Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 10 Januari 2025

BANTAHAN TERHADAP SYAIKH AL BANI TENTANG MELIHAT ALLAH DI SURGA

 الرد على الوهابية

Ar Rad 'alal Wahabiyyah

[BANTAHAN TERHADAP WAHABI] (8)

Imam Nawawi berkata :

وَلَا يَلْزَمُ مِنْ رُؤْيَةِ اللَّهِ تَعَالَى إِثْبَاتُ جِهَةٍ تَعَالَى عَنْ ذَلِكَ بَلْ يَرَاهُ الْمُؤْمِنُونَ لَا فِيْ جِهَةٍ كَمَا يَعْلَمُوْنَهُ لَا فِيْ جِهَةٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Tidak melazimkan dari melihat Allah ta'ala menetapkan arah, maha suci Allah dari sifat demikian. Tetapi orang-orang beriman akan melihatnya tidak berada pada satu arah manapun sebagaimana mereka mengetahui Allah tidak berada pada satu arah manapun. Wallahu a'lam.

[Kitab Syarah Shahih Muslim. Hal. 16. Juz 3]

Sedangkan Syaikh al Bani berkata :

وَمَنْ قَالَ: يُرَى لَا فِي جِهَةٍ. فَلْيُرَاجِعْ عَقْلَهُ. فَإِمَّا أَنْ يَكُونَ مُكَابِرًا لِعَقْلِهِ أَوْ فِي عَقْلِهِ شَيْءٌ، وَإِلَّا فَإِذَا قَالَ: يُرَى لَا أَمَامَ الرَّائِي وَلَا خَلْفَهُ وَلَا عَنْ يَمِينِهِ وَلَا عَنْ يَسَارِهِ وَلَا فَوْقَهُ وَلَا تَحْتَهُ، رَدَّ عَلَيْهِ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ بِفِطْرَتِهِ السَّلِيمَةِ.

Barang siapa yang mengatakan bahwa Allah dilihat tidak berada pada satu arah manapun, maka hendaklah ia meninjau kembali akalnya. Sebab, ia mungkin saja sedang menentang akalnya sendiri, atau ada sesuatu yang tidak beres dengan akalnya. Jika ia mengatakan bahwa Allah dilihat, tetapi tidak di depan orang yang melihat, tidak di belakangnya, tidak di kanannya, tidak di kirinya, tidak di atasnya, dan tidak di bawahnya, maka setiap orang yang mendengarnya dengan fitrah yang lurus pasti akan menolaknya.

[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 43]

 

Dari pemaparan tersebut nampak perbedaan aqidah antara Imam Nawawi dengan Syaikh al Bani, di mana Imam Nawawi mensifati Allah laa fii jihah [لَا فِيْ جِهَةٍ] yang artinya tidak berada pada satu arah manapun tatkala melihat Allah di surga. Sedangkan Syaikh al Bani mengingkarinya, karena ia menjadikan peristiwa melihat Allah sebagai dalil dzat Allah berada pada satu arah, yaitu arah atas. Dan yang mengherankan adalah Syaikh al Bani mengatakan demikian di dalam Tahqiqnya terhadap kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah, ini menandakan al Bani bukan termasuk para ulama ahli tahqiq (muhaqqiqun).

Ini penjelasannya :

Tatkala Rasulullah bersabda :

كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ

"Allah ta'ala ada (sebelum mahluk diciptakan) dan tidak ada segala sesuatu selain Nya." [Hadits Shahih Bukhari]

Semua ulama ahlussunnah sepakat berdasarkan keterangan hadits tersebut dzat Allah memiliki sifat azaliyah yaitu "laa fii jihah" [لَا فِيْ جِهَةٍ] yang artinya tidak berada pada satu arah manapun. Yang demikian jelas, karena arah itu baru ada setelah alam semesta diciptakan. Imam ath Thahawi mengatakannya dengan kalimat :

لَا تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِتُّ

Dzat Allah tidak diliputi arah-arah yang enam.

[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 45]

Di mana sebelum mengatakan hal itu Imam Abu Ja'far ath Thahawi berkata :

وَكَمَا كَانَ بِصِفَاتِهِ أَزَلِيًّا كَذَلِكَ لَا يَزَالُ عَلَيْهَا أَبَدِيًّا

Dzat Allah sebagaimana dahulu dengan sifat-sifat Nya sebelum mahluk diciptakan. Sama seperti yang demikian akan senantiasa disifati dengan sifat tersebut kekal selamanya.

[Tahqiq Kitab Matan Aqidah ath Thahawiyyah. Hal. 43]

Perkataan itu dinukil dari kitab yang ditahqiq oleh Syaikh al Bani sendiri dan jelas sekali di sini bahwa Imam Nawawi mengikuti apa yang dikatakan oleh Imam ath Thahawi. Jika sebelum mahluk diciptakan dzat Allah memiliki sifat laa fii jihah, maka sekarang dan selamanya akan ada sifat laa fii jihah termasuk ketika orang beriman melihatnya di surga. Sifat laa fii jihah tidak boleh punah, Allah senantiasa disifati dengan sifat tersebut kekal selamanya.

Jadi seharusnya perkataan al Bani itu harus ditujukan kepada dirinya sendiri, hendaklah dia meninjau kembali akalnya karena mengatakan Imam ath Thahawi beraqidah ahlussunnah wal jama'ah, mengklaim mengikuti aqidahnya tapi meyakini sifat azaliyah Allah sudah punah ketika Allah dilihat di surga, yaitu sifat laa fii jihah. Sedangkan Imam ath Thahawi menyatakan Allah senantiasa disifati dengan sifat azaliyyah kekal selamanya.

Orang awam yang hanya membaca potongan perkataan Syaikh al Bani tentu akan menyangka Syaikh al Bani itu benar, tapi jika sudah membaca kitab yang ditahqiqnya secara menyeluruh tentu akan mengetahui ketanaqudan aqidahnya. 

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali