Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 20 Desember 2024

FITNAH USTAD FIRANDA ANDIRJA YANG MENGUTIP KALAM IMAM BUKHARI, IBNU BATHAL DAN IBNU HAJAR AL ASQALANI

 

الرد على الوهابية

Ar Rad 'alal Wahabiyyah

[BANTAHAN TERHADAP WAHABI] (2)


Ustad Firanda berargumentasi dengan mengutip kalam Imam Bukhari, Imam Ibnu Bathal dan Imam Ibnu Hajar al Asqalani untuk menguatkan pendapatnya yang menyatakan dzat Allah berada di atas Arsy dengan makna menetap pada satu arah dari arah-arah Arsy.

 

Ustad Firanda berkata :

Bahkan para ulama hadits yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi juga membantah pemahaman Jahmiyah ini. Seperti Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya berkata كتاب الرد على الجهمية “Kitab bantahan terhadap Jahmiyah” (dan judul seperti ini terdapat dalam shahih Al-Bukhari dalam riwayat Al-Mustamli, dan juga terdapa pada nuskhoh Ibnu Battol dan Ibnu At-Tiin, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 13/344)

Dan dalam kitab tersebut Imam Al-Bukhari membawakan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah berada di atas langit sebagai bantahan kepada aqidah Jahmiyah yang mengingkari adanya Allah di atas langit. Imam Al-Bukhari berkata :

باب قول الله تعالى {تعرج الملائكة والروح إليه} وقوله جل ذكره {إليه يصعد الكلم الطيب} وقال أبو جمرة عن ابن عباس بلغ أبا ذر مبعث النبي صلى الله عليه وسلم فقال لأخيه أَعْلِمْ لِي عِلْمَ هذا الرجلِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ يَأْتِيْهِ الْخَبَرُ مِنَ السَّمَاءِ

“Bab firman Allah Ta’aala “Para malaikat dan Jibril naik ke Allah” (QS Al-Ma’aarij :4), dan firman Allah “Kepada Allah lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalan sholeh dinaikkanNya” (QS Faathir : 10). Dan Abu Hamzah berkata, “Dari Ibnu Abbaas : Bahwasanya tatkala kabar tentang diutusnya Nabi Muhammad sampai kepada Abu Dzar maka Abu Dzar –radhiallahu ‘anhu- berkata kepada saudaranya : Kabarkanlah kepadaku tentang ilmu orang ini (yaitu Nabi Muhammad) yang menyangka bahwasanya telah datang kepadanya khabar dari langit !” (Shahih Al-Bukhari 9/126).

 

Pendalilan Imam Al-Bukhari ini telah diisyaratkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam perkataannya:

حديث أخرجه البخاري في كتاب الرد على الجهمية من صحيحه في باب قوله إليه يصعد الكلم الطيب عن ابن عباس قال بلغ أبا ذر مبعث النبي فقال لأخيه أعلم لي علم هذا الرجل الذي يزعم أنه يأتيه الخبر من السماء

“Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Bantahan terhadap Jahmiyah dari kitab shahihnya, yaitu pada Bab firman Allah Ta’aala “Kepada Allah lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalan sholeh dinaikkanNya” (Al-‘Uluw li Al-‘Aliy Al-Goffaar).

Sumber : https://firanda.com/ajaran-ajaran-madzhab-syafi-i-yang-dilanggar-oleh-sebagian-pengikutnya-5-keyakinan-bahwa-allah-di-atas-langit/

 

Jawaban :

Perlu diketahui bahwa letak persoalan bukanlah terkait apakah para ulama ahlussunnah wal jama'ah menetapkan sifat istawa dan fauqiyah (sifat di atas Arsy) tanpa takwil. Karena hal itu disepakati kebolehannya.

Persoalannya terletak pada pertanyaan : apakah di dalam menetapkan sifat tanpa takwil tersebut meyakini makna hakikat secara tekstualis atau dengan mentafwidh maknanya ?

Yad berdasarkan sudut pandang orang arab yang berbahasa arab makna hakikat tekstualisnya adalah jarihah (anggota badan) sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata tangan. Namun, tatkala disifatkan kepada Allah makna jarihah tidak diyakini, bahkan Wahabi pun sepakat dengan keyakinan tersebut. Itu artinya menetapkan sifat sesuai redaksi al Qur'an dan sunnah tidak wajib meyakini makna hakikat secara tekstualis.

Makna jarihah di dalam sifat yad tidak diyakini karena alasan jarihah adalah sifat jisim, maka seharusnya di dalam sifat istawa dan fauqiyah juga tidak meyakini makna tekstualisnya, yaitu menetap pada satu arah atau bertempat, karena sama-sama sifat jisim.

Ustad Firanda menyebut nama-nama ulama seperti Imam Ibnu Bathal dan Imam Ibnu Hajar al Asqalani dengan kitabnya yaitu kitab Fathul Baari kemudian mengutip perkataan Imam Bukhari yang berdalil dengan firman Allah dan berkata :

باب قول الله تعالى {تعرج الملائكة والروح إليه} وقوله جل ذكره {إليه يصعد الكلم الطيب}

“Bab firman Allah Ta’aala “Para malaikat dan Jibril naik ke Allah” (QS Al-Ma’aarij :4), dan firman Allah “Kepada Allah lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalan sholeh dinaikkanNya” (QS Faathir : 10).

Lalu dibawa maksudnya sesuai dengan yang dikehendakinya untuk mendukung keyakinannya yang meyakini dzat Allah menetap pada satu arah atau bertempat.

Seandainya Ustad Firanda orang yang jujur dan adil di dalam menukil perkataan ulama, seharusnya ia menukil penjelasan Imam Ibnu Bathal di dalam kitab Fathul Baari milik Imam Ibnu Hajar al Asqalani yang menjelaskan tentang perkataan Imam Bukhari di dalam mengutip Surat Faathir ayat 10. Berikut nukilannya :

وَقَالَ بنْ بَطَّالٍ غَرَضُ الْبُخَارِيِّ فِيْ هَذَا الْبَابِ الرَّدُّ عَلَى الْجَهْمِيَّةِ الْمُجَسِّمَةِ فِي تَعَلُّقِهَا بِهَذِهِ الظَّوَاهِرِ وَقَدْ تَقَرَّرَ أَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِجِسْمٍ فَلَا يَحْتَاجُ إِلَى مَكَانٍ يَسْتَقِرُّ فِيْهِ فَقَدْ كَانَ وَلَا مَكَانَ وَإِنَّمَا أَضَافَ الْمَعَارِجَ إِلَيْهِ إِضَافَةَ تَشْرِيفٍ وَمَعْنَى الِارْتِفَاعِ إِلَيْهِ اعْتِلَاؤُهُ مَعَ تَنْزِيهِهِ عَنِ الْمَكَانِ انْتَهَى

Imam Ibnu Bathal berkata : Tujuan Imam Bukhari di dalam bab ini adalah membantah Jahmiyah Mujassimah di dalam argumentasinya dengan teks-teks ayat ini secara tekstualis. Sudah pasti sesungguhnya Allah bukan jisim maka tidak butuh tempat untuk menetap di atasnya, sesungguhnya Allah ada dan tidak ada tempat. Dan pastinya menyandarkan tempat-tempat tinggi kepada Allah merupakan kiasan idhafat tasyrif (penyandaran untuk memuliakan Allah), makna (malaikat) naik kepada Nya adalah isyarat kemuliaan Nya disertai mensucikan Nya dari tempat. Selesai.

[Kitab Fathul baari 13/417].

 

Imam Ibnu Hajar al Asqalani juga menjelaskan dengan perkataannya :

وَلَيْسَ قَوْلُنَا إِنَّ اللَّهَ عَلَى الْعَرْشِ أَيْ مُمَاسٌّ لَهُ أَوْ مُتَمَكِّنٌ فِيهِ أَوْ مُتَحَيِّزٌ فِي جِهَةٍ مِنْ جِهَاتِهِ بَلْ هُوَ خَبَرٌ جَاءَ بِهِ التَّوْقِيْفُ فَقُلْنَا لَهُ بِهِ وَنَفَيْنَا عَنْهُ التَّكْيِيفَ إِذْ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ

Perkataan kami sesungguhnya Allah di atas Arsy maksudnya bukan Allah yang menyentuh Arsy atau yang berada di atasnya atau yang menetap pada satu arah dari arah-arah Arsy, tetapi yang demikian adalah kabar dari al Quran dan Sunnah, maka kami berkata dengannya dan kami meniadakan darinya kaifiyah, karena tidak ada yang menyerupai Nya segala sesuatu apapun. Semoga Allah memberikan taufiq.

[Kitab Fathul Baari 13/413]

 

Faktanya apa yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Bathal dan Imam Ibnu Hajar al Asqalani membantah keyakinan Ustad Firanda. Seandainya kami tidak menjawab Ustad Firanda niscaya orang-orang awam akan menyangka bahwa Imam Ibnu Bathal, Imam Ibnu Hajar al Asqalani dan Imam Bukhari memiliki keyakinan yang sama dengan Ustad Firanda. Jelas itu adalah fitnah yang keji terhadap para ulama ahlussunnah wal jama'ah. Semoga Allah menjaga umat muslim dari fitnah Wahabi.

Ustad Firanda juga menyebut nama Imam adz Dzahabi dengan perkataannya " Pendalilan Imam Al-Bukhari ini telah diisyaratkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam perkataannya (di dalam kitab al Uluw lil 'Aliyyil Goffar)". Namun lagi-lagi Ustad Firanda tidak jujur dan tidak adil di dalam menukil kitab ulama. Karena seandainya jujur dan adil seharunya menukilkan juga penjelasan Imam adz Dzahabi di dalam kitab al Uluw lil 'Aliyyil Goffar yang menjelaskan para ulama salaf mentafwidh makna dengan mengutip perkataan Imam Haramain seorang ulama besar Asy'ariyyah :

وَذَهَبَ أَئِمَّةُ السَّلَفِ إِلَى الْاِنْكِفَافَ عَنِ التَّأْوِيْل وإجراء الظَّوَاهِر على مواردها وتفويض مَعَانِيهَا إِلَى الرب عزوجل

Para Imam Salaf menempuh jalan tidak mentakwil dan menetapkan redaksi-redaksi sifat sesuai pada tempat-tempatnya dan mentafwidh makna-maknanya kepada ar Rabb (Allah) 'azza wa jalla.

[Kitab al Uluw lil 'Aliyyil Goffar 1/257]

 

Penjelasan Imam adz Dzahabi jelas membantah keyakinan Ustad Firanda, karena orang-orang seperti Ustad Firanda sudah tentu tidak mentafwidh makna, melainkan meyakini makna istawa dan fauqiyah secara tekstualis. Demikianlah fitnah-fitnah yang diciptakan kaum tekstualis, di mana mereka mengutip ayat-ayat mutasyabihat untuk membuat fitnah dan menentukan maknanya sesuai dengan makna sesat yang mereka kehendaki.

 

Abdurrachman asy Syafi'iy

 

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali