮِ

Dan sebagian dari mereka bersandar pada pendapat yang kering tanpa dibasahi adalah yang didahulukan di atas batang basah karena lebih kuat di dalam menghilangkan bau mulut.

ﻭَلَا ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻓِﻲ اﻟْﺨِﺮْﻗَﺔِ اﻟْﻤُﺮَاﺗِﺐُ اﻟْﺨَﻤْﺲُ اﻟﺜَﺎﻧِﻴَّﺔُ لِأَﻥَّ اﻟﺮُّﻃُﻮْﺑَﺔَ اﻟْﺨَﻠْﻘِﻴَّﺔَ لَا ﺗَﺘَﺼَﻮَّﺭُ ﻓِﻴْﻬَﺎ

Di dalam kain tidak berlaku tingkatan-tingkatan lima yang ke dua, karena basah bawaan tidak bisa tergambarkan di dalam kain.

(Maksudnya kain itu tidak bisa dikatakan basah bawaan, sebagaimana batang pohon yang memungkinkan sudah basah karena bawaan dari pohonnya yang memang batangnya mengandung kadar air yang banyak)

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(78) WAKTU YANG UTAMA BERSIWAK

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 


ﻭَاﻟﺴِّﻮَاﻙُ ﻣُﺴْﺘَﺤَﺐٌّ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﺣَﺎﻝٍ ﻭَﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﻭَﻗْﺖٍ ﺇِلَّا ﺑَﻌْﺪَ اﻟﺰَّﻭَاﻝِ ﻟِﻠﺼَّﺎﺋِﻢِ ﻭَﻟَﻮْ نَفْلًا

Dan bersiwak adalah yang disunnahkan di setiap keadaan dan di setiap waktu kecuali sesudah waktu zawal bagi orang yang berpuasa sekalipun puasa sunnah.

(Waktu zawal adalah waktu dimana matahari tepat berada di atas kepala, maka sesudah waktu itu tidak disunnahkan bersiwak bagi yang berpuasa, bahkan hukumnya makruh)

ﻭَﻳَﺘَﺄَﻛَّﺪُ ﻓِﻲْ ﺃَﺣْﻮَاﻝٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺇِﺭَاﺩَﺓِ الصَّلَاﺓِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ الْاِﺣْﺘِﻀَﺎﺭِ ﻭَﻓِﻲ اﻟﺴَّﺤْﺮِ ﻭِﻟِﻠﺼَّﺎﺋِﻢِ ﻗَﺒْﻞَ اﻟﺰَّﻭَاﻝِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻗِﺮَاءَﺓِ اﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺃَﻭِ اﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﺃَﻭِ اﻟْﻌِﻠْﻢِ اﻟﺸَّﺮْﻋِﻲِّ ﻭَﻟِﺬِﻛْﺮِ اﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺗَﻐَﻴُّﺮِ اﻟْﻔَﻢِّ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ اﻟْﻤَﻨْﺰِﻝِ ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺇِﺭَﺩَاﺓِ اﻟﻨَّﻮْﻡِ

dan kesunahan bersiwak menjadi kuat di dalam beberapa keadaan. Di antaranya :

1. Wudhu

2. Ketika hendak shalat

3. Ketika sakaratul maut

4. Ketika Sahur

5. Bagi yang berpuasa sebelum waktu zawal

6. Ketika membaca Al Qur'an atau hadits atau kitab ilmu syar'iy

(Contohnya seperti kitab kuning)

7. untuk dzikrullah

8. Ketika timbul bau mulut

9. Ketika masuk rumah

10. Ketika hendak tidur

 

Halaman : 23


Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(77) SUNNAH BERSIWAK SERTA RUKUN-RUKUNNYA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 


 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻓَﺴِﻮَاﻙٌ ﺑِ) ﻛُﻞِّ (ﺧَﺸِﻦٍ) ﻓَﻴَﺤْﺼُﻞُ ﺑِﺨِﺮْﻗَﺔٍ

Lalu bersiwak dengan semua yang kasar, maka bisa hasil bersiwak dengan sepotong kain

(Maksudnya sunnah wudhu selanjutnya setelah membasuh kedua telapak tangan, yaitu bersiwak)

ﻭَﺃَﺭْﻛَﺎﻧُﻪُ ﺧَﻤْﺴَﺔٌ

dan rukun-rukunnya ada 5 :

ﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻭَﻫُﻮَ اﻟﺸَّﺨْﺺُ ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﺑِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻛُﻞُّ ﺧَﺸِﻦٍ ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻣِﻨْﻪُ ﻛَﺎﻟﺘَّﻐَﻴُّﺮِ مَثَلًا ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﻫُﻮَ اﻟْﻔَﻢُّ ﻭَﻧِﻴَّﺔٌ ﻟِﻠﺴُّﻨِّﻴَّﺔِ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﻨْﻮِﻱَ ﺑِﻪِ ﺳُﻨِﻴَّﺘَﻪُ لِلصَّلَاﺓِ مَثَلًا

1. Mustakun (Yang bersiwak ) dan dia adalah seseorang

2. Mustakun bihi (Yang bersiwak dengannya), dan yang demikian adalah semua yang kasar

3. Mustakun minhu (Yang bersiwak darinya), seperti taghayyur (perubahan) misalkan.

(Yang dimaksud taghayyur adalah perubahan sisa makanan yang tersisa di gigi yang menyebabkan bau mulut)

4. Mustakun fiihi (Yang bersiwak di dalamnya), dan yang demikian adalah mulut

5. Berniat bagi kesunnahan, seperti berniat dengan nya kesunnahannya untuk shalat misalkan.

(Contohnya seperti berkata saya berniat sunnah bersiwak untuk shalat)

 ﻭَﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻓِﻲ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﺑَﻌْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ ﻭَﻗَﺒْﻞَ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔِ

Dan letaknya di dalam wudhu sesudah membasuh kedua telapak tangan dan sebelum berkumur.

ﻭَلَا ﻳَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﻟِﻨِّﻴَّﺔٍ لِأَﻥَّ ﻧِﻴَّﺔَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﺗَﺸْﻤُﻠُﻪُ

Dan tidak perlu seketika itu berniat, karena niat wudhu sudah mencakupinya.

(Maksudnya pengecualian, apabila siwak di lakukan di dalam wudhu, ketika mengamalkan sunnah sunnah wudhu maka tidak perlu lagi berniat sunnah bersiwak karena niat wudhu sudah mencakup niat sunnah bersiwak)

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(76) MEMBASUH KEDUA TELAPAK TANGAN

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


 

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی 

 

(ﻓَﻐَﺴْﻞُ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ)

Lalu membasuh kedua telapak tangan.

(maksudnya sunnah-sunnah wudhu selanjutnya setelah membaca ta'awwudz, bismillah dan al hamdulillah adalah membasuh kedua telapak tangan)

 ﻭَﺇِﺫَا ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﻃُﻬْﺮِﻫِﻤَﺎ

Dan apabila ia ragu di dalam kesucian keduanya.

(Maksudnya ragu di dalam kesucian kedua telapak tangan, apakah sebelumnya menyentuh najis atau tidak)

ﻛُﺮِﻩَ ﻣُﺒَﺎﺷَﺮَﺗُﻬُﻤَﺎ ﻟِﻠْﻤَﺎءِ اﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﻗَﺒْﻞَ ﻏَﺴْﻠِﻬِﻤَﺎ ثَلَاثًا خَارِجَهُ

Maka dimakruhkan bersentuhan keduanya dengan air yang sedikit sebelum membasuhnya 3 kali diluarnya.

(Yang demikian dikarenakan telapak tangan yang najis dapat membuat air sedikit menjadi mutanajis maka basuh tiga kali dengan air di luar perbuatan sunnah membasuh kedua telapak tangan)

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

Minggu, 29 Oktober 2023

(75) SUNNAH BAGI ORANG YANG BERWUDHU

 KAJIAN FIQIH

 KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَﺳُﻦَّ) ﻟِﻠْﻤُﺘَﻮَﺿِّﻰءُ ﺗَﻌَﻮُّﺫٌ ﻭَ (ﺗَﺴْﻤِﻴَّﺔٌ) ﻭَﺣَﻤْﺪُ اﻟﻠﻪِ (ﺃَﻭَّﻟَﻪُ) ﻋِﻨْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ

Dan disunnahkan bagiborang yang berwudhu membaca ta'awwudz, bismillah dan al hamdulillah pada awalnya ketika membasuh kedua telapak tangan

 ﻣَﻊَ ﻧِﻴَّﺔِ ﺳُﻨَﻦِ اﻟْﻮُﺿُﻮّءِ ﺑِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﻟِﻴَﺠْﻤَﻊَ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻤَﻞِ اﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﻭَاﻟْﺠِﻨَﺎﻥِ ﻭَالْأَﺭْﻛَﺎﻥِ ﻓِﻲْ ﺃَﻭَّﻝِ ﻭُﺿُﻮْﺋِﻪِ

Disertai niat melakukan sunnah-sunnah berwudhu, untuk menghimpun antara amalan lisan, hati dan perbuatan di dalam awal wudhunya

ﺛُﻢَّ ﻳَﺘَﻠَﻔَّﻆُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ عِنْدَ ذَلِكَ 

kemudian mengucapkan niat, lalu berkata (membaca) :

 ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ اﻟﺮَّﺟِﻴْﻢِ

Aku berlindung kepada Allah dari dari godaan setan yang terkutuk

ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠﻪِ اﻟﺮَّﺣْﻤٰﻦِ اﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

اﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪ ﻋَﻠَﻰ الْإِسْلَاﻡِ ﻭَﻧِﻌْﻤَﺘِﻪِ

Segala puji bagi Allah atas nikmat islam dan nikmatnya (yang lain).

اﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪ اﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ اﻟْﻤَﺎءَ ﻃُﻬُﻮْﺭًا ﻭَالْإِسْلَاﻡَ ﻧُﻮْﺭًا

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air suci dan menjadikan islam sebagai cahaya

ﺭَﺏِّ ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻫَﻤَﺰَاﺕِ اﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴْﻦِ ﻭَﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﻚَ ﺭَﺏِّ ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻀُﺮُﻭْﻥَ

Ya rabb ku ..aku berlindung kepada mu dari godaan setan-setan, dan aku berlindung kepada mu yaa rabb ku dari setan-setan yang hadir.

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(74) FARDHU WUDHU YANG KE ENAM

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَ) ﺳَﺎﺩِﺳُﻬَﺎ (ﺗَﺮْﺗِﻴْﺐٌ)

Dan yang ke enamnya adalah tartib.

(maksudnya fardhu wudhu yang ke enam adalah membasuh secara berurutan)

 ﺑِﺄَﻥْ يَبْدَأَ ﺑِﺎﻟْﻮَﺟْﻪِ ﻣَﻘْﺮُﻭْﻧًﺎ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﺛُﻢَّ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﺛُﻢَّ ﻣَﺴْﺢِ ﺑَﻌْﺾِ اﻟﺮَّﺃْﺱِ ﺛُﻢَّ ﻏَﺴْﻞِ اﻟﺮِّﺟْﻠَﻴْﻦِ

Yaitu dengan memulai membasuh wajah hal nya dibarengkan dengan niat, kemudian membasuh kedua tangan, kemudian mengusap sebagian kepala, kemudian membasuh kedua kaki.

ﻭَﻟَﻮْ ﺷَﺮَﻉَ ثَلَاﺛَﺔُ ﻧَﻔَﺮٍ ﻓِﻲْ ﻏَﺴْﻞِ ﺑَﻘِﻴّﺔِ ﺃَﻋْﻀَﺎﺋِﻪِ ﺑَﻌْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ ﺑَﻌْﺾِ اﻟْﻮَﺟْﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَﺮْﺗَﻔِﻊْ ﻏَﻴْﺮُ ﺣَﺪَﺙِ ﻭَﺟْﻬِﻪِ

Dan seandainya 3 orang memulai membasuh sisa anggota-anggota wudhu seseorang, sesudah orang  itu membasuh sebagian wajah maka tidak terangkat hadats selain hadats wajahnya.

(Maksudnya tartib itu harus sempurna terlebih dahulu di dalam satu fardhu, sehingga jika ada seseorang baru membasuh sebagian wajah lalu 3 orang membantunya membasuhkan bagian sisanya, maka yang terangkat hanya hadats wajah ketika sudah sempurna basuhannya, yang selainnya belum dihitung)

ﻭَﻟَﻮِ اﻏْﺘَﺴَﻞَ ﻣُﺤْﺪِﺙٌ ﺣَﺪَﺛًﺎ ﺃَﺻْﻐَﺮِ ﻓَﻘَﻂْ ﺑِﻨِﻴَّﺔِ ﺭَﻓْﻊِ اﻟْﺤَﺪَﺙِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِﻩِ ﺃَﻭْ ﺑِﻨِﻴّﺔِ ﺭَﻓْﻊِ اﻟْﺠِﻨَﺎﺑَﺔِ ﺃَْﻭ ﻓَﺮْﺽِ اﻟْﻐَﺴْﻞِ ﺃَﻭْ ﺃَﺩَاﺋِﻪِ ﻏَﺎﻟِﻄًﺎ ﻭَﺭَﺗَﺐَ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺒًﺎ ﺣَﻘِﻴْﻘِﻴًّﺎ ﺃَﺟْﺰَﺃَﻩُ ﺣَﻴْﺚُ ﻭَﺟَﺪَﺕِ اﻟﻨِّﻴَِّﺔُ ﻋِﻨْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻮَﺟْﻪِ

Seandainya orang yang berhadats mandi, tegasnya hadats kecil saja, dengan niat menghilangkan hadats atau semisalnya atau dengan niat menghilangkan junub atau niat fardhu mandi atau niat menunaikan mandi, hal nya dalam keadaan yang keliru, dan ia melakukan berurutan tartib secara hakiki, maka yang demikian mencukupinya sekiranya ada niat ketika membasuh wajah.

(Maksudnya ketika seseorang berhadats kecil mandi tapi dipertengahan mandi terpenuhi tartib wudhu, maka sah wudhunya sekiranya ada niat wudhu atau niat menghilangkan hadats ketika bersamaan membasuh wajahnya)

ﻭَﻣِﻨْﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻮْ ﻭَﻗَﻒَ ﺗَﺤْﺖَ ﻧَﺤْﻮِ ﻣِﻴْﺰَاﺏٍ ﻭَاﺳْﺘَﻤَﺮَّ اﻟْﻤَﺎءُ ﻳَﺠْﺮِﻱْ ﻣِﻨْﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻋْﻀَﺎﺋِﻪِ

Dan sebagian darinya adalah perkara seandainya ia diam di bawah semisal pancuran air, dan air tetap mengalir darinya di atas anggota-anggotanya.

(maksudnya hukumnya sama seperti orang yang mandi yang sudah mendahului penuturannya)

ﺇِﺫِ اﻟْﺪَﻓْﻌَﺔُ اْﻷُﻭْﻟَﻰ ﻣَﺜَﻼً ﻳَﺮْﺗَﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺣَﺪَﺙُ اﻟْﻮَﺟْﻪِ ﻓَﺎﻟْﻤَﺎءُ اﻟَّﺬِﻱْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻳَﺮْﻓَﻊُ ﺣَﺪَﺙَ اﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ

Karena aliran air pertama misalkan terangkat dengan sebabnya hadats wajah, lalu air yang sesudahnya mengangkat hadats kedua tangan.

(maksudnya dan seterusnya hingga terbasuh ke dua kaki)

 

Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(73) WAJIB MENGHILANGKAN KOTORAN PADA PERMUKAAN KAKI

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 


 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

وَتَجِبُ إِزَالَةُ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺮِّﺟْﻠَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﻗَﺸَﻒٍ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻩِ

Dan wajib menghilangkan apa apa yang ada di atas permukaan kedua telapak kaki dari kotoran kaki dan semisalnya.

_(maksudnya yang dapat menghalangi sampainya air kepada permukaan kulit anggota wudhu)._

ﻭَﺑِﺎﻟْﺠُﻤْﻠَﺔِ فَلَا ﺑُﺪَّ ﻣِﻦْ ﺗَﺨْﺼِﻴْﺺِ اﻟﺮِّﺟْﻠَﻴْﻦِ ﺑِﻤُﺰَﻳِّﺪِ الْاِﺣْﺘِﻴَﺎﻁِ لِأَﻥَّ اﻟﺮِّﺟْﻞَ ﻣَﻈِﻨَّﺔُ الْأَﻭْﺳَﺎﺥِ ﺧُﺼُﻮْﺻًﺎ اﻟْﻌَﻘْﺐِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﺤَﻞُّ ﺗَﺮَاكُمِ اﻷَﻭْﺳَﺎﺥِ

Secara keseluruhan maka tidak boleh tidak dari mengkhususkan kedua kaki dengan menambah tingkat kewaspadaan karena kaki adalah letak dugaan kotoran-kotoran khususnya tumit. Tumit itu letak bertumpuknya kotoran-kotoran.

(Tegasnya harus lebih memperhatikan kondisi kebersihan kaki, karena khawatir ada sesuatu yang dapat menghalangi sampainya air kepada anggota wudhu)

ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَ ﻓِﻲ اﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳْﻞٌ لِلأَﻋْﻘَﺎﺏِ ﻣِﻦَ اﻟﻨَّﺎﺭِ

Sungguh telah ada keterangannya di dalam hadits : celakalah tumit-tumit (yang tidak terbasuh) akan masuk neraka.

ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺯَاﻝَ ﺷَﻌْﺮًا ﺃَﻭْ ﻗَﻠَﻢَ ﻇُﻔْﺮًا ﺃَﻭْ ﻗَﻄَﻊَ ﻋُﻀْﻮًا ﻣِﻦْ ﺃَﻋْﻀَﺎءِ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﺃَﻭْ ﻛَﺸَﻂَ ﻣِﻨْﻪُ ﺟُﺰْءًا ﺑَﻌْﺪَ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺐْ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮُ ﻣَﻮْﺿِﻌِﻬَﺎ لِأَﻥَّ اﻟْﻮُﺿُﻮْءَ ﻳَﺮْﻓَﻊُ اﻟْﺤَﺪَﺙَ ﻋَﻦِ اﻟﻈَّﺎﻫِﺮِ ﻭَاﻟْﺒَﺎﻃِﻦِ

Jika ia menghilangkan bulu atau menggunting kuku atau memotong anggota dari anggota-anggota wudhu atau mengupas kulit darinya satu bagian sesudah mensucikan yang demikian, maka tidak wajib mensucikan letaknya. Karena wudhu itu mengangkat hadats dari yang dzohir dan yang bathin.

(Maksudnya apabila sudah bersuci lalu kulit di atas anggota wudhu dikelupas maka tidak wajib mengulang bersuci untuk mensucikan bagian anggota wudhu di bawah kulit yang dikelupas)


Halaman : 23

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(72) FARDHU WUDHU YANG KE LIMA

 KAJIAN FIQIH

 KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَ) ﺧَﺎﻣِﺴُﻬَﺎ

Dan yang ke limanya

(maksudnya fardhu wudhu yang ke lima)

(ﻏَﺴْﻞُ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪِ ﺑِ) ﻛُﻞِّ (ﻛَﻌْﺐٍ)

Membasuh kedua kakinya dengan setiap mata kaki.

 ﺃَﻱْ ﻣَﻌَﻪُ

maksudnya menyertainya.

 ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺷُﻘُﻮْﻕٍ فِيْهِمَا

dan wajib membasuh bathin belahan-belahan pada kedua kaki.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﺗِﻠْﻚَ اﻟﺸُّﻘُﻮْﻕِ ﺷَﻤْﻊٌ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮُﻩُ ﻭَﺟَﺒَﺖْ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻪُ ﺇِلَّا ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲ اﻟﻠَّﺤْﻢِ

Dan apabila pada belahan-belahan itu ada lilin atau semisalnya maka wajib menghilangkannya, kecuali apabila ada cekungan di dalam daging.

Qultu : 

Maksudnya seperti kaki yang kapalan sehingga menyebabkan permukaan kaki tidak rata, ada bagian-bagiannya yang dalam dari atas permukaan kaki.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﻋُﻀْﻮٍ ﻳَﺠِﺐُ ﺗَﻌْﻤِﻴْﻤُﻪُ ﺷَﻮْﻛَﺔٌ فَفيْهَا ﺗَﻔْﺼِﻴْﻞُ ﺣَﺎﺻِﻠِﻪِ

Apabila ada duri di dalam anggota yang wajib diliputi air maka di dalamnya ada perinciannya

ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﻗُﻠِﻌَﺖْ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﻖَ ﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ ﻣَﻔْﺘُﻮْﺣًﺎ

Apabila ada duri sekiranya seandainya dicabut tidak tersisa letaknya yang terbuka.

(Maksudnya seandainya duri dicabut tidak ada bagian daging berlubang)

ﻛَﺸَﻮْﻛَﺔِ اﻟْﻘُﺜَّﺎءِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ

Seperti duri mentimun maka yang demikian tidak membahayakan.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﻗُﻠِﻌَﺖْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ ﻣَﻔْﺘُﻮْﺣًﺎ

dan apabila ada duri sekiranya seandainya dicabut tersisa letaknya yang terbuka

ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺣَﺎئِلًا

Maka duri itu adalah yang menghalangi

Qultu : 

Maksudnya jika ada duri kecil seperti duri buah mentimun yang sekiranya jika dicabut tidak menyisakan letaknya yang terbuka maka tidak apa apa dibiarkan menancap pada anggota wudhu. Sedangkan apabila durinya ukurannya besar yang sekiranya jika dicabut menyisakan letaknya yang terbuka maka duri itu dianggap sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu.

فَتَجِبُ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻬَﺎ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻬَﺎ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲْ اﻟﻠَّﺤْﻢِ

Maka wajib menghilangkan duri itu selama tidak ada cekungan di dalam daging.

ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻬَﺎ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲ اﻟﻠَّﺤْﻢِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ ﻓِﻲ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻓِﻲ الصَّلَاﺓِ ﻓَﺘَﻀُﺮُّ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣُﺘَّﺼِﻠَﺔً ﺑِﺪَﻡٍّ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻭَﺇِلَّا فَلَا

Jika ada cekungan di dalam daging maka tidak membahayakan di dalam wudhu, dan adapun di dalam shalat yang demikian membahayakan apabila adanya duri terhubung dengan darah yang banyak, jika tidak demikian maka tidak berbahaya.

 ﻫَﺬَا ﻛُﻠُﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺘَﺤِﻢُ اﻟْﺠِﻠْﺪُ ﻓَﻮْﻗَﻬَﺎ ﻭَﺇِلَّا ﺻَﺎﺭَﺕْ ﻣِﻦْ ﺣُﻜْﻢِ اﻟْﺒَﺎﻃِﻦِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ ﻓِﻲْ ﻭُﺿُﻮْءٍ ﻭَلَا صَلَاﺓٍ

Hal ini semuanya itu selama kulit tidak melekat di atas duri, jika demikian maka duri menjadi hukum bathin, maka duri itu tidak membahayakan di dalam wudhu dan shalat.

Qultu : 

Maksudnya jika duri itu tembus ke dalam dan sudah tertutup kulit di atasnya maka yang demikian tidak membahyakan wudhu dan shalat.


Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(71) FARDHU WUDHU YANG KE EMPAT

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَ) ﺭَاﺑِﻌُﻬَﺎ

Dan yang ke empatnya.

(maksudnya fardhu wudhu yang ke empat)

(ﻣَﺴْﺢُ ﺑَﻌْﺾِ ﺭَﺃْﺳِﻪِ)

mengusap sebagian kepalannya

ﻭَﻟَﻮْ قَلِيْلًا ﺳَﻮَاءٌ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺑَﺸَﺮَﺓِ اﻟﺮَّﺃْﺱِ ﺃَﻭْ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺮِﻫَﺎ اﻟَّﺬِﻱ لَا ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻤَﺪِّ ﻣِﻦْ ﺟِﻬَﺔِ ﻧُﺰُﻭْﻟِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﺑَﻌْﺾِ ﺷَﻌْﺮَﺓٍ

Sekalipun sedikit, sama saja mengusap dari kulit kepala atau dari rambut kepala yang tidak keluar dari batas kepala dengan sebab panjang dari sisi turunnya dan sekalipun sebagian rambut.

Qultu : 

Oleh karena itu mengusap kepala tidak wajib dari depan kepala, bisa dari belakang, karena yang wajib hanya sebagian kepala walaupun sedikit.

ﻭَاﻟْﻤُﺮَاﺩُ ﺑِﺎﻟْﻤَﺴْﺢِ ﻣُﺠَﺮَّﺩُ ﻭُﺻُﻮْﻝِ اﻟْﺒَﻠَﻞِ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺮَّﺃْﺱِ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻤُﺮَّ ﻳَﺪُﻩُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ

dan yang dimaksud dengan mengusap adalah hanya semata-mata sampai basah di kepala sekalipun tangannya tidak melewati di atas kepala.

Qultu : 

Perbedaan membasuh dan mengusap adalah jika membasuh wajib mengalirkan air, sedangkan mengusap cukup membasahi tangan lalu diusapkan ke kepala.

 

Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

Rabu, 25 Oktober 2023

(70) FARDHU WUDHU YANG KE TIGA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

 وَﺛَﺎﻟِﺜُﻬَﺎ

Dan yang ketiganya adalah :

_(Maksudnya fardhu wudhu yang ke tiga)_

 (ﻏَﺴْﻞُ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺑِ) ﻛُﻞِّ (ﻣِﺮْﻓَﻖٍ) ﺃَﻱْ ﻣَﻌَﻪُ

Membasuh kedua tangannya dengan semua siku, maksudnya disertainya.

ﻭَاﻟْﻤُﺮَاﺩُ ﺑِﺎﻟْﻴَﺪِ ﻫُﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺭُﺅُﻭْﺱِ الْأَﺻَﺎﺑِﻊِ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺃْﺱِ اﻟْﻌَﻀُﺪِ

dan yang dimaksud dengan tangan disana adalah dari pangkal-pangkal jari-jari sampai pangkal lengan atas.

 ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﺷَﻌْﺮٌ ﻭَﺟَﺐَ ﻏَﺴْﻞُ ﻇَﺎﻫِﺮِﻩِ ﻭَﺑَﺎﻃِﻨِﻪِ

dan apabaila di atas kedua tangan ada bulu, maka wajib membasuh bagian dzohirnya dan bathinnya.

ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺜُﻒَ

sekalipun bulu di atas tangan itu tebal.

ﻭَﺗَﺠِﺐُ ﺇِﺯَاﻟَﺔُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺖَ الْأَﻇَﺎﻓِﺮِ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﺳْﺦِ ﻭَﻛَﺬَا ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﻣِﻦْ ﺷَﻤْﻊٍ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻩِ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﻣَﺎ ﻳَﻤْﻨَﻊُ ﻭُﺻُﻮْﻝَ اﻟْﻤَﺎءَ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻌُﻀْﻮِ

dan wajib menghilangkan apa-apa yang ada di bawah kuku-kuku dari kotoran, dan sama halnya apa-apa yang ada di atas kedua tangan, dari lilin dan semisalnya dari semua yang menghalangi sampainya air kepada anggota wudhu.

 ﻭَﻣِﺜْﻞُ اﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ اﻟْﻮَﺟْﻪُ ﻭَاﻟﺮِّجْلَاﻥِ

dan menyerupai kedua tangan di dalan hal demikian itu adalah wajah dan kedua kaki.

ﻓَﻠَﻮْ ﺭَﺃَﻯ ﺑَﻌْﺪَ ﺗَﻤَﺎﻡِ ﻭُﺿُﻮْﺋِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪَﻳْﻪِ مَثَلًا ﺣَﺎئِلًا ﻛَﻘِﺸْﺮَﺓِ ﺳَﻤَﻚٍ ﻭَﻋَﻠِﻢَ ﺃَﻥَّ ﺫَِﻟِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﺎصِلًا ﻭَﻗْﺖَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ

Jika ia melihat sesudah sempurna wudhunya di atas kedua tangannya misalkan, melihat penghalang seperti sisik ikan dan ia tahu sesungguhnya yang demikian terjadi pada waktu wudhu.

ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻪُ ﻭَﻏَﺴْﻞُ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﻪُ ﻭَﺇِﻋَﺎﺩَﺓُ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮِ الْأَﻋْﻀَﺎءِ اﻟَّﺘِﻲْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ لِأَﺟْﻞِ ﻣُﺮَاﻋَﺎﺓِ اﻟﺘَّﺮْﺗِﻴْﺐِ ﻓِﻲ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ

dan wajib baginya menghilangkannya dan wajib membasuh bagian bawahnya dan mengulang mensucikan anggota-anggota yang sesudahnya karena alasan menjaga tartib di dalam wudhu.

Qultu : 

Ketika seseorang sudah selesai berwudhu lalu ia melihat ada sisik ikan misalkan, menempel di lengannya, dan ia yakin bahwa sisik ikan itu sudah ada ketika sedang berwudhu, maka wajib menghilangkannya dan mengulang membasuh tangan disertai mengusap kepala dan membasuh kedua kaki. Tanpa membasuh wajah.


Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

(69) MENGHILANGKAN PENGHALANG DI BAGIAN WAJAH

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻮَﺟْﻪِ ﺣَﺎﺋِﻞٌ ﻭَﺟَﺒَﺖْ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻪُ

Apabila di atas wajah ada penghalang, maka wajib menghilangkannya.

Qultu : 

Maksudnya sesuatu yang menghalangi air smpai ke kulit wajah.

 

ﻭَﻣِﻨْﻪُ اﻟﺮَّﻣْﺺُ ﻓِﻲ اﻟْﻌَﻴْﻦِ ﻭَاﻟْﻮَﺳْﺦُ اﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻓِﻲ ﺑَﺎﺏِ الْأَﻧْﻒِ فَلَا ﺑُﺪَ ﻣِﻦْ ﺇِﺯَاﻟَﺔِ ﺫَﻟِﻚَ

dan sebagian dari penghalang adalah belek di mata dan upil di pintu hidung, maka tidak boleh tidak dari menghilangkan yang demikian itu.

Qultu : 

Yang dimaksud baabul anfi (pintu hidung) adalah lubang hidung yang nampak oleh orang yang ngobrol dengan kita dalam jarak dekat yang normal.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺜُﻔَﺖْ ﻟَﺤْﻴَﺔُ اﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﻋَﺎﺭِﺿَﺎﻩُ ﻛَﻔَﺎﻩُ ﻏَﺴْﻞُ ﻇَﺎﻫِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﻫُﻮَ اﻟﻄَّﺒَﻘَﺔُ اﻟْﻌُﻠْﻴَﺎ ﻣِﻦَ اﻟﺸَّﻌْﺮِ

Dan apabila jenggot lelaki dan kedua jambangnya tebal maka mencukupinya membasuh  dzohir yang demikian. Dan yang dimaksud dzohir adalah lapisan atas dari rambut.

Qultu : 

Maksudnya tidak perlu sampai kulit.

ﻭَﺿَﺎﺑِﻂُ اﻟْﻜَﺜَﺎﻓَﺔِ ﺃَﻥْ لَا ﺗَﺮَﻯ اﻟْﺒَﺸَﺮَﺓَ ﻣِﻦْ خَلَاﻝِ اﻟﺸَّﻌْﺮِ ﻋِﻨْﺪَ التَّخَاﻃُﺐِ ﻣَﻊَ اﻟْﻘُﺮْﺏِ

Dan batas tebal adalah kamu tidak melihat kulit dari sela-sela rambut ketika bercakap-cakap disertai jarak dekat.

 

ﻭَﻟَﻮْ ﺧَﻔَّﺖِ اﻟﻠَّﺤْﻴَﺔُ ﻭَاﻟﻌَﺎﺭِﺿَﺎﻥِ ﺑِﺄَﻥْ ﺗَﺮَﻯ اﻟْﺒَﺸَﺮَﺓَ ﻣِﻦَ اﻟﺸَّﻌْﺮِ ﻋِﻨْﺪَ اﻟﺘَّﺨَﺎﻃُﺐِ ﻣَﻊَ اﻟْﻘُﺮْﺏِ ﻭَﺟَﺐَ ﻏَﺴْﻞُ اﻟﻈَّﺎﻫِﺮِ ﻭَاﻟْﺒَﺎﻃِﻦِ ﻭَﻫُﻮَ اﻟﻄَّﺒْﻘَﺔُ اﻟﺴُّﻔْﻠَﻰ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻲْ خَلَاﻝِ اﻟﺸَّﻌْﺮِ

Jika jenggot dan kedua jambang tipis, dengan batas kamu melihat kulit dari rambut ketika bercakap-cakap disertai jarak dekat, maka wajib membasuh bagian dzohir dan bathin, dan bagian bathin adalah lapisan bawah rambut dan apa-apa yang ada di sela-sela rambut.

ﻭَﺑَﺎﻗِﻲ ﺷُﻌُﻮْﺭِ اﻟْﻮَﺟْﻪِ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﻒَ ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﻋَﻦْ ﺣَﺪِّ اﻟْﻮَﺟْﻪِ ﻛَﻔَﻰ ﻏَﺴْﻞُ ﻇَﺎﻫِﺮِﻩِ ﻭَﺇِلَّا ﻭَﺟَﺐَ ﻏَﺴْﻞُ ﻇَﺎﻫِﺮِﻩِ ﻭَﺑَﺎﻃِﻨِﻪِ

Dan rambut-rambut wajah yang lain, jika tebal dan keluar dari batas wajah, maka cukup membasuh bagian dzohirnya, jika tidak demikian maka wajib membasuh bagian dzohirnya dan bathin nya.

Qultu : 

Maksudnya jika masuk batas wajah dan tipis maka wajib membasuh bagian dzohir dan bagian bathin.

 

Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

 

Share:

(68) BERNIAT SUNNAH WUDHU SAAT MEMBASUH KEDUA TELAPAK TANGAN

 KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻭُﺟُﻮْﺩُﻫَﺎ (ﻋِﻨْﺪَ) ﺃَﻭَّﻝِ (ﻏَﺴْﻞِ) ﺟُﺰْءٍ ﻣِﻦْ (ﻭَﺟْﻪٍ)

Dan wajib adanya niat pada awal membasuh bagian dari wajah

ﻭَﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻮِﻱَ ﺳُﻨَﻦَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﻋِﻨْﺪَ اﻟﺸُّﺮُﻭْﻉِ ﻓِﻲ ﻏَﺴْﻞِ الْكَفَيْنِ ﺃَﻭَّﻝَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ

dan seyogyanya ia berniat sunnah-sunnah wudhu pada saat memulai membasuh kedua telapak tangan di awal wudhu.

Qultu : 

Maksudnya dengan berniat " saya mengerjakan sunnah wudhu" ketika membasuh kedua telapak tangan.

ﻟِﻴُﺜَﺎﺏَ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺴُّﻨَﻦِ

agar diberi pahala atas sunnah-sunnah wudhu

ﻭَﻫَﺬَا ﺃَﺳْﻬَﻞُ ﻣِﻦَ اﻹِﺗْﻴَﺎﻥِ ﺑِﻨِﻴَّﺔٍ ﻣِﻦْ ﻧِﻴَّﺎﺕِ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ اﻟْﻤُﻌْﺘَﺒَﺮَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ

dan ini lebih mudah dari mendatangkan niat dari niat-niat wudhu yang mu'tabaroh ketika membasuh kedua telapak tangan.

لِأَﻧَّﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ كَافِيَّةً ﻟَﻜِﻦَّ ﻳَﻌْﺴُﺮُ ﻣَﻌَﻬَﺎ ﺗَﺤْﺼِﻴْﻞُ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔِ ﻭَالْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕِ

karena sekalipun yang demikian adakah yang mencukupi tetapi sulit menyertainya tercapai pahala berkumur dan istinsaq.

 ﺇِﺫْ ﻣَﺘَﻰ اﻧْﻐَﺴَﻞَ ﺟُﺰْءٌ ﻣِﻦْ ﺣَﻤْﺮَﺓِ اﻟﺸَّﻔَﺘَﻴْﻦِ ﻣَﻊَ ﻫَﺬِﻩِ اﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﻓَﺎﺗَﻪُ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔُ ﻭَالْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕُ

Karena ketika terbasuh satu bagian dari merah kedua bibir disertai niat ini, maka telah meninggalkannya pahala berkumur dan istinsaq.

Qultu : 

Maksudnya jika sudah berniat "saya berniat mengerjakan fardhu wudhu" ketika membasuh kedua telapak tangan, maka terbasuhnya kedua merah bibir ketika berkumur dihitung membasuh wajah, sehingga tidak dihitung berkumur dan tidak dapat dihitung istinsyaq karena sudah dianggap membasuh wajah yang merupakan fardhu wudhu.

 

Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali

Syaikh Nawawi Al Bantani

Syaikh Nawawi Al Bantani
Maha guru ulama nusantara

Bentengi ajaran ahlussunnah wal jama'ah dari penyimpangan golongan Wahabi

Arsip Blog