ﺑَﺎﺏُ الصَّلَاﺓِ
Bab Shalat
ﺣَﻘِﻴْﻘَﺘُﻬَﺎ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﺃَﻗْﻮَاﻝٌ ﻏَﺎلِبًا ﻭَﺃَﻓْﻌَﺎﻝٌ
ﻭَﻟَﻮْ ﻗَﻠْﺒِﻴَّﺔً ﻣُﻔْﺘَﺘَﺤَﺔً ﺑِﺎﻟﺘَّﻜْﺒِﻴْﺮِ اﻟْﻤُﻘْﺘَﺮِﻥِ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ
ﻣُﺨْﺘَﺘَﻤَﺔً ﺑِﺎﻟﺘَّﺴْﻠِﻴْﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪٍ ﻣَﺨْﺼُﻮْﺹٍ
Hakikat Shalat menurut syari'at adalah perkataan-perkataan pada umumnya dan perbuatan-perbuatan, sekalipun perbuatan hati, yang dimulai dengan takbir yang bersamaan dengan niat dan yang diakhiri dengan salam berdasarkan sisi yang dikhususkan.
ﻭَﻫِﻲَ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔُ ﺃَﻧّﻮَاﻉٍ
Shalat ada 4 macam :
ﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮْﻉِ ﻭَﻓَﺮْﺽُ ﻋَﻴْﻦٍ
ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻭَﻓَﺮْﺽُ ﻛِﻔَﺎﻳَﺔٍ ﻭَﺳُﻨَّﺔٌ
1. Fardhu 'ain
dengan sebab hukum asal sayr'iy
2. Fardhu 'ain
dengan sebab nadzar
3. Fardhu
kifayah
4. Sunnah
ﻓَﺎﻟْﻔَﺮْﺽُ اﻟْﻌَﻴْﻨِﻲُّ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮْﻉِ ﺧَﻤْﺲُ
ﺻَﻠَﻮَاﺕٍ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔٍ
Fardhu 'ain dengan sebab hukum asal syar'iy adalah shalat 5 waktu sehari semalam.
ﻭَﻫِﻲَ اﻟﻈُّﻬْﺮُ ﻭَاﻟْﻌَﺼْﺮُ ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ
ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﻭَاﻟْﺼُﺒْﺢُ لَا ﻏَﻴﺮَ ﻭَﻭُﺟُﻮْﺑُﻬَﺎ ﻣَﻌْﻠُﻮْﻡٌ ﻣِﻦَ اﻟﺪِّﻳْﻦِ
ﺑِﺎﻟﻀَّﺮُﻭْﺭَﺓِ ﻓَﻴَﻜْﻔُﺮُ ﺟَﺎﺣِﺪُﻫَﺎ
Dan shalat 5 waktu itu terdiri dari : Shalat Dzuhur, 'Ashar, Maghrib, 'Isya dan subuh. Tidak ada yang lain.
ﻭَﻓُﺮِﺿَﺖْ ﻟَﻴْﻠَﺔَ اﻟْﻤِﻌْﺮَاﺝِ ﻓِﻲ اﻟﺴَّﻤَﺎءِ
Dan diwajibkan pada malam peristiwa Mi'raj Nabi ﷺ di langit.
ﻭَﻫَﺬِﻩِ اﻟﺼَّﻠَﻮَاﺕُ ﺗَﻔَﺮَّﻗَﺖْ ﻓِﻲ الْأَﻧْﺒِﻴَﺎءِ
ﻓَﺎﻟْﻔَﺠْﺮُ لِآﺩَﻡَ ﻭَاﻟﻈُّﻬْﺮُ لِإِﺑْﺮَاﻫِﻴْﻢَ ﻭَاﻟْﻌَﺼْﺮُ ﻟِﺴُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ
ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ ﻟِﻌِﻴْﺴَﻰ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﺭَﻛَﻌَﺔً ﻋَﻦْ ﺃُﻣِّﻪِ
ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﺧُﺼَّﺖْ ﺑِﻪِ ﻫَﺬِﻩِ اﻷُﻣَّﺔِ
Dan shalat-shalat 5 waktu ini terpisah bagi para Nabi. Shalat Subuh untuk Nabi Adam, Shalat Dzuhur untuk Nabi Ibrahim, Shalat Ashar untuk Nabi Sulaiman, Shalat Maghrib untuk Nabi Isa, dua raka'at untuk dirinya dan satu raka'at untuk ibunya, sedangkan Shalat Isya dikhususkan untuk umat ini.
ﻭَﻗِﻴْﻞَ اﻟﻈُّﻬْﺮُ ﻟِﺪَاﻭُﺩَ ﻭَاﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ
ﻟِﻴَﻌْﻘُﻮْﺏَ ﻭَاﻟْﻌِﺸَﺎءُ ﻟِﻴُﻮْﻧُﺲَ ﻭَﻗِﻴْﻞَ ﻟِﻤُﻮْﺳَﻰ ﻭَالْأَﺻَّﺢُ ﺃَﻥَّ
اﻟْﻌِﺸَﺎءَ ﻣِﻦْ ﺧُﺼُﻮْﺻِﻴَّﺘِﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻧَﻘَﻠَﻪُ اﻟﺸِّﺒْﺮَاﻣَﻠِﺴِﻲُّ ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ
ﻗَﺎﺳِﻢٍ
Dan dikatakan sebagian ulama Shalat Dzuhur untuk Nabi Daud, Shalat Maghrib untuk Nabi Ya'qub, Shalat Isya untuk Nabi Yunus, dan dikatakan sebagian ulama untuk Nabi Musa, sedangkan pendapat yang paling sohih adalah sesungguhnya shalat Isya adalah sebagian dari kekhususan kita, sebagaimana Imam Syibromalisi telah mebukilnya dari Imam Ibnu Qosim.
ﻭَالْفَرْضُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻫُﻮَ ﻣَﺎ ﻳَﻮْﺟِﺒُﻪُ
اﻟْﻤُﻜَﻠَّﻒُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻣِﻦَ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ
Dan yang dimaksud dengan nadzar adalah shalat shalat yang mana seorang mukallaf (baligh dan berakal) mewajibkan kepada dirinya sendiri dengan nadzar dari shalat shalat sunnah.
ﻭَﻳَﺴْﻠُﻚُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ ﻣَﺴْﻠَﻚَ ﻭَاﺟِﺐِ اﻟﺸَّﺮْﻉِ
ﻓِﻲ اﻟْﻌَﺰَاﺋِﻢِ
Dan ia beribadah dengan sebab nadzar ibadah yang wajib secara syar'iy dengan kemauan-kemauan yang kuat.
ﻛَﻮُﺟُﻮْﺏِ ﻓِﻌْﻠِﻪِ ﺩُﻭْﻥَ اﻟﺮَّﺧْﺺِ
seperti wajib mengerjakannya tanpa ada keringanan.
ﻛَﺎﻟْﻘَﺼْﺮِ ﻭَاﻟْﺠَﻤْﻊِ
Seperti keringanan mengqoshor shalat dan menjamak shalat.
ﻭَﻓَﺮْﺽُ اﻟْﻜِﻔَﺎﻳَﺔِ ﻫُﻮَ صَلَاﺓُ اﻟْﺠَﻨَﺎﺯَﺓِ
Sedangkan fardhu kifayah adalah shalat jenazah.
ﻭَاﻟﺴُّﻨَّﺔُ ﻫِﻲَ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ الْآﺗِﻲ ﺑَﻴَﺎﻧَﻬَﺎ
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗَﺠِﺐُ اﻟْﻤَﻜْﺘُﻮْﺑَﺔُ ﺃَﻱْ اﻟﺼَّﻠَﻮَاﺕُ
اﻟْﺨَﻤْﺲُ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ
Pastinya wajib shalat fardhu, maksudnya shalat 5 waktu bagi seorang muslim (laki laki dan perempuan).
فَلَا ﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛَﺎﻓِﺮٍ ﺃَﺻْﻠِﻲٍّ وُجُوْبَ ﻣُﻄَﺎﻟَﺒَﺔِ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻨَّﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﺻِﺤَّﺘِﻬَﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﻟَﻜِﻦَّ ﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭُﺟُﻮْﺏَ ﻣُﻌَﺎﻗَﺒَﺔٍ
ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓِﻲ اﻵﺧِﺮَﺓِ ﻟﺘُﻤْﻜِﻨَﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻌْﻠِﻬَﺎ ﺑِﺎلإِسْلَاﻡِ
Maka tidak wajib bagi kafir asli (kafir sejak dari kecil), maksudnya wajib dari sisi perintah dari kami karena tidak sah shalat darinya. Tetapi wajib baginya, maksudnya wajib dari sisi mendapat siksa diakhirat karena memungkinkannya untuk mengerjakannya dengan sebab masuk Islam.
ﻭَلَا ﻗَﻀَﺎءَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﺫَا ﺃَﺳْﻠَﻢَ
Dan tidak ada qodho shalat apabila ia masuk islam.
ﻓَﺈِﺫَا ﺃَﺳْﻠَﻢَ ﺃُﺛِﻴّﺐُ ﻋَﻠَﻰ
ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻪُ ﻣِﻦَ اﻟْﻘُﺮْﺏِ اﻟَّﺘِﻲ لَا ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻰِ ﻧِﻴَّﺔٍ ﻛَﺼَﺪَﻗَﺔٍ
ﻭَﺻِﻠَّﺔٍ ﻭَﻋِﺘْﻖٍ
Apabila ia masuk
Islam, maka diberi pahala atas apa yang sudah ia kerjakan dari kebaikan yang
tidak memerlukan niat, seperti shadaqah, silaturahmi dan membebaskan budak.
ﻭَﻣَﻦْ ﻧَﺸَﺄَ ﺑِﺸَﺎﻫِﻖِ ﺟَﺒَﻞٍ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﺒْﻠُﻐْﻪُ
ﺩَﻋْﻮَﺓُ الْإِسْلَاﻡِ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺑِﺸَﻲْءٍ
Barang siapa
yang tinggal di gunung tinggi dan tidak sampai kepadanya dakwah islam, maka dia
bukan mukallaf.
Qultu : Mukallaf
adalah orang yang terbebani dengan hukum hukum islam, salah satunya seperti
wajib shalat.
ﻭَﻛَﺬَا ﻣَﻦْ ﺧُﻠِﻖَ ﺃَﻋْﻤَﻰ ﺃَﺻَﻢَّ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻏَﻴْﺮُ
ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ ﺑِﺸَﻲْءٍ
Dan sama halnya
orang yang diciptakan dalam keadaan buta dan tuli, maka ia sama sekali bukan
mukallaf.
ﺇِﺫْ لَا ﻃَﺮِﻳْﻖَ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺑِﺬَﻟِﻚَ
ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻧَﺎﻃِﻘًﺎ لِأَﻥَّ اﻟﻨُّﻄْﻖَ ﺑِﻤُﺠَﺮَّﺩِﻩِ لَا ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻃَﺮِﻳْﻘًﺎ
ﻟِﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ الْأَﺣْﻜَﺎﻡِ اﻟﺸَّﺮْﻋِﻴَّﺔِ
Karena tidak ada
cara baginya untuk mengetahui ilmu tentang shalat, sekalipun ia mampu
berbicara, karena berbicara hanya semata mata kemampuan bukan jalan untuk
mengetahui hukum hukum Syari'ah.
بِخِلَاﻑٍ ﻣَﻦْ ﻃَﺮَﺃَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺫَﻟِﻚَ ﺑَﻌْﺪَ
اﻟْﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ
Lain halnya
orang yang tiba-tiba buta dan tuli setelah mengetahui hukum hukum syari'ah,
maka ia adalah seorang mukallaf.
ﻭَﺗَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤُﺮْﺗَﺪِ ﻓَﻴَﻘْﻀِﻴْﻬَﺎ ﺇِﺫَا
ﺃَﺳْﻠَﻢَ
Dan wajib shalat
bagi orang yang murtad, maka ia wajib mengqodlo shalat yang ditinggalkan
apabila kembali masuk islam.
ﺣَﺘَّﻰ ﺯَﻣَﻦِ اﻟْﺠُﻨُﻮْﻥِ ﻓِﻲ اﻟﺮِّﺩَّﺓِ ﺗَﻐْﻠِﻴْﻈًﺎ
ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Sehingga zaman
kegilaan di dalam kemurtadan, sebagai penguat terhadapnya.
ﻭَلِأَﻧَّﻪُ اْﻟْﺘَﺰَﻣَﻬَﺎ ﺑِﺎلْإِسْلَاﻡِ فَلَا
ﺗَﺴْﻘُﻂُ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟْﺠُﺤُﻮْﺩِ ﻛَﺤَﻖِّ الْآﺩَﻣِﻲِّ بِخِلَاﻑِ ﺯَﻣَﻦِ اﻟْﺤَﻴْﺾِ
ﻭَاﻟﻨِّﻔَﺎﺱِ ﻓِﻴْﻬَﺎ فَلَا ﺗَﻘْﻀِﻲِ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ
Karena orang murtad itu pernah dihukumi wajib shalat dengan sebab ke islaman maka tidak gugur kewajiban shalat darinya dengan sebab pengingkaran, seperi haqqul adamiy lain halnya zaman haidh dan nifas di dalamnya. Maka tidak wajib mengqodlo di dalam yang demikian.
ﻭَﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺃَﻱْ ﻣَﻦْ ﺫُﻛِﺮَ ﺑِﻀَﺮْﺏِ ﻋُﻨُﻘِﻪِ ﺑِﺎﻟﺴَّﻴْﻒِ
لَا ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ
dan dihukum
mati, maksudnya orang yang sudah dituturkan (dari orang orang yang sudah wajib
shalat), dengan memenggal lehernya dengan pedang, tidak dengan selain yang
demikian.
(ﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَﺟَﻬَﺎ) ﺃَﻱْ الصَّلَاﺓُ ﻭَﻟَﻮْ
صَلَاﺓً ﻭَاﺣِﺪَﺓً ﻓَﻘَﻂْ (ﻋَﻦْ ﻭَﻗْﺖِ ﺟَﻤْﻊٍ) ﻟَﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ
Jika ia
mengeluarkan shalat sekalipun satu shalat saja dari waktu jama' baginya. Itu
jika ada.
فَلَا ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟﻈُّﻬْﺮِ ﻛَﺎﻟْﻌَﺼْﺮِ ﺣَﺘَّﻰ
ﺗَﻐْﺮُﺏَ اﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻭَلَا ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﻛَﺎﻟْﻌِﺸَﺎءِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻄْﻠُﻊَ
اﻟْﻔَﺠْﺮُ لِأَﻥَّ ﻭَﻗْﺖَ اﻟْﺠَﻤْﻊِ ﻭَﻗْﺖُ الصَّلَاﺓِ ﻓِﻲ اﻟْﻌُﺬْﺭِ ﻓَﻜَﺎﻥَ
ﺷُﺒْﻬَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻘَﺘْﻞِ
Maka tidak
dihukum mati dengan sebab meninggalkan dzuhur sama seperti ashar, sehingga
terbenam matahari. Dan tidak dihukum mati dengan sebab meninggalkan maghrib,
sama seperti isya sehingga terbit
fajar Karena waktu jama' adalah waktu
shalat di dalam keadaan udzur. Maka menjadi syubhat di dalam hukuman mati.
ﻭَﻳُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﺘَﺮْﻙِ اﻟﺼُّﺒْﺢِ ﺑَﻌْﺪَ ﻃُﻠُﻮْﻉِ
اﻟﺸَّﻤْﺲِ
Dan dihukum mati
dengan sebab meninggalkan subuh sesudah terbit matahari.
ﺃَﻣَّﺎ اﻟْﺠُﻤُﻌَﺔُ ﻓَﻴُﻘْﺘَﻞُ ﺑِﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﺿَﺎﻕَ
اﻟْﻮَﻗْﺖُ ﻋَﻦْ ﺃَﻗَﻞِّ ﻣُﻤْﻜِﻦٍ ﻣِﻦَ اﻟْﺨُﻄْﺒَﺔِ ﻭَالصَّلَاﺓِ
Adapun shalat
jum'at, maka dihukum mati dengan sebab meninggalkannya tanpa udzur apabila sempit
waktu dari waktu paling sedikit yang memungkinkan dari khutbah dan shalat.
ﻭَﺇِﻥْ ﻗَﺎﻝَ ﺃُﺻَﻠِّﻴﻬَﺎ ﻇُﻬْﺮًا لِأَﻥَّ اﻟﻈُّﻬْﺮَ
ﻟَﻴْﺲَ بَدَلًا ﻋَﻨْﻬَﺎ
Sekalipun
seseorang berkata : aku sudah mengerjakan shalat dzuhur. Karena dzuhur bukan
pengganti dari shalat jumat (jika tidak ada udzur).
(كَسْلًا) ﺃَﻭْ ﺗَﻬَﺎﻭُﻧًﺎ ﻣَﻊَ اﻋْﺘِﻘَﺎﺩِﻩِ
ﻭُﺟُﻮْﺑِﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘُﺐْ
Karena malas,
atau menganggap remeh disertai keyakinannya di dalam hukum wajib shalat. Dihukum
mati jika tidak mau tobat.
ﺃَﻱْ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻞِ الصَّلَاﺓَ ﺑَﻌْﺪَ
ﻣُﻄَﺎﻟَﺒَﺔِ الْإِﻣَﺎﻡِ ﺃَﻭْ ﻧَﺎﺋِﺒِﻪِ ﺑِﺄَﺩَاﺋِﻬَﺎ ﻭَﺗَﻮَﻋَّﺪَﻩُ ﺑِﺎﻟْﻘَﺘْﻞِ
Maksudnya jika
tidak mengerjakan shalat sesudah Imam atau wakilnya memerintahkan mengerjakan
shalat dan mengancamnya dengan hukuman mati.
ﻓَﻴُﻄَﺎﻟَﺐُ ﻧَﺪْﺑًﺎ الْإِﻣَﺎﻡُ ﺃَﻭْ ﻧَﺎﺋِﺒُﻪُ ﻓِﻲ
اﻟْﺤَﺎﻝِ ﺑِﺄَﺩَاﺋِﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﺿَﺎﻕَ ﻭَﻗْﺘُﻬَﺎ ﻋَﻦْ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ ﺑِﺄَﻥْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣِﻦَ
اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺯَﻣَﻦٌ ﻳَﺴَﻊُ ﻣِﻘْﺪَاﺭُ اﻟْﻔَﺮِﻳْﻀﺔِ ﻭَاﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ
Maka imam atau
wakilnya disunnahkan memerintahkan mengerjakan shalat apabila sempit waktu
shalat dari mengerjakannya, yaitu hanya tersisa dari waktu shalat yang cukup
sekedar mengerjakan rukun shalat dan bersuci.
ﻭَﻳَﺘَﻮَّﻋَﺪُﻩُ ﺑِﺎﻟْﻘَﺘْﻞِ ﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَجَهَا ﻋَﻦِ
اﻟْﻮَﻗْﺖِ
Dan mengancamnya
dengan hukuman mati jika ia mengeluarkan shalat dari waktunya.
ﻓَﻴَﻘُﻮْﻝُ ﻟَﻪُ ﺻَﻞِّ ﻓَﺈِﻥْ ﺻَﻠَﻴْﺖَ ﺗَﺮَﻛْﻨَﺎﻙَ
ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺧْﺮَﺟﺘَﻬَﺎ ﻋَﻦِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻗَﺘَﻠْﻨَﺎﻙَ
Maka imam
berkata kepadanya : Kerjakanlah shalat..!!
jika kamu shalat maka kami akan meninggalkan mu. Jika kamu mengeluarkan
shalat dari waktunya maka kami akan menghukum mati kamu.
ﻭَﻋُﻠِﻢَ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻥَّ اﻟْﻮَﻗْﺖَ ﻭَﻗْﺘَﺎﻥِ
ﻭَﻗْﺖُ ﺃَﻣْﺮٍ ﻭَﻭَﻗْﺖُ ﻗَﺘْﻞٍ فَلَا ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻋِﻨْﺪَ ﺿَﻴْﻖِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ
ﻳَﺘَﺤَﻘَّﻖَ ﻓَﻮْﺗَﻬَﺎ
Dan diketahui
dari yang demikian itu, sesungguhnya waktu (terkait hukuman mati bagi orang
yang meninggalkan shalat 5 waktu) terbagi dua :
1. Waktu
perintah
2. Waktu
menghukum mati
Maka orang yang
meninggalkan shalat tidak dihukum mati ketika sempit waktu sekiranya ia
memastikan akan tertinggal shalat.
ﺛُﻢَّ اﻟْﻘَﺘْﻞُ ﺑَﻌْﺪَ ﺧُﺮُﻭْﺝِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻟَﻴْﺲَ
ﻟِﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻛَﻮْﻧِﻬَﺎ ﻗَﻀَﺎءً ﺇِﺫْ لَا ﻗَﺘْﻞَ ﺑِﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻟِﻠﺘّﺮْﻙِ
بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻣَﻊَ اﻟْﻄَﻠَﺐِ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻭَاﻣْﺘِﻨَﺎﻋُﻪُ ﻣِﻦَ اﻟْﻔِﻌْﻞِ
ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺼْﺮُﺡْ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ لَا ﺃَﻓْﻌَﻞُ ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻓَﺘْﺢِ
اﻟْﺠَﻮَاﺩِ
Kemudian
menghukum mati setelah keluar waktu bukanlah bagi kemutlakan keadaannya
mengqadha shalat, karena tidak ada
hukuman mati dengan sebab sudah mengqadha shalat. Dan pastinya hukuman mati
itu karena meninggalkan shalat tanpa
udzur disertai ada tuntutan darinya mengerjakan di dalam waktu dan terhalanginya
dari mengerjakan sesudahnya sekalipun tidak jelas dengan perkataannya : Aku
tidak akan mengerjakan shalat. Yang demikian sebagaimana dikatakan di dalam
kitab Fathul Jawad.
ﻭَﺣُﻜْﻤُﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻗَﺘْﻠِﻪِ ﺣُﻜْﻢُ ﺑَﺎﻗِﻲْ
اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ
Hukumnya sesudah
hukuman matinya adalah hukum kaum muslimin seutuhnya.
ﻓِﻲ ﻭُﺟُﻮْﺏِ اﻟﺪَّﻓْﻦِ ﻭَاﻟْﻐُﺴْﻞِ ﻭَاﻟﺘَّﻜْﻔِﻴْﻦِ
ﻭَالصَّلَاﺓِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻛَﻐَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻤَّﻦْ ﻗُﺘِﻞَ ﺣَﺪًّا ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ
Di dalam wajib
menguburkan, memandikan, mengkafani dan menyolatkannya, sama seperti selainnya
dari orang yang dihukum mati dari kaum muslimin sebagai had.
Qultu : Orang
yang dihukum mati karena meninggalkan shalat dan tidak mau tobat setelah
diminta tobat maka status mayitnya adalah mayit seorang muslim dan diperlakukan
sama seperti muslim lainnya.
ﻭَﻟَﻮْ ﺯَﻋَﻢَ ﺯَاﻋِﻢٌ ﺃَﻥَّ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ اﻟﻠﻪِ
ﺣَﺎﻟَﺔٌ ﺃَﺳْﻘَﻄَﺖْ ﻋَﻨْﻪُ الصَّلَاﺓَ ﻭَﺃَﺣَﻠَّﺖْ ﻟَﻪُ ﺷُﺮْﺏَ اﻟْﺨَﻤْﺮِ ﻛَﻤَﺎ
ﺯَﻋَﻤَﻪُ ﺑَﻌْﺾُ اﻟﺼُّﻮْﻓِﻴَّﺔِ فَلَا ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﻭُﺟُﻮْﺏِ ﻗَﺘْﻠِﻪِ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ
ﻓِﻲْ ﺧُﻠُﻮْﺩِﻩِ ﻓِﻲ اﻟﻨَّﺎﺭِ ﻧَﻈْﺮٌ ﻭَﻗَﺘْﻞُ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﻗَﺘْﻞِ
ﻣِﺎﺋَﺔِ ﻛَﺎﻓِﺮٍ لِأَﻥَّ ﺿَﺮَّﺭَﻩُ ﺃَﻛْﺜَﺮُ
Apabila
seseorang menyangka antara dia dan Allah adalah satu kesatuan, lalu yang
demikian menggugurkan dari shalat dan menghalalkan baginya meminum khamr
sebagaimana telah menyangka demikian sebagian sufi, maka tidak ada keraguan di
dalam wajibnya menghukum matinya, sekalipun di dalam masalah kekalnya di neraka
harus dipertimbangkan, dan menghukum mati semisal yang demikian lebih utama
dari membunuh 100 kafir (harbi) karena bahayanya lebih banyak.
(ﻭَﻳُﺒَﺎﺩِﺭُ ﺑِﻔَﺎﺋِﺖٍ) ﻣِﻦْ ﻓَﺮْﺽِ صَلَاﺓٍ
ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ ﻣَﺘَﻰ ﺗَﺬَﻛُّﺮِﻩِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺕَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ
تَعْجِيْلًا ﻟِﺒَﺮَاءَﺓِ اﻟﺬِّﻣَّﺔِ
dan bersegera
mengqodho shalat yang tertinggal dari shalat fardhu dan selainnya ketika
mengingatnya, hukumnya wajib jika meninggalkan shalat tanpa udzur, segera
mengqodho untuk membebaskan beban kewajiban.
فَلَا ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻟِﻐَﻴْﺮِ اﻟْﻤَﻌْﺬُﻭْﺭِ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﺮِّﻑَ
ﺯَﻣَﻨًﺎ ﻓِﻲ ﻏَﻴْﺮِ ﻗَﻀَﺎﺋِﻪِ ﻛَﺎﻟﺘَّﻄَﻮُّﻉِ ﻭَﻓَﺮْﺽِ اﻟْﻜِﻔَﺎﻳَﺔِ ﻭَﻓَﺮْﺽِ ﻋَﻴْﻦٍ
ﻣُﻮْﺳِﻊٍ
Maka tidak boleh
bagi yang meninggalkan shalat tanpa udzur menggunakan waktu selain untuk
mengqodhonya, seperti mengerjakan shalat sunnah, shalat yang dihukumi fardhu
kifayah dan fardhu 'ain yang leluasa waktunya (maksudnya adalah shalat sunnah
yang dinadzarkan sehingga hukumnya menjadi fardhu 'ain akan tetapi tidak
ditentukan waktu pelaksanaannya).
ﺇِلَّا ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻳَﻀْﻄِﺮُّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻛَﺎﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَﺗَﺤْﺼِﻴْﻞُ
ﻣُﺆَﻧَّﺔٍـ ﻣَﻦْ ﺗَﻠْﺰَﻣُﻪُ ﻣُﺆَﻧَّﺘُﻪُ
(Wajib segera
mengqodho shalat)...kecuali di dalam perkara yang sangat mendesak seperti tidak
kuat menahan untuk tidur dan menghasilkan nafkah orang yang wajib ia nafkahi.
ﻭﻛَﺎﻟﺼُّﻮَﺭِ اﻟْﻤُﺴْﺘَﺜْﻨَﺎتِ ﻣِﻦْ ﻭُﺟُﻮْﺑِﻬَﺎ اﻟْﻔَﻮْﺭِﻳَّﺔِ
ﻭَﻫِﻲَ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ
Dan sama seperti
gambaran - gambaran pengecualian lain dari wajibnya segera mengqodho, dan yang
demikian itu ada di dalam beberapa persoalan. Di antaranya :
ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﺧَﺎﻑَ ﻓَﻮْﺕُ ﺃَﺩَاءٍ ﺣَﺎﺿِﺮَﺓٍ ﺑِﺄَﻥْ ﻋَﻠِﻢَ
ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻮِ اﺷْﺘَﻐَﻞَ ﺑِﻘَﻀَﺎءِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻟَﻢْ ﻳُﺪْﺭِﻙْ ﻣِﻦْ ﻭَﻗْﺖِ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ
ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓَﻴَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ
Apabila
seseorang takut meninggalkan shalat tunai yang hadir, dengan sebab ia mengetahui, jika sibuk mengqodlo shalat yang tertinggal,
maka tidak akan mengejar waktu shalat
tunai yang hadir yang cukup untuk mengerjakan satu raka'at. Maka ia wajib
memulai shalat tunai yang hadir terlebih dahulu.
ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻔَﻮْﺕِ ﺃَﺩَاءِ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﻓَﻮُْﺕُ ﺟَﻤَﺎﻋَﺘِﻬَﺎ
Lain halnya
dengan tertinggal mengerjakan shalat tunai yang hadir adalah tertinggal
berjama'ahnya.
ﻓَﺈِﺫَا ﺧَﺎﻑَ ﻓَﻮْﺗَﻬَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻭَﻇَﺎﻫِﺮُ
ﻫَﺬَا ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻭَﻟَﻮْ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ
Apabila
seseorang takut tertinggal berjama'ah, maka ia tetap wajib memulai shalat
Qodho. Dan yang jelas dari hal ini adalah ia tetap memulai mengqodho shalat
yang tertinggal sekalipun meninggalkan shalat dengan udzur.
ﻭَﺃَﻧَّﻪُ لَا ﻓَﺮْﻕَ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻥْ ﻳَﺮْﺟُﻮْ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔً ﻏَﻴْﺮَ
ﻫَﺬِﻩِ ﺃَﻭْ لَا
Dan yang
demikian tidak ada perbedaan antara seseorang mengharapkan jama'ah selain
shalat ini atau tidak.
ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻟَﻢْ ﻳُﻮْﺟَﺪْ ﺇِلَّا ﺛَﻮْﺏٌ ﻭَاﺣِﺪٌ
ﻓِﻲْ ﺭِﻓْﻘَﺔٍ ﻋُﺮَاﺓٍ ﺃَﻭِ اﺯْﺩَﺣَﻤُﻮْا ﻋَﻠَﻰ ﺑِﺌْﺮٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻜَﺎﻥٍ للصَّلَاةِ
فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻨْﺘَﻬِﻲ اﻟﻨَﻮْﺑَﺔُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
Dan sebagian
dari persoalan-persoalan lain adalah apabila seseorang tidak menemukan pakaian
kecuali hanya ada satu pakaian di dalam satu perkumpulan orang orang yang
telanjang (tidak punya pakaian) atau
mereka berdesakan di atas sumur (tempat sempit) atau tempat untuk
shalat, maka dia tidak mengqodho sampai berakhir gilirannya.
ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺎﻗِﺪُ اﻟﻄُّﻬُﻮْﺭَﻳْﻦِ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻟِﺤُﺮْﻣَﺔِ
اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺛُﻢَّ ﻭَﺟَﺪَ ﺧَﺎﺭِﺝَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺗُﺮَاﺑًﺎ لَا ﻳَﺴْﻘُﻂُ ﺑِﻪِ اﻟْﻔَﺮْﺽُ
َDan sebagian
darinya adalah orang yang tidak menemukan dua alat bersuci (air dan tanah).
Apabila ia shalat lihurmatil waqti, kemudian ia menemukan tanah di luar waktu
shalat yang tidak dapat gugur dengan sebabnya satu kefardhuan.
ﻛَﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺑِﻤَﺤَﻞٍّ ﻳَﻐْﻠُﺐُ ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﺟُﻮْﺩُ اﻟْﻤَﺎءِ
فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺑِﻪِ ﺇِﺫْ لَا ﻓَﺎﺋِﺪَﺓَ ﻓِﻴْﻪِ
Seperti berada
di satu tempat yang kuat dugaan di dalamnya menemukan air, maka ia tidak
mengqodho shalat dengan bersuci menggunakan tanah itu. Karena tidak ada faedah
di dalamnya.
ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻭَﺟَﺪَ ﻏَﺮِﻳْﻘًﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺇِﻧْﻘَﺎﺫُﻩُ
ﻓَﻴُﺤَﺮَّﻡُ اﺷْﺘِﻐَﺎﻟُﻪُ ﺑِﺎﻟْﻘَﻀَﺎءِ
Dan sebagian
darinya adalah apabila menemukan orang yang tenggelam. Maka ia wajib
menolongnya, diharamkan sibuk mengqodho shalat.
ﻭَﻳُﺒَﺎﺩِﺭُ ﺑِﻔَﺎﺋِﺖٍ اﺳْﺘِﺤْﺒَﺎﺑًﺎ ﻣُﺴَﺎﺭَﻋَﺔً ﻟِﺒَﺮَاءَﺓِ
ﺫِﻣَّﺘِﻪِ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺕَ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ
Sunnah hukumnya
segera mengqodho shalat yang tertinggal, karena mempercepat membebaskan beban
kewajibannya jika ia meninggalkan shalat dengan udzur.
ﻓَﺈِﻥَّ ﻭُﺟُﻮْﺏَ ﻗَﻀَﺎﺋِﻪِ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺘَّﺮَاﺧِﻲ
Maka kewajiban
qodhonya dengan waktu yang leluasa.
ﻭَاﻟْﻌُﺬْﺭُ ﻛَﻨَﻮْﻡٍ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﺪَّ ﺑِﻪِ ﺑِﺄﻥْ ﻛَﺎﻥَ
ﻗَﺒْﻞَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺃَﻭْ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﻭَﺛِﻖَ ﺑِﻴَﻘْﻈَﺘِﻪِ ﻗَﺒْﻞَ ﺧُﺮُﻭْﺟِﻪِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ
ﻳُﺪْﺭِﻙُ الصَّلَاﺓَ ﻓِﻴْﻪِ
Dan udzur adalah
seperti tidur yang tidak disengaja, yaitu tidur sebelum masuk waktu atau di
dalam waktu dan ia yakin bangunnya sebelum keluar waktu sekiranya dapat
mengejar shalat di dalamnya.
ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺘَﻌَﺪِّﻳًﺎ ﺑِﻪِ ﻛَﺄَﻥْ ﻧَﺎﻡَ ﺑَﻌْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ
ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺜِﻖْ ﺑِﻴَﻘْﻈَﺘِﻪِ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﺟَﺐَ اﻟْﻘَﻀَﺎءُ ﻓَﻮْﺭًا
Jika tidur
dengan sengaja, seperti seseorang tidur sesudah masuk waktu shalat dan ia tidak
yakin bangunnya di dalam waktu shalat, maka ia wajib mengqodho shalat dengan
segera.
ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻣُﺘَﻌَﺪِّﻳًﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮْﻡِ ﻭَاﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ
ﻣِﻦْ ﻧَﻮْﻣِﻪِ ﻭَﻗَﺪْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣِﻦْ ﻭَﻗْﺖِ اﻟْﻔَﺮِﻳْﻀَﺔِ ﻣَﺎ لَا ﻳَﺴَﻊُ ﺇِلَّا اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ
ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﻀُﻪُ ﻓَﺤُﻜْﻤُﻪُ ﺣُﻜْﻢُ ﻣَﺎ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ فَلَا ﻳَﺠِﺐُ ﻗَﻀَﺎﺅُﻫَﺎ ﻓَﻮْﺭًا
Dan sekiranya tidur tidak disengaja dan ia bangun dari tidurnya, tersisa dari waktu fardhu yang tidak cukup kecuali hanya untuk berwudhu atau sebagian dari wudhu, maka hukumnya adalah hukum meninggalkan shalat dengan udzur. Tidak wajib mengqodho shalat dengan segera.
ﻭَﻣِﻦَ
الْأَﻋْﺬَاﺭِ ﻧِﺴْﻴَﺎﻥُ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺸَﺄْ ﻋَﻦْ ﺗَﻘْﺼِﻴْﺮٍ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻦْ ﺗَﻘْﺼِﻴْﺮٍ
ﻛَﺎﺷﺘِﻐَﺎﻝٍ ﺑِﻠَﻌْﺐٍ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻋُﺬْﺭًا ﻭَاﺷْﺘِﻐَﺎﻝٍ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻪُ ﺗَﻘْﺪِﻳْﻤُﻪُ
ﻋَﻠَﻰ الصَّلَاةِ ﻛَﺪَﻓْﻊِ ﺻَﺎﺋِﻞٍ
Dan sebagian
dari udzur-udzur meninggalkan shalat (selain tidur) adalah :
1.
Lupa yang tidak timbul dari
kelalaian, jika adanya lupa dari kelalaian seperti sibuk dengan permainan maka
bukan termasuk udzur.
- Sibuk dengan perkara yang mewajibkannya untuk mendahulukannya di atas shalat seperti mengusir binatang buas.
وَتُقْضَى الْجُمُعَةُ ظُهْرًا
Shalat jum'at
diqodho dengan shalat dzuhur (4 raka'at).
ﻭَﻳُﻨْﺪَﺏُ ﻗَﻀَﺎءُ اﻟﻨَّﻮَاﻓِﻞِ اﻟْﻤُﺆَﻗَّﺘَﺔِ
Dan disunnahkan mengqodho shalat shalat sunnah yang terikat waktu
ﺩُﻭْﻥَ اﻟﻨَّﻔْﻞِ اﻟْﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻭَﺫِﻱ اﻟﺴَّﺒَﺐِ
Bukan shalat sunnah mutlak dan yang memiliki sebab.
ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻮَاﺋِﺖٌ لَا ﻳُﻌْﻠَﻢُ ﻋَﺪَﺩُﻫَﺎ
ﻗَﻀَﻰ ﻣَﺎ ﺗَﺤَﻘَّﻖَ ﺗَﺮْﻛُﻪُ فَلَا ﻳَﻘْﻀِﻲ اﻟْﻤَﺸْﻜُﻮْﻙَ ﻓِﻴْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ
اﻟْﻘَﻔَﺎﻝُ
Jika seseorang
wajib mengqodho beberapa shalat yang tidak diketahui jumlahnya, maka ia wajib
mengqodho yang jelas meninggalkannya, tidak mengqodho yang diragukan di
dalamnya berdasarkan pendapat yang dikatakan oleh Imam Al Qoffal.
ﻭَاﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪُ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ اﻟْﻘَﺎﺿِﻲُّ ﺣُﺴَﻴْﻦِ ﺃَﻧَّﻪُ
ﻳَﻘْﻀِﻲ ﻣَﺎ ﺯَاﺩَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺗَﺤَﻘَّﻖَ ﻓِﻌْﻠُﻪُ ﻓَﻴَﻘْﻀِﻲ ﻣَﺎ ﺫُﻛِﺮَ
Dan yang
mu'tamad adalah pendapat yang dikatakan oleh Al Qodhi Husein , yaitu wajib
mengqodho selebihnya di atas yang jelas sudah ia kerjakan, maka ia mengqodho
apa apa yang sudah dituturkan.
ﻭَﻳُﺴَﻦُّ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺒُﻪُ ﺃَﻱِ
اﻟْﻔَﺎﺋِﺖُ ﻓِﻲْ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺐِ ﺃَﻭْﻗَﺎﺕِ اﻟْﻔَﻮَاﺋِﺖِ ﻭَﺃَﻳَّﺎﻣِﻬَﺎ
ﺧُﺮُﻭْﺟًﺎ ﻣِﻦّ خِلَاﻑٍ ﻣَﻦْ ﺃَﻭْﺟَﺒَﻪُ
Dan disunnahkan
tartib. Maksudnya mengqodho shalat yang tertinggal harus tartib waktu shalat
yang tertinggal dan tartib hari harinya, agar keluar dari perbedaan pendapat
orang yang mewajibkan tartib.
ﻓَﻴَﺒْﺪَﺃُ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺖِ ﺃَﻭَّلًا ﻭَﻟَﻮْ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ ﻭَﻳُﺆَﺧِّﺮُ
ﻋَﻨْﻪُ اﻟْﻔَﺎﺋِﺖَ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﻭَﻟَﻮْ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ
Maka seseorang memulai shalat yang tertinggal
yang awal waktu sekalipun meninggalkan shalat dengan udzur dan mengakhirkan
shalat yg tertinggal waktu yang ke dua sekalipun meninggalkannya tanpa udzur.
ﻓَﻠَﻮْ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﻇُﻬْﺮٌ ﻫَﺬَا اﻟْﻴَﻮْﻡِ مَثَلًا ﺑِﻌُﺬْﺭٍ
ﻭَﻋَﺼْﺮُﻩُ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻗَﺪَّﻡَ ﻓِﻲ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ اﻟﻈُّﻬْﺮَ ﻣُﺮَاﻋَﺎﺓً ﻟِﻠﺘَّﺮْﺗِﻴْﺐِ
Jika dzuhur
tertinggal hari ini misalkan, dengan udzur, dan asharnya tertinggal tanpa
udzur, maka ia mendahulukan mengqodho shalat dzuhur karena menjaga tartib.
ﻭَﻓُﻬِﻢَ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَا اﻟْﻤِﺜَﺎﻝِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻮْ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﻋَﺼْﺮٌ
الْأَﻣْﺲِ ﻭَﻇُﻬْﺮٌ اﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻗَﺪَّﻡَ ﻓِﻲ اﻟْﻘَﻀَﺎءِ ﻋَﺼْﺮَ الْأَﻣْﺲِ ﻋَﻠَﻰ ﻇُﻬْﺮِ
اﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻣُﺮَاﻋَﺎﺓً ﻟِﻠﺘَّﺮْﺗِﻴْﺐِ
dan bisa difahami dari pemisalan ini, bahwa jika ia meninggalkan shalat ashar kemarin dan meninggalkan shalat dzuhur hari ini, maka ia mendahulukan mengqodho shalat ashar yang kemaren dari shalat dzuhur hari ini karena menjaga tartib.
ﻭَﻳُﺴَﻦُّ (ﺗَﻘْﺪِﻳْﻤُﻪُ) ﺃَﻱِ اﻟْﻔَﺎﺋِﺖُ(ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺎﺿِﺮَﺓٍ) ﻋَﻠَﻰ ﺗَﻔْﺼِﻴْﻞٍ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ
Dan disunnahkan
mendahulukannya. Maksudnya shalat yang tertinggal di atas shalat yang hadir Berdasarkan
perincian di dalam yang demikian.
Qultu :
Disunnahkan mendahulukan shalat qodho di atas
shalat tunai yang hadir.
ﺣَﺎﺻِﻠُﻪُ
Kesimpulannya :
ﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ
ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔ ﻳُﺪْﺭِﻙُ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻛُﻠَّﻬَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ
Sesungguhnya yang demikian jika ia mengetahui bahwa sesudah selesainya dari shalat yang tertinggal Ia dapat mengejar shalat yang hadir seluruhnya di dalam waktu. Maka ia memulai dengan shalat yang tertinggal.
ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ
ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺗَﺘْﻪُ بِلَا ﻋُﺬْﺭٍ ﻭَﻧَﺪْﺑًﺎ ﺇِﻥْ ﻓَﺎﺗَﺘْﻪُ ﺑِﻌُﺬْﺭٍ
Hukumnya wajib
jika shalat tertinggal dengan tidak ada udzur dan sunnah jika shalat tertinggal
dengan udzur.
Qultu :
Jika seseorang
mengetahui dan yakin : jika ia mendahulukan shalat qodho maka shalat tunai yang
hadir bisa dikerjakan seluruh rukun rukunnya, maka ia dahulukan shalat qodho.
Dan di dalam mendahulukan shalat qodho tersebut hukumnya diperinci : dihukumi
wajib jika shalat tertinggal tanpa udzur dan dihukumi sunnah jika shalat
tertinggal tanpa udzur.
ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ
ﻻَ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﻣِﻦَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ
ﻧَﺪْﺑًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ
Dan jika dia
mengetahui bahwa setelah selesainya dari mengqodho shalat yang tertinggal Ia
tidak akan mengejar shalat (tunai) yang hadir kecuali hanya dapat satu raka'at
di dalam waktu yang hadir. Maka ia memulai dengan (mengqodho shalat) yang
tertinggal, hukumnya sunnah secara mutlak.
Qultu :
Jika seseorang
mengetahui dan yakin : jika mengerjakan shalat qodho maka ada sisa waktu yang
cukup untuk mengerjakan shalat tunai yang hadir satu raka'at di dalam
waktubyang hadir. Maka tetap disunnahkan mendahulukan shalat qodho. Karena
pendapat mu'tamad di dalam madzhab adalah satu raka'at di dalam waktu dihitung
shalat tunai, sekalipun sisa raka'at yang lain keluar waktu. Dan tidak ada dosa
bagi orang yang mengerjakan demikian.
ﻭَﻟَﻮْ
ﻛَﺎﻥَ اﻟْﺒَﺎﻗِﻲ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﻭَﺩُﻭْﻥَ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻗَﺪَّﻡَ
اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻟِﺌَﻼَّ
ﺗَﺼِﻴْﺮُ ﺻَﺎﺣِﺒَﺔُ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓَﺎﺋِﺘَﺔً ﺃَﻳْﻀًﺎ
Dan jika ada
yang tersisa dari waktu yang cukup (hanya untuk) berwudhu dan tidak (cukup untuk
mengerjakan) satu raka'at. Maka ia mendahulukan (shalat tunai) yang hadir di
atas (shalat) yang tertinggal ggar shalat pemilik waktu tidak menjadi shalat
yang tertinggal juga.
Qultu :
Jika sisa waktu yang hadir diduga hanya cukup untuk wudhu dan tidak dapat mengerjakan satu raka'at. Maka ia dahulukan shalat tunai yang hadir. Maksudnya agar shalat tunai yang hadir tidak keluar dari waktunya karena sibuk mengqodho shalat yang tertinggal.
ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَاﻏِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ
ﻻَ ﻳُﺪْﺭِﻙُ ﻣِﻦَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺑَﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ
ﻧَﺪْﺑًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ
Dan jika dia
mengetahui bahwa setelah selesainya dari mengqodho shalat yang tertinggal Ia
tidak akan mengejar shalat (tunai) yang hadir kecuali hanya dapat satu raka'at
di dalam waktu yang hadir. Maka ia memulai dengan (mengqodho shalat) yang
tertinggal, hukumnya sunnah secara mutlak.
Qultu :
Jika seseorang
mengetahui dan yakin : jika mengerjakan shalat qodho maka ada sisa waktu yang
cukup untuk mengerjakan shalat tunai yang hadir satu raka'at di dalam
waktubyang hadir. Maka tetap disunnahkan mendahulukan shalat qodho. Karena
pendapat mu'tamad di dalam madzhab adalah satu raka'at di dalam waktu dihitung
shalat tunai, sekalipun sisa raka'at yang lain keluar waktu. Dan tidak ada dosa
bagi orang yang mengerjakan demikian.
ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ اﻟْﺒَﺎﻗِﻲ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻊُ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ
ﻭَﺩُﻭْﻥَ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻗَﺪَّﻡَ اﻟْﺤَﺎﺿِﺮَﺓَ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ
Dan jika ada
yang tersisa dari waktu yang cukup (hanya untuk) berwudhu dan tidak (cukup
untuk mengerjakan) satu raka'at. Maka ia mendahulukan (shalat tunai) yang hadir
di atas (shalat) yang tertinggal.
Qultu :
Jika sisa waktu yang hadir diduga hanya cukup untuk wudhu dan tidak dapat mengerjakan satu raka'at. Maka ia dahulukan shalat tunai yang hadir.
ﻟِﺌَﻼَّ ﺗَﺼِﻴْﺮُ ﺻَﺎﺣِﺒَﺔُ اﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓَﺎﺋِﺘَﺔً ﺃَﻳْﻀًﺎ
Agar shalat
pemilik waktu tidak menjadi shalat yang tertinggal juga.
Qultu :
Maksudnya agar
shalat tunai yang hadir tidak keluar dari waktunya karena sibuk mengqodho
shalat yang tertinggal.
ﻭَﻳُﺆْﻣَﺮُ ﺻَﺒِﻲُّ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ (ﻣُﻤَﻴِّﺰٌ) ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺼِﻴْﺮَ ﺃَهْلاً ﻷِﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻭَﺣْﺪَﻩُ
ﻭَﻳَﺸْﺮَﺏَ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻨْﺠِﻲ ﻛَﺬَﻟِﻚَ (ﺑِﻬَﺎ) ﺃَﻱِ الصَّلَاةُ ﻭَﻟَﻮْ ﻗَﻀَﺎءً
Dan
diperintahkan shalat anak kecil laki-laki dan perempuan yang tamyiz, dengan
tanda si anak sudah bisa makan sendiri, minum (sendiri) dan cebok (sendiri), sama
seperti yang demikian itu dengannya. Maksudnya (diperintahkan) shalat sekalipun
shalat qadha.
Qultu :
Anak kecil yang
sudah tamyiz diperintahkan shalat. Batasan tamyiz adalah bisa makan, minum dan
cebok sendiri serta bisa melakukan shalat.
ﺃَﻱْ ﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﻮَﻳْﻪِ ﻭَﺇِﻥْ عَلاَ ﺛُﻢَّ اﻟﻮَﺻِﻲِّ ﺃَﻭِ اﻟْﻘَﻴْﻢِ ﻭَﻛَﺬَا ﻧَﺤْﻮُ اﻟْﻤُﻠْﺘَﻘِﻂِ ﻭَﻣَﺎﻟِﻚِ اﻟﺮَّﻗِﻴْﻖِ ﻭَاﻟْﻮَﺩِﻳْﻊِ ﻭَاﻟْﻤُﺴْﺘَﻌِﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻣُﺮَ اﻟْﻄَﻔْﻞَ بِاالصَّلَاةِ (ﻟِﺴَﺒْﻊٍ) ﻣِﻦَ اﻟﺴِﻨِﻴْﻦَ ﺃَﻱْ ﺑَﻌْﺪَ اﺳﺘِﻜْﻤَﺎﻟِﻬَﺎ
Maksudnya wajib
bagi setiap dari kedua orang tua si anak sekalipun dari sisi ibu, kemudian yang
diberi wasiat (mengurus anak), atau yang mengurus (si anak), dan sama halnya
semisal orang yang memungut (si anak) dan yang memiliki budak dan yang dititipi
(si anak) dan yang meminjam (anak) Bahwasanya dia wajib memerintahkan si anak itu
dengan (perintah mengerjakan) shalat karena (sudah berumur) tujuh tahun, maksudnya sesudah
sempurnanya (tujuh tahun).
Qultu :
Hukumnya wajib
bagi orang tua atau yang mengurus si anak memerintahkan shalat. Artinya jika
tidak memerintahkan si anak shalat, maka orang tua itu berdosa sedangkan si
anak tidak berdosa.
فَلَا ﻳَﺠِﺐُ اﻷَﻣْﺮُ ﻗَﺒْﻞَ اِﺟْﺘِﻤَﺎﻉِ اﻟﺴَّﺒْﻊِ ﻭَاﻟﺘَﻤْﻴِﻴْﺰِ ﻭَﻻَ ﻳَﻘْﺘَﺼِﺮُ اﻟْﻮَﻟِﻲٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺠَﺮَّﺩِ
اﻷَﻣْﺮِ ﺑَﻞْ ﻣَﻊَ اﻟﺘَﻬْﺪِﻳْﺪِ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﻙِ اﻟﺼَّﻼَﺓِ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﺘَﻮَﻋَﺪَّﻩُ
ﺑِﻤَﺎ ﻳُﺨَﻮِّﻓُﻪُ ﺇِﺫَا ﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ
Maka tidak wajib
memerintahkan sebelum sampai (usia) tujuh (tahun) dan tamyiz. Wali tidak hanya
semata-mata memerintahkan tapi disertai ancaman jika meninggalkan shalat,
seperti mengancam si anak dengan hal yang menakutkannya apabila si anak meninggalkan shalat.
Qultu :
Batasan wajib memerintahkan shalat adalah ketika sudah berumur 7 tahun dan tamyiz. Maka tidak wajib jika belum berumur 7 tahun dan belum tamyiz. Dan tidak wajib jika sudah berumur 7 tahun tapi belum tamyiz. Orang tua bukan hanya memerintahkan anak, akan tetapi disertai ancaman yang membuat anak takut jika meninggalkan shalat.
ﻭَﻳُﻀْﺮَﺏُ ﺃَﻱِ اﻟْﻤُﻤَﻴِّﺰُ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﺫُﻛِﺮَ
(ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ)
ﺃَﻱْ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺮْﻛِﻬَﺎ ﺿَﺮْﺑًﺎ ﻏَﻴْﺮِ ﻣُﺒَﺮِّﺡٍ
ﻟِﻌَﺸْﺮٍ ﻷِﻧَّﻪُ ﻣَﻈِﻨَّﺔُ اﻟﺒُﻠُﻮُﻍِ ﻓَﻴَﺠُﻮْﺯُ ﺿَﺮْﺑُﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛْﻨَﺎءِ اﻟْﻌَﺎﺷِﺮَﺓِ
ﻭَاﻷَﺻْﻞُ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣُﺮُﻭْا ﺃَﻭْﻻَﺩَﻛُﻢْ
ﺑِﺎﻟﺼَّﻼﺓِ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﺳَﺒْﻊٍ ﻭَاﺿْﺮِﺑُﻮْﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎءُ ﻋَﺸْﺮٍ
ﻭَﻓَﺮّﻗُﻮْا ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﻀَﺎﺟِﻊِ
Dan dipukul maksudnya
anak yang sudah tamyiz, hukumnya wajib bagi orang yang sudah dituturkan terhadapnyanya,
maksudnya jika meninggalkan shalat pukulan yang tidak membuat bekas luka memar
karena (sudah berumur) sepuluh tahun, karena usia demikian adalah letak dugaan sudah
baligh, maka boleh memukulnya pada pertengahan (usia) yang kesepuluh (tahun). Dan
asal (dalil) di dalam yang demikian itu adalah Sabda Nabi ﷺ: Perintahkan oleh kalian anak anak kalian mengerjakan shalat
ketika sudah berusia tujuh tahun dan pukul lah mereka jika meninggalkan shalat.
Ketika mereka sudah berusia 10 tahun dan pisahkan oleh kalian diantara mereka
di dalam tempat tempat tidur.
Qultu :
Jika anak sudah tamyiz dan sudah berumur 10 tahun, maka wajib bagi orang tua memukul si anak jika meninggalkan shalat, dengan pukulan yang tidak membuat bekas luka memar atau berdarah. Artinya jika orang tua itu tidak memukul maka orang tua itu berdosa. Ini bukan termasuk kekerasan terhadap anak di bawah umur, ini syari'at dan syari'at itu sesuai fitrah manusia. Usia 10 tahun adalah letak dugaan sudah baligh, karena bisa saja umurnya belum sampai batas usia baligh (15 tahun) tapi si anak sudah mimpi. Maka perintah mengerjakan shalat harus lebih ketat dan tegas. Maka memukul disana dikarenakan orang tua sayang kepada anaknya, khawatir si anak meninggalkan shalat padahal sudah baligh sehingga si anak berdosa.
ﻛَﺼَﻮْﻡٍ ﺃَﻃَﺎﻗَﻪُ ﺑِﺄَﻥْ
ﻟَﻢْ ﺗَﺤْﺼُﻞْ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﺸَﻘَﺔٌ ﻻَ ﺗَﺤْﺘَﻤِﻞُ ﻋَﺎﺩَﺓ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗُﺒِﺢُ اﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢَ
(Wajib memerintahkan shalat) seperti
(wajibnya memerintahkan) berpuasa, (jika) si anak kuat melakukannya. Dengan
(tanda) tidak ada bagi si anak dengan (sebab) berpuasa, (mengalami) kesulitan yang
tidak ihtimal kesulitan itu (dengan)
adat sekalipun kesulitan itu tidak membolehkan bertayamum.
Qultu :
Ketika orang tua
sudah diwajibkan memerintahkan anaknya mengerjakan shalat sebagaimana yang
sudah dituturkan sebelumnya, maka sama hal nya wajib memerintahkan anaknya
berpuasa, sekiranya si anak kuat melakukannya. Dengan tanda tidak ada
kesulitan. Misalkan seperti sakit yg tidak ihtimal dengan adat. Maksudnya
sakitnya si anak tidak seperti biasanya, sehingga jelas mengalami kesulitan.
Karena lawan dari ihtimal adalah jelas.
Sekalipun sakit
itu adalah tergolong sakit yang tidak membolehkan bertayamum (sakit ringan).
Misalkan ketika si anak mengeluh pusing atau sakit perut. Maka seketika itu
jangan diperintahkan berpuasa, atau jika sudah dipertengahan puasa dibatalkan
saja puasanya.
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻣَﺮَّ ﻧَﻬْﻴُﻪُ
ﻋَﻦِ المُحَرَّمَاتِ ﻭَﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻪُ
اﻟﻮَاﺟِﺒَﺎﺕِ ﻭَﺳَﺎﺋِﺮِ
اﻟﺸَّﺮَاﺋِﻊِ ﻛَﺎﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻭَﺣُﻀُﻮْﺭِ
اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺎﺕِ ﺛُﻢَّ
ﺇِﻥْ
ﺑَﻠَﻎَ ﺭَﺷِﻴْﺪًا اِﻧْﺘَﻔَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻦِ اﻷَﻭْﻟِﻴَﺎءِ ﺃَﻭْ ﺳَﻔِﻴْﻬًﺎ ﻓَﻮِﻻَﻳَﺔُ
اﻷَﺏِّ ﻣُﺴْﺘَﻤِرَّﺓٌ ﻓَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﻛَﺎﻟﺼَّﺒِﻲِّ
Dan wajib bagi
orang yang sudah berlalu melarang anak dari perkara-perkara yang diharamkan dan
mengajarkannya perkara-perkara yang wajib serta syari'at syari'at yang lain seperti
bersiwak dan menghadiri shalat berjama'ah. Kemudian Jika anak sudah baligh
matang pikirannya (sudah dewasa), maka menjadi tiada (kewajiban) yang demikian
itu dari para wali anak atau sudah baligh tapi lemah akal, maka wilayah ayah tetap
berlanjut, sehingga anak yang demikian saperti anak kecil.
Qultu :
Ketika anak
sudah tamyiz dan berumur 7 tahun, orang tua bukan hanya wajib memerintahkan
shalat dan puasa, tetapi wajib juga mengajarkan perkara-perkara yang haram dan
perkara perkara yang wajib lainnya, serta syari'at syari'at yang lain seperti
bersiwak dan menghadiri shalat berjama'ah. Jika tidak mengajarkan demikian maka
orang tua berdosa. Jika anak sudah baligh maka kewajiban wali anak di dalam
memerintahkan shalat, puasa dan seluruh syari'at sudah tiada. Namun jika sudah
baligh tapi lemah akal (autis) atau bebal maka tanggung jawab ayah tetap
berlanjut sama seperti si anak masih kecil. (22)
0 comments:
Posting Komentar