الرد على الوهابية
Ar Rad 'alal Wahabiyyah
[BANTAHAN TERHADAP WAHABI] (8)
Imam Nawawi berkata :
وَلَا يَلْزَمُ مِنْ رُؤْيَةِ اللَّهِ تَعَالَى إِثْبَاتُ جِهَةٍ تَعَالَى
عَنْ ذَلِكَ بَلْ يَرَاهُ الْمُؤْمِنُونَ لَا فِيْ جِهَةٍ كَمَا يَعْلَمُوْنَهُ لَا
فِيْ جِهَةٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Tidak melazimkan dari melihat Allah ta'ala menetapkan
arah, maha suci Allah dari sifat demikian. Tetapi orang-orang beriman akan
melihatnya tidak berada pada satu arah manapun sebagaimana mereka mengetahui
Allah tidak berada pada satu arah manapun. Wallahu a'lam.
[Kitab Syarah Shahih Muslim. Hal. 16. Juz 3]
Sedangkan
Syaikh al Bani berkata :
وَمَنْ
قَالَ: يُرَى لَا فِي جِهَةٍ. فَلْيُرَاجِعْ عَقْلَهُ. فَإِمَّا أَنْ يَكُونَ
مُكَابِرًا لِعَقْلِهِ أَوْ فِي عَقْلِهِ شَيْءٌ، وَإِلَّا فَإِذَا قَالَ: يُرَى
لَا أَمَامَ الرَّائِي وَلَا خَلْفَهُ وَلَا عَنْ يَمِينِهِ وَلَا عَنْ يَسَارِهِ
وَلَا فَوْقَهُ وَلَا تَحْتَهُ، رَدَّ عَلَيْهِ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ بِفِطْرَتِهِ
السَّلِيمَةِ.
Barang
siapa yang mengatakan bahwa Allah dilihat tidak berada pada satu arah manapun,
maka hendaklah ia meninjau kembali akalnya. Sebab, ia mungkin saja sedang
menentang akalnya sendiri, atau ada sesuatu yang tidak beres dengan akalnya.
Jika ia mengatakan bahwa Allah dilihat, tetapi tidak di depan orang yang
melihat, tidak di belakangnya, tidak di kanannya, tidak di kirinya, tidak di
atasnya, dan tidak di bawahnya, maka setiap orang yang mendengarnya dengan
fitrah yang lurus pasti akan menolaknya.
[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 43]
Dari
pemaparan tersebut nampak perbedaan aqidah antara Imam Nawawi dengan Syaikh al
Bani, di mana Imam Nawawi mensifati Allah laa fii jihah [لَا فِيْ جِهَةٍ] yang artinya tidak berada pada satu arah
manapun tatkala melihat Allah di surga. Sedangkan Syaikh al Bani
mengingkarinya, karena ia menjadikan peristiwa melihat Allah sebagai dalil dzat
Allah berada pada satu arah, yaitu arah atas. Dan yang mengherankan adalah
Syaikh al Bani mengatakan demikian di dalam Tahqiqnya terhadap kitab Matan
Aqidah ath Thahawiyyah, ini menandakan al Bani bukan termasuk para ulama ahli
tahqiq (muhaqqiqun).
Ini
penjelasannya :
Tatkala
Rasulullah ﷺ bersabda :
كَانَ اللهُ تَعَالَى
وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ
"Allah ta'ala ada
(sebelum mahluk diciptakan) dan tidak ada segala sesuatu selain Nya."
[Hadits Shahih Bukhari]
Semua
ulama ahlussunnah sepakat berdasarkan keterangan hadits tersebut dzat Allah
memiliki sifat azaliyah yaitu "laa fii jihah" [لَا فِيْ جِهَةٍ] yang artinya tidak berada pada satu arah
manapun. Yang demikian jelas, karena arah itu baru ada setelah alam semesta
diciptakan. Imam ath Thahawi mengatakannya dengan kalimat :
لَا تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِتُّ
Dzat Allah tidak diliputi arah-arah yang enam.
[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 45]
Di
mana sebelum mengatakan hal itu Imam Abu Ja'far ath Thahawi berkata :
وَكَمَا كَانَ بِصِفَاتِهِ أَزَلِيًّا كَذَلِكَ لَا يَزَالُ عَلَيْهَا أَبَدِيًّا
Dzat Allah sebagaimana dahulu dengan sifat-sifat Nya
sebelum mahluk diciptakan. Sama seperti yang demikian akan senantiasa disifati
dengan sifat tersebut kekal selamanya.
[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 43]
Perkataan itu dinukil dari kitab yang ditahqiq oleh
Syaikh al Bani sendiri dan jelas sekali di sini bahwa Imam Nawawi mengikuti apa
yang dikatakan oleh Imam ath Thahawi. Jika sebelum mahluk diciptakan dzat Allah
memiliki sifat laa fii jihah, maka sekarang dan selamanya akan ada sifat laa
fii jihah termasuk ketika orang beriman melihatnya di surga. Sifat laa fii
jihah tidak boleh punah, Allah senantiasa disifati dengan sifat tersebut kekal
selamanya.
Jadi seharusnya perkataan al Bani itu harus ditujukan
kepada dirinya sendiri, hendaklah dia meninjau kembali akalnya karena
mengatakan Imam ath Thahawi beraqidah ahlussunnah wal jama'ah, mengklaim
mengikuti aqidahnya tapi meyakini sifat azaliyah Allah sudah punah ketika Allah
dilihat di surga, yaitu sifat laa fii jihah. Sedangkan Imam ath Thahawi
menyatakan Allah senantiasa disifati dengan sifat azaliyyah kekal selamanya.
Orang awam yang hanya membaca potongan perkataan Syaikh al Bani tentu akan menyangka Syaikh al Bani itu benar, tapi jika sudah membaca kitab yang ditahqiqnya secara menyeluruh tentu akan mengetahui ketanaqudan aqidahnya.
0 comments:
Posting Komentar