Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 01 Desember 2024

KITAB NIHAYATUZ ZAIN [SYAIKH NAWAWI AL BANTANI]

  

ﺑَﺎﺏُ الصَّلَاﺓِ

Bab Shalat

ﺣَﻘِﻴْﻘَﺘُﻬَﺎ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﺃَﻗْﻮَاﻝٌ ﻏَﺎلِبًا ﻭَﺃَﻓْﻌَﺎﻝٌ ﻭَﻟَﻮْ ﻗَﻠْﺒِﻴَّﺔً ﻣُﻔْﺘَﺘَﺤَﺔً ﺑِﺎﻟﺘَّﻜْﺒِﻴْﺮِ اﻟْﻤُﻘْﺘَﺮِﻥِ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﻣُﺨْﺘَﺘَﻤَﺔً ﺑِﺎﻟﺘَّﺴْﻠِﻴْﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪٍ ﻣَﺨْﺼُﻮْﺹٍ

Hakikat Shalat menurut syari'at adalah perkataan-perkataan pada umumnya dan perbuatan-perbuatan, sekalipun perbuatan hati, yang dimulai dengan takbir yang bersamaan dengan niat dan yang diakhiri dengan salam berdasarkan sisi yang dikhususkan.

ﻭَﻫِﻲَ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔُ ﺃَﻧّﻮَاﻉٍ

Shalat ada 4 macam :

ﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮْﻉِ ﻭَﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻭَﻓَﺮْﺽُ ﻛِﻔَﺎﻳَﺔٍ ﻭَﺳُﻨَّﺔٌ

1. Fardhu 'ain dengan sebab hukum asal sayr'iy

2. Fardhu 'ain dengan sebab nadzar

3. Fardhu kifayah

4. Sunnah

ﻓَﺎﻟْﻔَﺮْﺽُ اﻟْﻌَﻴْﻨِﻲُّ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮْﻉِ ﺧَﻤْﺲُ ﺻَﻠَﻮَاﺕٍ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔٍ

Fardhu 'ain dengan sebab hukum asal syar'iy  adalah shalat 5 waktu sehari semalam.

ﻭَﻫِﻲَ اﻟﻈُّﻬْﺮُ ﻭَاﻟْﻌَﺼْﺮُ ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﻭَاﻟْﺼُﺒْﺢُ لَا ﻏَﻴﺮَ ﻭَﻭُﺟُﻮْﺑُﻬَﺎ ﻣَﻌْﻠُﻮْﻡٌ ﻣِﻦَ اﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺑِﺎﻟﻀَّﺮُﻭْﺭَﺓِ ﻓَﻴَﻜْﻔُﺮُ ﺟَﺎﺣِﺪُﻫَﺎ

Dan shalat 5 waktu itu terdiri dari : Shalat Dzuhur, 'Ashar, Maghrib, 'Isya dan subuh. Tidak ada yang lain.

ﻭَﻓُﺮِﺿَﺖْ ﻟَﻴْﻠَﺔَ اﻟْﻤِﻌْﺮَاﺝِ ﻓِﻲ اﻟﺴَّﻤَﺎءِ

Dan diwajibkan pada malam peristiwa Mi'raj Nabi di langit.

ﻭَﻫَﺬِﻩِ اﻟﺼَّﻠَﻮَاﺕُ ﺗَﻔَﺮَّﻗَﺖْ ﻓِﻲ الْأَﻧْﺒِﻴَﺎءِ ﻓَﺎﻟْﻔَﺠْﺮُ لِآﺩَﻡَ ﻭَاﻟﻈُّﻬْﺮُ لِإِﺑْﺮَاﻫِﻴْﻢَ ﻭَاﻟْﻌَﺼْﺮُ ﻟِﺴُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ ﻟِﻌِﻴْﺴَﻰ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﺭَﻛَﻌَﺔً ﻋَﻦْ ﺃُﻣِّﻪِ ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﺧُﺼَّﺖْ ﺑِﻪِ ﻫَﺬِﻩِ اﻷُﻣَّﺔِ

Dan shalat-shalat 5 waktu ini terpisah bagi para Nabi. Shalat Subuh untuk Nabi Adam, Shalat Dzuhur untuk Nabi Ibrahim, Shalat Ashar untuk Nabi Sulaiman, Shalat Maghrib untuk Nabi Isa, dua raka'at untuk dirinya dan satu raka'at untuk ibunya, sedangkan Shalat Isya dikhususkan untuk umat ini.

ﻭَﻗِﻴْﻞَ اﻟﻈُّﻬْﺮُ ﻟِﺪَاﻭُﺩَ ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ ﻟِﻴَﻌْﻘُﻮْﺏَ ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﻟِﻴُﻮْﻧُﺲَ ﻭَﻗِﻴْﻞَ ﻟِﻤُﻮْﺳَﻰ ﻭَالْأَﺻَّﺢُ ﺃَﻥَّ اﻟْﻌِﺸَﺎءَ ﻣِﻦْ ﺧُﺼُﻮْﺻِﻴَّﺘِﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻧَﻘَﻠَﻪُ اﻟﺸِّﺒْﺮَاﻣَﻠِﺴِﻲُّ ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ﻗَﺎﺳِﻢٍ

Dan dikatakan sebagian ulama Shalat Dzuhur untuk Nabi Daud, Shalat Maghrib untuk Nabi Ya'qub, Shalat Isya untuk Nabi Yunus, dan dikatakan sebagian ulama untuk Nabi Musa, sedangkan pendapat yang paling sohih adalah sesungguhnya shalat Isya adalah sebagian dari kekhususan kita, sebagaimana Imam Syibromalisi telah mebukilnya dari Imam Ibnu Qosim.

ﻭَالْفَرْضُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻫُﻮَ ﻣَﺎ ﻳَﻮْﺟِﺒُﻪُ اﻟْﻤُﻜَﻠَّﻒُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻣِﻦَ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ

Dan yang dimaksud dengan nadzar adalah shalat shalat yang mana seorang mukallaf (baligh dan berakal) mewajibkan kepada dirinya sendiri dengan nadzar dari shalat shalat sunnah.

ﻭَﻳَﺴْﻠُﻚُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻣَﺴْﻠَﻚَ ﻭَاﺟِﺐِ اﻟﺸَّﺮْﻉِ ﻓِﻲ اﻟْﻌَﺰَاﺋِﻢِ

Dan ia beribadah dengan sebab nadzar ibadah yang wajib secara syar'iy dengan kemauan-kemauan yang kuat.

ﻛَﻮُﺟُﻮْﺏِ ﻓِﻌْﻠِﻪِ ﺩُﻭْﻥَ اﻟﺮَّﺧْﺺِ

seperti wajib mengerjakannya tanpa ada keringanan.

 ﻛَﺎﻟْﻘَﺼْﺮِ ﻭَاﻟْﺠَﻤْﻊِ

Seperti keringanan mengqoshor shalat dan menjamak shalat.

ﻭَﻓَﺮْﺽُ اﻟْﻜِﻔَﺎﻳَﺔِ ﻫُﻮَ صَلَاﺓُ اﻟْﺠَﻨَﺎﺯَﺓِ

Sedangkan fardhu kifayah adalah shalat jenazah.

ﻭَاﻟﺴُّﻨَّﺔُ ﻫِﻲَ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ الْآﺗِﻲ ﺑَﻴَﺎﻧَﻬَﺎ

Dan shalat sunnah adalah shalat-shalat an nawafil yang akan datang penjelasannya.

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗَﺠِﺐُ اﻟْﻤَﻜْﺘُﻮْﺑَﺔُ ﺃَﻱْ اﻟﺼَّﻠَﻮَاﺕُ اﻟْﺨَﻤْﺲُ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ

Pastinya wajib shalat fardhu, maksudnya shalat 5 waktu bagi seorang muslim (laki laki dan perempuan).

فَلَا ﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛَﺎﻓِﺮٍ ﺃَﺻْﻠِﻲٍّ وُجُوْبَ  ﻣُﻄَﺎﻟَﺒَﺔِ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻨَّﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﺻِﺤَّﺘِﻬَﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﻟَﻜِﻦَّ ﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭُﺟُﻮْﺏَ ﻣُﻌَﺎﻗَﺒَﺔٍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓِﻲ اﻵﺧِﺮَﺓِ ﻟﺘُﻤْﻜِﻨَﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻌْﻠِﻬَﺎ ﺑِﺎلإِسْلَاﻡِ

Maka tidak wajib bagi kafir asli (kafir sejak dari kecil), maksudnya wajib dari sisi perintah dari kami karena tidak sah shalat darinya. Tetapi wajib baginya, maksudnya wajib dari sisi mendapat siksa diakhirat karena  memungkinkannya untuk mengerjakannya dengan sebab masuk Islam.

ﻭَلَا ﻗَﻀَﺎءَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﺫَا ﺃَﺳْﻠَﻢَ

Dan tidak ada qodho shalat apabila ia masuk islam.

 ﻓَﺈِﺫَا ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﺃُﺛِﻴّﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻪُ ﻣِﻦَ اﻟْﻘُﺮْﺏِ اﻟَّﺘِﻲ لَا ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻰِ ﻧِﻴَّﺔٍ ﻛَﺼَﺪَﻗَﺔٍ ﻭَﺻِﻠَّﺔٍ ﻭَﻋِﺘْﻖٍ

Apabila ia masuk Islam, maka diberi pahala atas apa yang sudah ia kerjakan dari kebaikan yang tidak memerlukan niat, seperti shadaqah, silaturahmi dan membebaskan budak.

ﻭَﻣَﻦْ ﻧَﺸَﺄَ ﺑِﺸَﺎﻫِﻖِ ﺟَﺒَﻞٍ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﺒْﻠُﻐْﻪُ ﺩَﻋْﻮَﺓُ الْإِسْلَاﻡِ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺑِﺸَﻲْءٍ

Barang siapa yang tinggal di gunung tinggi dan tidak sampai kepadanya dakwah islam, maka dia bukan mukallaf.

Qultu : Mukallaf adalah orang yang terbebani dengan hukum hukum islam, salah satunya seperti wajib shalat.

ﻭَﻛَﺬَا ﻣَﻦْ ﺧُﻠِﻖَ ﺃَﻋْﻤَﻰ ﺃَﺻَﻢَّ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺑِﺸَﻲْءٍ

Dan sama halnya orang yang diciptakan dalam keadaan buta dan tuli, maka ia sama sekali bukan mukallaf.

ﺇِﺫْ لَا ﻃَﺮِﻳْﻖَ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻧَﺎﻃِﻘًﺎ لِأَﻥَّ اﻟﻨُّﻄْﻖَ ﺑِﻤُﺠَﺮَّﺩِﻩِ لَا ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻃَﺮِﻳْﻘًﺎ ﻟِﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ الْأَﺣْﻜَﺎﻡِ اﻟﺸَّﺮْﻋِﻴَّﺔِ

Karena tidak ada cara baginya untuk mengetahui ilmu tentang shalat, sekalipun ia mampu berbicara, karena berbicara hanya semata mata kemampuan bukan jalan untuk mengetahui hukum hukum Syari'ah.

بِخِلَاﻑٍ ﻣَﻦْ ﻃَﺮَﺃَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺫَﻟِﻚَ ﺑَﻌْﺪَ اﻟْﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ

Lain halnya orang yang tiba-tiba buta dan tuli setelah mengetahui hukum hukum syari'ah, maka ia adalah seorang mukallaf.

ﻭَﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤُﺮْﺗَﺪِ ﻓَﻴَﻘْﻀِﻴْﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﺃَﺳْﻠَﻢَ

Dan wajib shalat bagi orang yang murtad, maka ia wajib mengqodlo shalat yang ditinggalkan apabila kembali masuk islam.

ﺣَﺘَّﻰ ﺯَﻣَﻦِ اﻟْﺠُﻨُﻮْﻥِ ﻓِﻲ اﻟﺮِّﺩَّﺓِ ﺗَﻐْﻠِﻴْﻈًﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ

Sehingga zaman kegilaan di dalam kemurtadan, sebagai penguat terhadapnya.

ﻭَلِأَﻧَّﻪُ اْﻟْﺘَﺰَﻣَﻬَﺎ ﺑِﺎلْإِسْلَاﻡِ فَلَا ﺗَﺴْﻘُﻂُ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟْﺠُﺤُﻮْﺩِ ﻛَﺤَﻖِّ الْآﺩَﻣِﻲِّ بِخِلَاﻑِ ﺯَﻣَﻦِ اﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻭَاﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ ﻓِﻴْﻬَﺎ فَلَا ﺗَﻘْﻀِﻲِ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ

Karena orang murtad itu pernah dihukumi wajib shalat dengan sebab ke islaman maka tidak gugur kewajiban shalat darinya dengan sebab pengingkaran, seperi haqqul adamiy lain halnya zaman haidh dan nifas di dalamnya. Maka tidak wajib mengqodlo di dalam yang demikian.

ﻭَﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺃَﻱْ ﻣَﻦْ ﺫُﻛِﺮَ ﺑِﻀَﺮْﺏِ ﻋُﻨُﻘِﻪِ ﺑِﺎﻟﺴَّﻴْﻒِ لَا ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ

dan dihukum mati, maksudnya orang yang sudah dituturkan (dari orang orang yang sudah wajib shalat), dengan memenggal lehernya dengan pedang, tidak dengan selain yang demikian.

(ﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَﺟَﻬَﺎ) ﺃَﻱْ الصَّلَاﺓُ ﻭَﻟَﻮْ صَلَاﺓً ﻭَاﺣِﺪَﺓً ﻓَﻘَﻂْ (ﻋَﻦْ ﻭَﻗْﺖِ ﺟَﻤْﻊٍ) ﻟَﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ

Jika ia mengeluarkan shalat sekalipun satu shalat saja dari waktu jama' baginya. Itu jika ada.

فَلَا ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟﻈُّﻬْﺮِ ﻛَﺎﻟْﻌَﺼْﺮِ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻐْﺮُﺏَ اﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻭَلَا ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﻛَﺎﻟْﻌِﺸَﺎءِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻄْﻠُﻊَ اﻟْﻔَﺠْﺮُ لِأَﻥَّ ﻭَﻗْﺖَ اﻟْﺠَﻤْﻊِ ﻭَﻗْﺖُ الصَّلَاﺓِ ﻓِﻲ اﻟْﻌُﺬْﺭِ ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺷُﺒْﻬَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻘَﺘْﻞِ

Maka tidak dihukum mati dengan sebab meninggalkan dzuhur sama seperti ashar, sehingga terbenam matahari. Dan tidak dihukum mati dengan sebab meninggalkan maghrib, sama seperti  isya sehingga terbit fajar  Karena waktu jama' adalah waktu shalat di dalam keadaan udzur. Maka menjadi syubhat di dalam hukuman mati.

ﻭَﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟﺼُّﺒْﺢِ ﺑَﻌْﺪَ ﻃُﻠُﻮْﻉِ اﻟﺸَّﻤْﺲِ

Dan dihukum mati dengan sebab meninggalkan subuh sesudah terbit matahari.

ﺃَﻣَّﺎ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔُ ﻓَﻴُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﺿَﺎﻕَ اﻟْﻮَﻗْﺖُ ﻋَﻦْ ﺃَﻗَﻞِّ ﻣُﻤْﻜِﻦٍ ﻣِﻦَ اﻟْﺨُﻄْﺒَﺔِ ﻭَالصَّلَاﺓِ

Adapun shalat jum'at, maka dihukum mati dengan sebab meninggalkannya tanpa udzur apabila sempit waktu dari waktu paling sedikit yang memungkinkan dari khutbah dan shalat.

ﻭَﺇِﻥْ ﻗَﺎﻝَ ﺃُﺻَﻠِّﻴﻬَﺎ ﻇُﻬْﺮًا لِأَﻥَّ اﻟﻈُّﻬْﺮَ ﻟَﻴْﺲَ بَدَلًا ﻋَﻨْﻬَﺎ

Sekalipun seseorang berkata : aku sudah mengerjakan shalat dzuhur. Karena dzuhur bukan pengganti dari shalat jumat (jika tidak ada udzur).

(كَسْلًا) ﺃَﻭْ ﺗَﻬَﺎﻭُﻧًﺎ ﻣَﻊَ اﻋْﺘِﻘَﺎﺩِﻩِ ﻭُﺟُﻮْﺑِﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘُﺐْ

Karena malas, atau menganggap remeh disertai keyakinannya di dalam hukum wajib shalat. Dihukum mati jika tidak mau tobat.

ﺃَﻱْ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻞِ الصَّلَاﺓَ ﺑَﻌْﺪَ ﻣُﻄَﺎﻟَﺒَﺔِ الْإِﻣَﺎﻡِ ﺃَﻭْ ﻧَﺎﺋِﺒِﻪِ ﺑِﺄَﺩَاﺋِﻬَﺎ ﻭَﺗَﻮَﻋَّﺪَﻩُ ﺑِﺎﻟْﻘَﺘْﻞِ

Maksudnya jika tidak mengerjakan shalat sesudah Imam atau wakilnya memerintahkan mengerjakan shalat dan mengancamnya dengan hukuman mati.

ﻓَﻴُﻄَﺎﻟَﺐُ ﻧَﺪْﺑًﺎ الْإِﻣَﺎﻡُ ﺃَﻭْ ﻧَﺎﺋِﺒُﻪُ ﻓِﻲ اﻟْﺤَﺎﻝِ ﺑِﺄَﺩَاﺋِﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﺿَﺎﻕَ ﻭَﻗْﺘُﻬَﺎ ﻋَﻦْ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ ﺑِﺄَﻥْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺯَﻣَﻦٌ ﻳَﺴَﻊُ ﻣِﻘْﺪَاﺭُ اﻟْﻔَﺮِﻳْﻀﺔِ ﻭَاﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ

Maka imam atau wakilnya disunnahkan memerintahkan mengerjakan shalat apabila sempit waktu shalat dari mengerjakannya, yaitu hanya tersisa dari waktu shalat yang cukup sekedar mengerjakan rukun shalat dan bersuci.

ﻭَﻳَﺘَﻮَّﻋَﺪُﻩُ ﺑِﺎﻟْﻘَﺘْﻞِ ﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَجَهَا ﻋَﻦِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ

Dan mengancamnya dengan hukuman mati jika ia mengeluarkan shalat dari waktunya.

ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ ﻟَﻪُ ﺻَﻞِّ ﻓَﺈِﻥْ ﺻَﻠَﻴْﺖَ ﺗَﺮَﻛْﻨَﺎﻙَ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَﺟﺘَﻬَﺎ ﻋَﻦِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻗَﺘَﻠْﻨَﺎﻙَ

Maka imam berkata kepadanya : Kerjakanlah shalat..!!  jika kamu shalat maka kami akan meninggalkan mu. Jika kamu mengeluarkan shalat dari waktunya maka kami akan menghukum mati kamu.

ﻭَﻋُﻠِﻢَ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻥَّ اﻟْﻮَﻗْﺖَ ﻭَﻗْﺘَﺎﻥِ ﻭَﻗْﺖُ ﺃَﻣْﺮٍ ﻭَﻭَﻗْﺖُ ﻗَﺘْﻞٍ فَلَا ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻋِﻨْﺪَ ﺿَﻴْﻖِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﺘَﺤَﻘَّﻖَ ﻓَﻮْﺗَﻬَﺎ

Dan diketahui dari yang demikian itu, sesungguhnya waktu (terkait hukuman mati bagi orang yang meninggalkan shalat 5 waktu) terbagi dua :

1. Waktu perintah

2. Waktu menghukum mati

Maka orang yang meninggalkan shalat tidak dihukum mati ketika sempit waktu sekiranya ia memastikan akan tertinggal shalat.

ﺛُﻢَّ اﻟْﻘَﺘْﻞُ ﺑَﻌْﺪَ ﺧُﺮُﻭْﺝِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻛَﻮْﻧِﻬَﺎ ﻗَﻀَﺎءً ﺇِﺫْ لَا ﻗَﺘْﻞَ ﺑِﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻟِﻠﺘّﺮْﻙِ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻣَﻊَ اﻟْﻄَﻠَﺐِ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻭَاﻣْﺘِﻨَﺎﻋُﻪُ ﻣِﻦَ اﻟْﻔِﻌْﻞِ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺼْﺮُﺡْ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ لَا ﺃَﻓْﻌَﻞُ ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻓَﺘْﺢِ اﻟْﺠَﻮَاﺩِ

Kemudian menghukum mati setelah keluar waktu bukanlah bagi kemutlakan keadaannya mengqadha  shalat, karena tidak ada hukuman mati dengan sebab sudah mengqadha shalat. Dan pastinya hukuman mati itu  karena meninggalkan shalat tanpa udzur disertai ada tuntutan darinya mengerjakan di dalam waktu dan terhalanginya dari mengerjakan sesudahnya sekalipun tidak jelas dengan perkataannya : Aku tidak akan mengerjakan shalat. Yang demikian sebagaimana dikatakan di dalam kitab Fathul Jawad.

ﻭَﺣُﻜْﻤُﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻗَﺘْﻠِﻪِ ﺣُﻜْﻢُ ﺑَﺎﻗِﻲْ اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ

Hukumnya sesudah hukuman matinya adalah hukum kaum muslimin seutuhnya.

ﻓِﻲ ﻭُﺟُﻮْﺏِ اﻟﺪَّﻓْﻦِ ﻭَاﻟْﻐُﺴْﻞِ ﻭَاﻟﺘَّﻜْﻔِﻴْﻦِ ﻭَالصَّلَاﺓِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻛَﻐَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻤَّﻦْ ﻗُﺘِﻞَ ﺣَﺪًّا ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ

Di dalam wajib menguburkan, memandikan, mengkafani dan menyolatkannya, sama seperti selainnya dari orang yang dihukum mati dari kaum muslimin sebagai had.

Qultu : Orang yang dihukum mati karena meninggalkan shalat dan tidak mau tobat setelah diminta tobat maka status mayitnya adalah mayit seorang muslim dan diperlakukan sama seperti muslim lainnya.

ﻭَﻟَﻮْ ﺯَﻋَﻢَ ﺯَاﻋِﻢٌ ﺃَﻥَّ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ اﻟﻠﻪِ ﺣَﺎﻟَﺔٌ ﺃَﺳْﻘَﻄَﺖْ ﻋَﻨْﻪُ الصَّلَاﺓَ ﻭَﺃَﺣَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺷُﺮْﺏَ اﻟْﺨَﻤْﺮِ ﻛَﻤَﺎ ﺯَﻋَﻤَﻪُ ﺑَﻌْﺾُ اﻟﺼُّﻮْﻓِﻴَّﺔِ فَلَا ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﻭُﺟُﻮْﺏِ ﻗَﺘْﻠِﻪِ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﺧُﻠُﻮْﺩِﻩِ ﻓِﻲ اﻟﻨَّﺎﺭِ ﻧَﻈْﺮٌ ﻭَﻗَﺘْﻞُ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﻗَﺘْﻞِ ﻣِﺎﺋَﺔِ ﻛَﺎﻓِﺮٍ لِأَﻥَّ ﺿَﺮَّﺭَﻩُ ﺃَﻛْﺜَﺮُ

Apabila seseorang menyangka antara dia dan Allah adalah satu kesatuan, lalu yang demikian menggugurkan dari shalat dan menghalalkan baginya meminum khamr sebagaimana telah menyangka demikian sebagian sufi, maka tidak ada keraguan di dalam wajibnya menghukum matinya, sekalipun di dalam masalah kekalnya di neraka harus dipertimbangkan, dan menghukum mati semisal yang demikian lebih utama dari membunuh 100 kafir (harbi) karena bahayanya lebih banyak.

(ﻭَﻳُﺒَﺎﺩِﺭُ ﺑِﻔَﺎﺋِﺖٍ) ﻣِﻦْ ﻓَﺮْﺽِ صَلَاﺓٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ ﻣَﺘَﻰ ﺗَﺬَﻛُّﺮِﻩِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺕَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ تَعْجِيْلًا ﻟِﺒَﺮَاءَﺓِ اﻟﺬِّﻣَّﺔِ

dan bersegera mengqodho shalat yang tertinggal dari shalat fardhu dan selainnya ketika mengingatnya, hukumnya wajib jika meninggalkan shalat tanpa udzur, segera mengqodho untuk membebaskan beban kewajiban.

فَلَا ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻟِﻐَﻴْﺮِ اﻟْﻤَﻌْﺬُﻭْﺭِ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﺮِّﻑَ ﺯَﻣَﻨًﺎ ﻓِﻲ ﻏَﻴْﺮِ ﻗَﻀَﺎﺋِﻪِ ﻛَﺎﻟﺘَّﻄَﻮُّﻉِ ﻭَﻓَﺮْﺽِ اﻟْﻜِﻔَﺎﻳَﺔِ ﻭَﻓَﺮْﺽِ ﻋَﻴْﻦٍ ﻣُﻮْﺳِﻊٍ

Maka tidak boleh bagi yang meninggalkan shalat tanpa udzur menggunakan waktu selain untuk mengqodhonya, seperti mengerjakan shalat sunnah, shalat yang dihukumi fardhu kifayah dan fardhu 'ain yang leluasa waktunya (maksudnya adalah shalat sunnah yang dinadzarkan sehingga hukumnya menjadi fardhu 'ain akan tetapi tidak ditentukan waktu pelaksanaannya).

ﺇِلَّا ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻳَﻀْﻄِﺮُّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻛَﺎﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَﺗَﺤْﺼِﻴْﻞُ ﻣُﺆَﻧَّﺔٍـ ﻣَﻦْ ﺗَﻠْﺰَﻣُﻪُ ﻣُﺆَﻧَّﺘُﻪُ

(Wajib segera mengqodho shalat)...kecuali di dalam perkara yang sangat mendesak seperti tidak kuat menahan untuk tidur dan menghasilkan nafkah orang yang wajib ia nafkahi.

ﻭﻛَﺎﻟﺼُّﻮَﺭِ اﻟْﻤُﺴْﺘَﺜْﻨَﺎتِ ﻣِﻦْ ﻭُﺟُﻮْﺑِﻬَﺎ اﻟْﻔَﻮْﺭِﻳَّﺔِ ﻭَﻫِﻲَ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ

Dan sama seperti gambaran - gambaran pengecualian lain dari wajibnya segera mengqodho, dan yang demikian itu ada di dalam beberapa persoalan. Di antaranya :

ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﺧَﺎﻑَ ﻓَﻮْﺕُ ﺃَﺩَاءٍ ﺣَﺎﺿِﺮَﺓٍ ﺑِﺄَﻥْ ﻋَﻠِﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻮِ اﺷْﺘَﻐَﻞَ ﺑِﻘَﻀَﺎءِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻟَﻢْ ﻳُﺪْﺭِﻙْ ﻣِﻦْ ﻭَﻗْﺖِ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓَﻴَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ

Apabila seseorang takut meninggalkan shalat tunai yang hadir, dengan sebab ia mengetahui,  jika sibuk mengqodlo shalat yang tertinggal, maka tidak akan mengejar  waktu shalat tunai yang hadir yang cukup untuk mengerjakan satu raka'at. Maka ia wajib memulai shalat tunai yang hadir terlebih dahulu.

ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻔَﻮْﺕِ ﺃَﺩَاءِ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﻓَﻮُْﺕُ ﺟَﻤَﺎﻋَﺘِﻬَﺎ

Lain halnya dengan tertinggal mengerjakan shalat tunai yang hadir adalah tertinggal berjama'ahnya.

ﻓَﺈِﺫَا ﺧَﺎﻑَ ﻓَﻮْﺗَﻬَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻭَﻇَﺎﻫِﺮُ ﻫَﺬَا ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻭَﻟَﻮْ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ

Apabila seseorang takut tertinggal berjama'ah, maka ia tetap wajib memulai shalat Qodho. Dan yang jelas dari hal ini adalah ia tetap memulai mengqodho shalat yang tertinggal sekalipun meninggalkan shalat dengan udzur.

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ لَا ﻓَﺮْﻕَ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻥْ ﻳَﺮْﺟُﻮْ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔً ﻏَﻴْﺮَ ﻫَﺬِﻩِ ﺃَﻭْ لَا

Dan yang demikian tidak ada perbedaan antara seseorang mengharapkan jama'ah selain shalat ini atau tidak.

ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻟَﻢْ ﻳُﻮْﺟَﺪْ ﺇِلَّا ﺛَﻮْﺏٌ ﻭَاﺣِﺪٌ ﻓِﻲْ ﺭِﻓْﻘَﺔٍ ﻋُﺮَاﺓٍ ﺃَﻭِ اﺯْﺩَﺣَﻤُﻮْا ﻋَﻠَﻰ ﺑِﺌْﺮٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻜَﺎﻥٍ للصَّلَاةِ فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻨْﺘَﻬِﻲ اﻟﻨَﻮْﺑَﺔُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ

Dan sebagian dari persoalan-persoalan lain adalah apabila seseorang tidak menemukan pakaian kecuali hanya ada satu pakaian di dalam satu perkumpulan orang orang yang telanjang (tidak punya pakaian) atau  mereka berdesakan di atas sumur (tempat sempit) atau tempat untuk shalat, maka dia tidak mengqodho sampai berakhir gilirannya.

ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺎﻗِﺪُ اﻟﻄُّﻬُﻮْﺭَﻳْﻦِ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻟِﺤُﺮْﻣَﺔِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺛُﻢَّ ﻭَﺟَﺪَ ﺧَﺎﺭِﺝَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺗُﺮَاﺑًﺎ لَا ﻳَﺴْﻘُﻂُ ﺑِﻪِ اﻟْﻔَﺮْﺽُ

َDan sebagian darinya adalah orang yang tidak menemukan dua alat bersuci (air dan tanah). Apabila ia shalat lihurmatil waqti, kemudian ia menemukan tanah di luar waktu shalat yang tidak dapat gugur dengan sebabnya satu kefardhuan.

ﻛَﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺑِﻤَﺤَﻞٍّ ﻳَﻐْﻠُﺐُ ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﺟُﻮْﺩُ اﻟْﻤَﺎءِ فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺑِﻪِ ﺇِﺫْ لَا ﻓَﺎﺋِﺪَﺓَ ﻓِﻴْﻪِ

Seperti berada di satu tempat yang kuat dugaan di dalamnya menemukan air, maka ia tidak mengqodho shalat dengan bersuci menggunakan tanah itu. Karena tidak ada faedah di dalamnya.

ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻭَﺟَﺪَ ﻏَﺮِﻳْﻘًﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺇِﻧْﻘَﺎﺫُﻩُ ﻓَﻴُﺤَﺮَّﻡُ اﺷْﺘِﻐَﺎﻟُﻪُ ﺑِﺎﻟْﻘَﻀَﺎءِ

Dan sebagian darinya adalah apabila menemukan orang yang tenggelam. Maka ia wajib menolongnya, diharamkan sibuk mengqodho shalat.

ﻭَﻳُﺒَﺎﺩِﺭُ ﺑِﻔَﺎﺋِﺖٍ اﺳْﺘِﺤْﺒَﺎﺑًﺎ ﻣُﺴَﺎﺭَﻋَﺔً ﻟِﺒَﺮَاءَﺓِ ﺫِﻣَّﺘِﻪِ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺕَ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ

Sunnah hukumnya segera mengqodho shalat yang tertinggal, karena mempercepat membebaskan beban kewajibannya jika ia meninggalkan shalat dengan udzur.

ﻓَﺈِﻥَّ ﻭُﺟُﻮْﺏَ ﻗَﻀَﺎﺋِﻪِ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺘَّﺮَاﺧِﻲ

Maka kewajiban qodhonya dengan waktu yang leluasa.

ﻭَاﻟْﻌُﺬْﺭُ ﻛَﻨَﻮْﻡٍ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﺪَّ ﺑِﻪِ ﺑِﺄﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻞَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺃَﻭْ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﻭَﺛِﻖَ ﺑِﻴَﻘْﻈَﺘِﻪِ ﻗَﺒْﻞَ ﺧُﺮُﻭْﺟِﻪِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳُﺪْﺭِﻙُ الصَّلَاﺓَ ﻓِﻴْﻪِ

Dan udzur adalah seperti tidur yang tidak disengaja, yaitu tidur sebelum masuk waktu atau di dalam waktu dan ia yakin bangunnya sebelum keluar waktu sekiranya dapat mengejar shalat di dalamnya.

ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺘَﻌَﺪِّﻳًﺎ ﺑِﻪِ ﻛَﺄَﻥْ ﻧَﺎﻡَ ﺑَﻌْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺜِﻖْ ﺑِﻴَﻘْﻈَﺘِﻪِ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﺟَﺐَ اﻟْﻘَﻀَﺎءُ ﻓَﻮْﺭًا

Jika tidur dengan sengaja, seperti seseorang tidur sesudah masuk waktu shalat dan ia tidak yakin bangunnya di dalam waktu shalat, maka ia wajib mengqodho shalat dengan segera.

ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻣُﺘَﻌَﺪِّﻳًﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَاﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﻣِﻦْ ﻧَﻮْﻣِﻪِ ﻭَﻗَﺪْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣِﻦْ ﻭَﻗْﺖِ اﻟْﻔَﺮِﻳْﻀَﺔِ ﻣَﺎ لَا ﻳَﺴَﻊُ ﺇِلَّا اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﻀُﻪُ ﻓَﺤُﻜْﻤُﻪُ ﺣُﻜْﻢُ ﻣَﺎ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ فَلَا ﻳَﺠِﺐُ ﻗَﻀَﺎﺅُﻫَﺎ ﻓَﻮْﺭًا

Dan sekiranya tidur tidak disengaja dan ia bangun dari tidurnya, tersisa dari waktu fardhu yang tidak cukup kecuali hanya untuk berwudhu atau sebagian dari wudhu, maka hukumnya adalah hukum meninggalkan shalat dengan udzur. Tidak wajib mengqodho shalat dengan segera. 

ﻭَﻣِﻦَ الْأَﻋْﺬَاﺭِ ﻧِﺴْﻴَﺎﻥُ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺸَﺄْ ﻋَﻦْ ﺗَﻘْﺼِﻴْﺮٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻦْ ﺗَﻘْﺼِﻴْﺮٍ ﻛَﺎﺷﺘِﻐَﺎﻝٍ ﺑِﻠَﻌْﺐٍ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻋُﺬْﺭًا ﻭَاﺷْﺘِﻐَﺎﻝٍ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻪُ ﺗَﻘْﺪِﻳْﻤُﻪُ ﻋَﻠَﻰ الصَّلَاةِ ﻛَﺪَﻓْﻊِ ﺻَﺎﺋِﻞٍ

Dan sebagian dari udzur-udzur meninggalkan shalat (selain tidur) adalah :

1.     Lupa yang tidak timbul dari kelalaian, jika adanya lupa dari kelalaian seperti sibuk dengan permainan maka bukan termasuk udzur.

  1. Sibuk dengan perkara yang mewajibkannya untuk mendahulukannya di atas shalat seperti mengusir binatang buas.

وَتُقْضَى الْجُمُعَةُ ظُهْرًا

Shalat jum'at diqodho dengan shalat dzuhur (4 raka'at).

ﻭَﻳُﻨْﺪَﺏُ ﻗَﻀَﺎءُ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ اﻟْﻤُﺆَﻗَّﺘَﺔِ

Dan disunnahkan mengqodho shalat shalat sunnah yang terikat waktu

ﺩُﻭْﻥَ اﻟﻨَّﻔْﻞِ اﻟْﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻭَﺫِﻱ اﻟﺴَّﺒَﺐِ

Bukan shalat sunnah mutlak dan yang memiliki sebab.

ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻮَاﺋِﺖٌ لَا ﻳُﻌْﻠَﻢُ ﻋَﺪَﺩُﻫَﺎ ﻗَﻀَﻰ ﻣَﺎ ﺗَﺤَﻘَّﻖَ ﺗَﺮْﻛُﻪُ فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ اﻟْﻤَﺸْﻜُﻮْﻙَ ﻓِﻴْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ اﻟْﻘَﻔَﺎﻝُ

Jika seseorang wajib mengqodho beberapa shalat yang tidak diketahui jumlahnya, maka ia wajib mengqodho yang jelas meninggalkannya, tidak mengqodho yang diragukan di dalamnya berdasarkan pendapat yang dikatakan oleh Imam Al Qoffal.

ﻭَاﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪُ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ اﻟْﻘَﺎﺿِﻲُّ ﺣُﺴَﻴْﻦِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﻘْﻀِﻲ ﻣَﺎ ﺯَاﺩَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺗَﺤَﻘَّﻖَ ﻓِﻌْﻠُﻪُ ﻓَﻴَﻘْﻀِﻲ ﻣَﺎ ﺫُﻛِﺮَ

Dan yang mu'tamad adalah pendapat yang dikatakan oleh Al Qodhi Husein , yaitu wajib mengqodho selebihnya di atas yang jelas sudah ia kerjakan, maka ia mengqodho apa apa yang sudah dituturkan. 

ﻭَﻳُﺴَﻦُّ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺒُﻪُ ﺃَﻱِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺖُ ﻓِﻲْ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺐِ ﺃَﻭْﻗَﺎﺕِ اﻟْﻔَﻮَاﺋِﺖِ ﻭَﺃَﻳَّﺎﻣِﻬَﺎ ﺧُﺮُﻭْﺟًﺎ ﻣِﻦّ خِلَاﻑٍ ﻣَﻦْ ﺃَﻭْﺟَﺒَﻪُ

Dan disunnahkan tartib. Maksudnya mengqodho shalat yang tertinggal harus tartib waktu shalat yang tertinggal dan tartib hari harinya, agar keluar dari perbedaan pendapat orang yang mewajibkan tartib.

ﻓَﻴَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺖِ ﺃَﻭَّلًا ﻭَﻟَﻮْ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ ﻭَﻳُﺆَﺧِّﺮُ ﻋَﻨْﻪُ اﻟْﻔَﺎﺋِﺖَ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﻭَﻟَﻮْ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ

Maka seseorang memulai shalat yang tertinggal yang awal waktu sekalipun meninggalkan shalat dengan udzur dan mengakhirkan shalat yg tertinggal waktu yang ke dua sekalipun meninggalkannya tanpa udzur.

ﻓَﻠَﻮْ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﻇُﻬْﺮٌ ﻫَﺬَا اﻟْﻴَﻮْﻡِ مَثَلًا ﺑِﻌُﺬْﺭٍ ﻭَﻋَﺼْﺮُﻩُ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻗَﺪَّﻡَ ﻓِﻲ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ اﻟﻈُّﻬْﺮَ ﻣُﺮَاﻋَﺎﺓً ﻟِﻠﺘَّﺮْﺗِﻴْﺐِ

Jika dzuhur tertinggal hari ini misalkan, dengan udzur, dan asharnya tertinggal tanpa udzur, maka ia mendahulukan mengqodho shalat dzuhur karena menjaga tartib.

ﻭَﻓُﻬِﻢَ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَا اﻟْﻤِﺜَﺎﻝِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻮْ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﻋَﺼْﺮٌ الْأَﻣْﺲِ ﻭَﻇُﻬْﺮٌ اﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻗَﺪَّﻡَ ﻓِﻲ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻋَﺼْﺮَ الْأَﻣْﺲِ ﻋَﻠَﻰ ﻇُﻬْﺮِ اﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻣُﺮَاﻋَﺎﺓً ﻟِﻠﺘَّﺮْﺗِﻴْﺐِ

dan bisa difahami dari pemisalan ini, bahwa jika ia meninggalkan shalat ashar kemarin dan meninggalkan shalat dzuhur hari ini, maka ia mendahulukan mengqodho shalat ashar yang kemaren dari shalat dzuhur hari ini karena menjaga tartib. 

ﻭَﻳُﺴَﻦُّ (ﺗَﻘْﺪِﻳْﻤُﻪُ) ﺃَﻱِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺖُ(ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺎﺿِﺮَﺓٍ) ﻋَﻠَﻰ ﺗَﻔْﺼِﻴْﻞٍ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ

Dan disunnahkan mendahulukannya. Maksudnya shalat yang tertinggal di atas shalat yang hadir Berdasarkan perincian di dalam yang demikian.

Qultu :

 Disunnahkan mendahulukan shalat qodho di atas shalat tunai yang hadir.

ﺣَﺎﺻِﻠُﻪُ

Kesimpulannya :

ﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔ ﻳُﺪْﺭِﻙُ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻛُﻠَّﻬَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ

Sesungguhnya yang demikian jika ia mengetahui bahwa sesudah selesainya dari shalat yang tertinggal Ia dapat mengejar shalat yang hadir seluruhnya di dalam waktu. Maka ia memulai dengan shalat yang tertinggal.

 ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺗَﺘْﻪُ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻭَﻧَﺪْﺑًﺎ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺗَﺘْﻪُ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ

Hukumnya wajib jika shalat tertinggal dengan tidak ada udzur dan sunnah jika shalat tertinggal dengan udzur.

Qultu :

Jika seseorang mengetahui dan yakin : jika ia mendahulukan shalat qodho maka shalat tunai yang hadir bisa dikerjakan seluruh rukun rukunnya, maka ia dahulukan shalat qodho. Dan di dalam mendahulukan shalat qodho tersebut hukumnya diperinci : dihukumi wajib jika shalat tertinggal tanpa udzur dan dihukumi sunnah jika shalat tertinggal tanpa udzur.

ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻻَ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﻣِﻦَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻧَﺪْﺑًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ

Dan jika dia mengetahui bahwa setelah selesainya dari mengqodho shalat yang tertinggal Ia tidak akan mengejar shalat (tunai) yang hadir kecuali hanya dapat satu raka'at di dalam waktu yang hadir. Maka ia memulai dengan (mengqodho shalat) yang tertinggal, hukumnya sunnah secara mutlak.

Qultu :

Jika seseorang mengetahui dan yakin : jika mengerjakan shalat qodho maka ada sisa waktu yang cukup untuk mengerjakan shalat tunai yang hadir satu raka'at di dalam waktubyang hadir. Maka tetap disunnahkan mendahulukan shalat qodho. Karena pendapat mu'tamad di dalam madzhab adalah satu raka'at di dalam waktu dihitung shalat tunai, sekalipun sisa raka'at yang lain keluar waktu. Dan tidak ada dosa bagi orang yang mengerjakan demikian.

 ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ اﻟْﺒَﺎﻗِﻲ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﻭَﺩُﻭْﻥَ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻗَﺪَّﻡَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ  ﻟِﺌَﻼَّ ﺗَﺼِﻴْﺮُ ﺻَﺎﺣِﺒَﺔُ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓَﺎﺋِﺘَﺔً ﺃَﻳْﻀًﺎ

Dan jika ada yang tersisa dari waktu yang cukup (hanya untuk) berwudhu dan tidak (cukup untuk mengerjakan) satu raka'at. Maka ia mendahulukan (shalat tunai) yang hadir di atas (shalat) yang tertinggal ggar shalat pemilik waktu tidak menjadi shalat yang tertinggal juga.

Qultu :

Jika sisa waktu yang hadir diduga hanya cukup untuk wudhu dan tidak dapat mengerjakan satu raka'at. Maka ia dahulukan shalat tunai yang hadir. Maksudnya agar shalat tunai yang hadir tidak keluar dari waktunya karena sibuk mengqodho shalat yang tertinggal. 

ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻻَ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﻣِﻦَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻧَﺪْﺑًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ

Dan jika dia mengetahui bahwa setelah selesainya dari mengqodho shalat yang tertinggal Ia tidak akan mengejar shalat (tunai) yang hadir kecuali hanya dapat satu raka'at di dalam waktu yang hadir. Maka ia memulai dengan (mengqodho shalat) yang tertinggal, hukumnya sunnah secara mutlak.

Qultu :

Jika seseorang mengetahui dan yakin : jika mengerjakan shalat qodho maka ada sisa waktu yang cukup untuk mengerjakan shalat tunai yang hadir satu raka'at di dalam waktubyang hadir. Maka tetap disunnahkan mendahulukan shalat qodho. Karena pendapat mu'tamad di dalam madzhab adalah satu raka'at di dalam waktu dihitung shalat tunai, sekalipun sisa raka'at yang lain keluar waktu. Dan tidak ada dosa bagi orang yang mengerjakan demikian.

ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ اﻟْﺒَﺎﻗِﻲ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﻭَﺩُﻭْﻥَ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻗَﺪَّﻡَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ

Dan jika ada yang tersisa dari waktu yang cukup (hanya untuk) berwudhu dan tidak (cukup untuk mengerjakan) satu raka'at. Maka ia mendahulukan (shalat tunai) yang hadir di atas (shalat) yang tertinggal.

Qultu :

Jika sisa waktu yang hadir diduga hanya cukup untuk wudhu dan tidak dapat mengerjakan satu raka'at. Maka ia dahulukan shalat tunai yang hadir.

ﻟِﺌَﻼَّ ﺗَﺼِﻴْﺮُ ﺻَﺎﺣِﺒَﺔُ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓَﺎﺋِﺘَﺔً ﺃَﻳْﻀًﺎ

Agar shalat pemilik waktu tidak menjadi shalat yang tertinggal juga.

Qultu :

Maksudnya agar shalat tunai yang hadir tidak keluar dari waktunya karena sibuk mengqodho shalat yang tertinggal.

ﻭَﻳُﺆْﻣَﺮُ ﺻَﺒِﻲُّ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ (ﻣُﻤَﻴِّﺰٌ) ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺼِﻴْﺮَ ﺃَهْلاً ﻷِﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻭَﻳَﺸْﺮَﺏَ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻨْﺠِﻲ ﻛَﺬَﻟِﻚَ (ﺑِﻬَﺎ) ﺃَﻱِ الصَّلَاةُ ﻭَﻟَﻮْ ﻗَﻀَﺎءً

Dan diperintahkan shalat anak kecil laki-laki dan perempuan yang tamyiz, dengan tanda si anak sudah bisa makan sendiri, minum (sendiri) dan cebok (sendiri), sama seperti yang demikian itu dengannya. Maksudnya (diperintahkan) shalat sekalipun shalat qadha.

Qultu :

Anak kecil yang sudah tamyiz diperintahkan shalat. Batasan tamyiz adalah bisa makan, minum dan cebok sendiri serta bisa melakukan shalat.

ﺃَﻱْ ﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﻮَﻳْﻪِ ﻭَﺇِﻥْ عَلاَ ﺛُﻢَّ اﻟﻮَﺻِﻲِّ ﺃَﻭِ اﻟْﻘَﻴْﻢِ ﻭَﻛَﺬَا ﻧَﺤْﻮُ اﻟْﻤُﻠْﺘَﻘِﻂِ ﻭَﻣَﺎﻟِﻚِ اﻟﺮَّﻗِﻴْﻖِ ﻭَاﻟْﻮَﺩِﻳْﻊِ ﻭَاﻟْﻤُﺴْﺘَﻌِﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻣُﺮَ اﻟْﻄَﻔْﻞَ بِاالصَّلَاةِ (ﻟِﺴَﺒْﻊٍ) ﻣِﻦَ اﻟﺴِﻨِﻴْﻦَ ﺃَﻱْ ﺑَﻌْﺪَ اﺳﺘِﻜْﻤَﺎﻟِﻬَﺎ

Maksudnya wajib bagi setiap dari kedua orang tua si anak sekalipun dari sisi ibu, kemudian yang diberi wasiat (mengurus anak), atau yang mengurus (si anak), dan sama halnya semisal orang yang memungut (si anak) dan yang memiliki budak dan yang dititipi (si anak) dan yang meminjam (anak) Bahwasanya dia wajib memerintahkan si anak itu dengan (perintah mengerjakan) shalat karena (sudah  berumur) tujuh tahun, maksudnya sesudah sempurnanya (tujuh tahun).

Qultu :

Hukumnya wajib bagi orang tua atau yang mengurus si anak memerintahkan shalat. Artinya jika tidak memerintahkan si anak shalat, maka orang tua itu berdosa sedangkan si anak tidak berdosa.

فَلَا ﻳَﺠِﺐُ اﻷَﻣْﺮُ ﻗَﺒْﻞَ اِﺟْﺘِﻤَﺎﻉِ اﻟﺴَّﺒْﻊِ ﻭَاﻟﺘَﻤْﻴِﻴْﺰِ ﻭَﻻَ ﻳَﻘْﺘَﺼِﺮُ اﻟْﻮَﻟِﻲٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺠَﺮَّﺩِ اﻷَﻣْﺮِ ﺑَﻞْ ﻣَﻊَ اﻟﺘَﻬْﺪِﻳْﺪِ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﻙِ اﻟﺼَّﻼَﺓِ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﺘَﻮَﻋَﺪَّﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﻳُﺨَﻮِّﻓُﻪُ ﺇِﺫَا ﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ

Maka tidak wajib memerintahkan sebelum sampai (usia) tujuh (tahun) dan tamyiz. Wali tidak hanya semata-mata memerintahkan tapi disertai ancaman jika meninggalkan shalat, seperti mengancam si anak dengan hal yang menakutkannya  apabila si anak meninggalkan shalat.

Qultu :

Batasan wajib memerintahkan shalat adalah ketika sudah berumur 7 tahun dan tamyiz. Maka tidak wajib jika belum berumur 7 tahun dan belum tamyiz. Dan tidak wajib jika sudah berumur 7 tahun tapi belum tamyiz. Orang tua bukan hanya memerintahkan anak, akan tetapi disertai ancaman yang membuat anak takut jika meninggalkan shalat. 

ﻭَﻳُﻀْﺮَﺏُ ﺃَﻱِ اﻟْﻤُﻤَﻴِّﺰُ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﺫُﻛِﺮَ  (ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ) ﺃَﻱْ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﻛِﻬَﺎ ﺿَﺮْﺑًﺎ ﻏَﻴْﺮِ ﻣُﺒَﺮِّﺡٍ ﻟِﻌَﺸْﺮٍ ﻷِﻧَّﻪُ ﻣَﻈِﻨَّﺔُ اﻟﺒُﻠُﻮُﻍِ ﻓَﻴَﺠُﻮْﺯُ ﺿَﺮْﺑُﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛْﻨَﺎءِ اﻟْﻌَﺎﺷِﺮَﺓِ ﻭَاﻷَﺻْﻞُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺮُﻭْا ﺃَﻭْﻻَﺩَﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﺳَﺒْﻊٍ ﻭَاﺿْﺮِﺑُﻮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﻋَﺸْﺮٍ ﻭَﻓَﺮّﻗُﻮْا ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ

 Dan dipukul maksudnya anak yang sudah tamyiz, hukumnya wajib bagi orang yang sudah dituturkan terhadapnyanya, maksudnya jika meninggalkan shalat pukulan yang tidak membuat bekas luka memar karena (sudah berumur) sepuluh tahun, karena usia demikian adalah letak dugaan sudah baligh, maka boleh memukulnya pada pertengahan (usia) yang kesepuluh (tahun). Dan asal (dalil) di dalam yang demikian itu adalah Sabda Nabi : Perintahkan oleh kalian anak anak kalian mengerjakan shalat ketika sudah berusia tujuh tahun dan pukul lah mereka jika meninggalkan shalat. Ketika mereka sudah berusia 10 tahun dan pisahkan oleh kalian diantara mereka di dalam tempat tempat tidur.

Qultu :

Jika anak sudah tamyiz dan sudah berumur 10 tahun, maka wajib bagi orang tua memukul si anak jika meninggalkan shalat, dengan pukulan yang tidak membuat bekas luka memar atau berdarah. Artinya jika orang tua itu tidak memukul maka orang tua itu berdosa. Ini bukan termasuk kekerasan terhadap anak di bawah umur, ini syari'at dan syari'at itu sesuai fitrah manusia. Usia 10 tahun adalah letak dugaan sudah baligh, karena bisa saja umurnya belum sampai batas usia baligh (15 tahun) tapi si anak sudah mimpi. Maka perintah mengerjakan shalat harus lebih ketat dan tegas. Maka memukul disana dikarenakan orang tua sayang kepada anaknya, khawatir si anak meninggalkan shalat padahal sudah baligh sehingga si anak berdosa. 

ﻛَﺼَﻮْﻡٍ ﺃَﻃَﺎﻗَﻪُ ﺑِﺄَﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﺤْﺼُﻞْ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﺸَﻘَﺔٌ ﻻَ ﺗَﺤْﺘَﻤِﻞُ ﻋَﺎﺩَﺓ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗُﺒِﺢُ اﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢَ

(Wajib memerintahkan shalat) seperti (wajibnya memerintahkan) berpuasa, (jika) si anak kuat melakukannya. Dengan (tanda) tidak ada bagi si anak dengan (sebab) berpuasa, (mengalami) kesulitan yang tidak  ihtimal kesulitan itu (dengan) adat sekalipun kesulitan itu tidak membolehkan bertayamum.

Qultu :

Ketika orang tua sudah diwajibkan memerintahkan anaknya mengerjakan shalat sebagaimana yang sudah dituturkan sebelumnya, maka sama hal nya wajib memerintahkan anaknya berpuasa, sekiranya si anak kuat melakukannya. Dengan tanda tidak ada kesulitan. Misalkan seperti sakit yg tidak ihtimal dengan adat. Maksudnya sakitnya si anak tidak seperti biasanya, sehingga jelas mengalami kesulitan. Karena lawan dari ihtimal adalah jelas.

Sekalipun sakit itu adalah tergolong sakit yang tidak membolehkan bertayamum (sakit ringan). Misalkan ketika si anak mengeluh pusing atau sakit perut. Maka seketika itu jangan diperintahkan berpuasa, atau jika sudah dipertengahan puasa dibatalkan saja puasanya. 

ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻣَﺮَّ ﻧَﻬْﻴُﻪُ ﻋَﻦِ المُحَرَّمَاتِ  ﻭَﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻪُ اﻟﻮَاﺟِﺒَﺎﺕِ  ﻭَﺳَﺎﺋِﺮِ اﻟﺸَّﺮَاﺋِﻊِ ﻛَﺎﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻭَﺣُﻀُﻮْﺭِ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺎﺕِ ﺛُﻢَّ

 ﺇِﻥْ ﺑَﻠَﻎَ ﺭَﺷِﻴْﺪًا اِﻧْﺘَﻔَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻦِ اﻷَﻭْﻟِﻴَﺎءِ ﺃَﻭْ ﺳَﻔِﻴْﻬًﺎ ﻓَﻮِﻻَﻳَﺔُ اﻷَﺏِّ ﻣُﺴْﺘَﻤِرَّﺓٌ ﻓَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﻛَﺎﻟﺼَّﺒِﻲِّ

Dan wajib bagi orang yang sudah berlalu melarang anak dari perkara-perkara yang diharamkan dan mengajarkannya perkara-perkara yang wajib serta syari'at syari'at yang lain seperti bersiwak dan menghadiri shalat berjama'ah. Kemudian Jika anak sudah baligh matang pikirannya (sudah dewasa), maka menjadi tiada (kewajiban) yang demikian itu dari para wali anak atau sudah baligh tapi lemah akal, maka wilayah ayah tetap berlanjut, sehingga anak yang demikian saperti anak kecil.

Qultu :

Ketika anak sudah tamyiz dan berumur 7 tahun, orang tua bukan hanya wajib memerintahkan shalat dan puasa, tetapi wajib juga mengajarkan perkara-perkara yang haram dan perkara perkara yang wajib lainnya, serta syari'at syari'at yang lain seperti bersiwak dan menghadiri shalat berjama'ah. Jika tidak mengajarkan demikian maka orang tua berdosa. Jika anak sudah baligh maka kewajiban wali anak di dalam memerintahkan shalat, puasa dan seluruh syari'at sudah tiada. Namun jika sudah baligh tapi lemah akal (autis) atau bebal maka tanggung jawab ayah tetap berlanjut sama seperti si anak masih kecil. (22)

 



Share:

0 comments:

Posting Komentar

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali