Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

  • Allah ta'ala berfirman :

    Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadalah : 11).

  • Allah ta'ala berfirman :

    Tanyalah ahli ilmu jika kamu tidak tahu (QS Al Anbiya : 7).

  • Sa'id bin Jubair berkata :

    Seseorang senantiasa dikatakan berilmu selama dia terus menuntut ilmu, jika dia berhenti menuntut ilmu karena merasa tidak butuh lagi dan merasa cukup dengan ilmu yang dia miliki maka dia termasuk orang yang paling bodoh.

  • Nabi saw bersabda :

    Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan, maka dia akan difahamkan di dalam ilmu agama.

Sabtu, 23 September 2023

(51) SYARAT PENGGUNAAN BATU UNTUK ISTINJA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالی :


ﺃَﻣَّﺎ ﺷُﺮُﻭْﻃُﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ اﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟِﻪِ ﻓَﺄَﻣْﺮَاﻥِ 

Adapun syarat-syarat istinja dengan batu dari sisi penggunaan batu ada dua :

Qultu : 

Mushonnif mulai menuturkan syarat-syarat penggunaan batu untuk istinja. Dan setelah ini diikuti syarat-syarat lainnya dari sisi dzatiyyah batu yang digunakan.

ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺛَﻼَﺙُ ﻣَﺴْﺤَﺎﺕٍ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﻌُﻢُّ ﺑِﻜُﻞِّ ﻣَﺴْﺤَﺔٍ اﻟْﻤَﺤَﻞَّ

Salah satu dari keduanya adalah 3 kali usapan, sekiranya meliputi letak najis dengan tiap-tiap usapan

 ﻭَﻟَﻮْ ﺑِﺄَﻃْﺮَاﻑِ ﺣَﺠَﺮٍ

ِّSekalipun dengan ujung-ujung batu

ﺛَﺎﻧِﻴُّﻬُﻤَﺎ ﺇِﻧْﻘَﺎءُ اﻟْﻤَﺤَﻞِّ 

Yang kedua adalah sampai bersih letak yang terkena najis

ﺑِﺤَﻴْﺚُ لَا ﻳَﺒْﻘَﻰ ﺇِلَا ﻗَﺪْﺭٌ لَا ﻳُﺰِﻳﻠُﻪُ ﺇِلَا اﻟْﻤَﺎءُ

Sekiranya tidak tersisa kotoran, kecuali se kadar bekas najis yang mana batu tidak bisa menghilangkannya kecuali dengan air.

 ﺃَﻭْ ﺻِﻐَﺎﺭُ اﻟْﺨَﺰْﻑِ

atau pecahan-pecahan kecil tembikar.

Qultu : 

Istinja dengan batu dipastikan akan meninggalkan bekas najis yang tidak bisa hilang dengan batu, dan hanya bisa hilang dengan air atau pecahan kecil tembikar. Namun bekas istinja dengan batu tersebut termasuk kedalam najis yang dimaafkan.

 ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺼُﻞِ الْإِﻧْﻘَﺎءُ ﺑِﺎلثَّلَاﺙِ

jika tidak bersih dengan tiga kali usapan

 ﻭَﺟَﺒَﺖِ اﻟْﺰِﻳَﺎﺩَﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺤْﺼُﻞَ الْإِﻧْﻘَﺎءُ 

Maka wajib menambah di atas tiga kali sehingga bersih.

Qultu : 

Istinja dengan batu itu cukup sampai bersih secara dzohir. Dan yang demikian tidak sampai suci dari najis, karena ain najis yang tidak nampak pasti masih tertinggal di letak yang terkena najis dan hanya bisa hilang dengan air.


ﻭَﻳُﺴَﻦُّ الْإِﻳْﺘَﺎﺭُ ﺇِﺫَا ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺼُﻞِ الْإِﻧْﻘَﺎءُ ﺑِﻮِﺗْﺮٍ

dan disunnahkan mengganjilkan bilangan apabila tidak bersih dengan bilangan ganjil.

 ﻭَﺇِﺫَا ﺣَﺼَﻞَ الْإِنْقَاءُ ﺑِﺪُﻭْﻥِ الثَّلَاﺙِ

dan apabila sudah bersih kurang dari 3 kali usapan

 ﻭَﺟَﺐَ ﺗَﺘْﻤِﻴْﻤُﻬَﺎ

Maka wajib menyempurnakannya.

Qultu : 

Maksudnya tetap menyempurnakan hingga 3 kali usapan sekalipun nampak sudah bersih kurang dari 3 kali usapan.


Halaman : 16


Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

Sabtu, 09 September 2023

(36) BATASAN AIR MUSTA'MAL DAN MUTANAJIS

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﺛُﻢَّ ﺫَﻛَﺮَ اﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒُ ﻟِﻠْﻤَﺎءِ اﻟْﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻗُﻴُﻮْﺩًا ﺗَﺴْﺘَﻠْﺰِﻣُﻪُ

kemudian mushonnif menuturkan : bagi air yang mutlak ada beberapa batasan yang wajib baginya (yaitu :)

 (ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﺴْﺘَﻌْﻤَﻞٍ ﻓِﻲْ) ﻣَﺎ لَا ﺑُﺪَ ﻣِﻨْﻪُ

Bukan musta'mal di dalam basuhan yang tidak boleh tidak darinya.

 ﺃَﺛِﻢَ ﺗَﺎﺭِﻛُﻪُ ﺃَﻡْ لَا

(yang) berdosa orang yang meninggalkannya atau tidak.

Penjelasan : 

Air mutlak batasannya tidak boleh musta'mal. Maksudnya bekas digunakan di dalam basuhan yang wajib. Sama saja basuhan yang wajib yang menyebabkan orang yang meninggalkannya berdosa atau tidak.

 ﻣِﻦْ (ﺭَﻓْﻊِ ﺣَﺪَﺙٍ)

dari mengangkat hadats

 ﻛَﺎﻟْﻐَﺴْﻠَﺔِ الْأُﻭْﻟَﻰ

seperti basuhan pertama

 ﻓَﺸَﻤِﻞَ ﻭُﺿُﻮْءُ اﻟﺼَّﺒِﻲِّ 

maka mencakup wudhu anak kecil

ﻭَﻟَﻮْ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﻤَﻴِّﺰٍ ﺑِﺄَﻥْ ﻭَﺿَّﺄَﻩُ ﻭَﻟِﻴﻪِ ﻟِﻠﻄَّﻮَاﻑِ 

sekalipun bukan yang tamyiz, dengan (sebab) mewudhukannya walinya untuk thowaf.

ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻮِ

skalipun (si anak) tidak berniat (bersuci).

Penjelasan : 

Berbeda dengan shalat. Seorang anak kecil tetap wajib berwudhu jika diajak orang tuanya thowaf, dengan cara diwudhukan, sekalipun si anak kecil itu belum tamyiz dan tidak berniat wudhu, sehingga air bekas yang digunakan untuk mewudhukan anak kecil itu dihukumi musta'mal.


 ﻭَﺷَﻤِﻞَ ﻣَﺎ اﺳْﺘَﻌْﻤَﻞَ ﻓِﻲْ ﻏَﺴْﻞِ ﺑَﺪَﻝِ ﻣَﺴْﺢٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺃْﺱً ﺃَﻭْ ﺧَﻒًّ 

dan mencakup air air yang sudah pernah digunakan di dalam basuhan pengganti mengusap dari (mengusap) kepala atau khuf.

ﺃَﻭْ ﻓِﻲْ ﻏَﺴْﻞِ ﻛَﺘَﺎﺑِﻴَّﺔٍ ﺃَﻭْ ﻣَﺠْﻨُﻮْﻧَﺔٍ ﻋَﻦْ ﺣَﻴْﺾٍ ﺃَﻭْ ﻧِﻔَﺎﺱٍ

atau seperti mandi (wajib) perempuan ahli kitab atau perempuan gila, dari haidh atau nifas

 ﻟِﻴَﺤِﻞَّ ﻭَﻃْﺆُﻫَﺎ 

agar halal menyetubuhinya

ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ اﻟْﺤَﻠِﻴْﻞُ ﻛَﺎﻓِﺮًا 

sekalipun isteri yang halal adalah orang yang kafir.

Penjelasan : 

Maksudnya kafir disana perempuan ahli kitab yang dinikahi. Selain dari ahli kitab maka haram dinikahi.


ﺃَﻭِ اﻟْﻮَﻁْءُ ﺯِﻧَﺎ 

atau bersetubuh zina

ﻭَاﻟْﻮَﻁْءُ ﻏَﻴْﺮَ ﺣَﺮَاﻡٍ 

dan menyetubuhi selain yang haram 

 مِنْ جِهَةِ الطَّهَارَةِ ﻋَﻦْ ﺣَﻴْﺾٍ 

dari sisi bersuci dari haidh

لَا ﻣِﻦْ ﺟِﻬَﺔِ اﻟﺰِّﻧَﺎ

bukan dari sisi zina

 (ﻭَ) ﺇِﺯَاﻟَﺔِ (ﻧَﺠْﺲٍ)

dan menghilangkan najis

 ﻭَﻟَﻮْ ﻣَﻌْﻔُﻮًّا ﻋَﻨْﻪُ

sekalipun najis yang dimaafkan darinya

 (قَلِيْلًا)

hal nya yang sedikit

 ﺃَﻱْ ﺣَﺎﻟَﺔً ﻛَﻮْﻥِ اﻟْﻤُﺴْﺘَﻌْﻤَﻞِ ﻓِﻲْ ﺣَﺎﻝِ ﻗِﻠَّﺘِﻪِ

maksudnya keadaan air musta'mal di dalam keadaan sedikitnya

 ﻭَﻫُﻮَ ﺩُﻭْﻥَِ اﻟْﻘُﻠَّﺘَﻴْﻦِ

dan yang demikian adalah di bawah dua qullah

Penjelasan : 

Air bisa menjadi musta'mal jika jumlahnya kurang dari 2 qullah.

 بِخِلَاﻑٍ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻗُﻠَّﺘَﻴْﻦِ ﻓَﺄَﻛْﺜَﺮُ

lain halnya apabila air dua qullah atau lebih

 ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺇِﺫَا ﺭَﻓِﻊَ اﻟْﺤَﺪَﺙَ 

Sesungguhnya yang demikian, jika seseorang (bersuci) mengangkat hadats, 

لَا ﻳُﺤْﻜَﻢُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎلْاِﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ 

maka tidak dihukumi kepadanya musta'mal

ﻭَﺇِﺫَا ﺃَﺯَاﻝَ اﻟﻨَّﺠْﺲَ

dan apa bila seseorang (bersuci) menghilangkan najis

 لَا ﻳُﺤْﻜَﻢُ ﺑِﺘَﻨَﺠُّﺴِﻪِ 

maka tidak dihukumi menjadi najis

ﺇِلَّا ﺇِﺫَا ﺗَﻐَﻴَّﺮَ ﺑِﺎﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ

kecuali apabila air berubah (sifatnya) dengan sebab najis.

Penjelasan : 

Air dua qullah atau lebih tidak dihukumi musta'mal dan juga tidak dihukumi mutanajis selama sifat air tidak berubah dengan sebab najis. misalkan warnanya atau baunya atau rasanya. Jika berubah maka dihukumi mutajanis sekalipun 2 qullah atau lebih.

 ﻭَلَا ﻳُﺤْﻜَﻢُ ﺑِﺎﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟِﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ

dan tidak dihukumi musta'mal juga

 ﻭَﻟَﻮْ ﺟُﻤِﻌَﺖِ اﻟْﻤِﻴَﺎﻩُ اﻟْﻤُﺴْﺘَﻌْﻤَﻠَﺔُ ﺣَﺘَّﻰ ﺻَﺎﺭَﺕْ ﻣَﺎءٌ ﻛَﺜِﻴْﺮًا ﻗُﻠَّﺘَﻴْﻦِ ﻓَﺄَﻛْﺜَﺮُ 

dan jika dikumpulkan air yang musta'mal sehingga menjadi air dengan  jumlah banyak, dua qullah atau lebih.

ﻋَﺎﺩَ ﻃُﻬُﻮْﺭًا

maka air kembali menjadi suci.

Penjelasan : 

Jika memiliki air musta'mal atau air mutanajis kurang dari dua qullah di dalam beberapa wahadah maka dapat di gabungkan sehingga menjadi dua qullah atau lebih. Ketika sudah mencapai 2 qullah atau lebih, air yang awalnya dihukumi musta'mal atau mutanajis maka menjadi suci dan dapat digunakan untuk bersuci.


Halaman : 16


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(35) CONTOH-CONTOH AIR MUTLAK YANG SUDAH BANYAK BERUBAH

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى


ﻭَﻣِﻦَ اﻟْﻤَﺎءِ اﻟْﻤُﻄْﻠَﻖِ

dan sebagian dari air mutlak adalah

 ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﺗَﻐَﻴَّﺮَ اﻟْﻤَﺎءُ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﺴَﺎﻗَﻂَ ﻓِﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺭَاﻕِ الْأَﺷْﺠَﺎﺭِ

air yang berubah dengan sebab sesuatu yang terjatuh ke dalamnya dari daun daun pohon

 ﻭَﻟَﻮْ ﺭَﺑِﻴْﻌِﻴَّﺔً ﺃَﻭْ ﺗَﻔَﺘَّﺘَﺖْ ﻓِﻴْﻪِ

Sekalipun masih berupa daun hijau atau sudah hancur di dalamnya.

 ﻟِﺘَﻌَﺬُّﺭِ ﺻَﻮْﻥِ اﻟْﻤَﺎءِ ﻋَﻨْﻬَﺎ 

karena sulitnya menjaga air darinya

ﻭَمِنْهُ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﺗَﻐَﻴَّﺮَ ﻣَﺎءُ اﻟْﻤُﻐَﺎﻃَﺲِ ﺑِﺄَﻭْﺳَﺎﺥِ ﺃَﺑْﺪَاﻥِ اﻟْﻤُﻐْﺘَﺴِﻠِﻴْﻦَ

dan sebagian dari air mutlak adalah apabila air yang diselami berubah dengan sebab kotoran badan badan orang-orang yang mandi

 ﻭَﻣَﺎءُ اﻟْﻔَﺴَﺎقِيِّ ﺑِﺄَﻭْﺳَﺎﺥِ ﺃَﺭْﺟَﻞِ اﻟْﻤُﺘَﻮَﺿِّﺌِﻴْﻦَ 

dan air mancur dengan sebab kotoran-kotoran kaki kaki orang orang yang berwudhu

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ لَا ﻳَﻀُﺮُّ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺜُﺮَ اﻟﺘَّﻐَﻴُّﺮُ

maka yang demikian tidak berbahaya sekalipun sudah banyak berubah.

Penjelasan :

air di dalam kolam air dalam jumlah besar (lebih dari dua kulah) dan dalam sehingga orang dapat menyelam akan tetap dihukumi air mutlak sekalipun sudah banyak berubah warnanya dengan sebab kotoran dari orang yang mandi sehingga masih dapat digunakan untuk bersuci. Yang dimaksud kotoran disana adalah debu dan tanah, bukan kotoran selainnya seperti najis.


Halaman : 16.


Abdurrachman Asy Syafi'iy



Share:

(34) SYARAT WUDHU PERTAMA DENGAN AIR MUTLAK

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى


(ﻭَﺷُﺮُﻭْﻃُﻪُ)

dan syarat-syaratnya

 ﺃَﻱِ اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ

maksudnya (syarat-syarat sah) berwudhu

 (ﻛَﺎﻟْﻐَﺴْﻞِ)

adalah seperti mandi (wajib)

 ﺃَﻱْ ﻛَﺸُﺮُﻭْﻃِﻪِ ﺧَﻤْﺴَﺔٌ 

maksudnya seperti syarat-syarat mandi (yang) 5

ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ (ﻣَﺎءُ ﻣُﻄْﻠَﻖٍ)

Pertama adalah air mutlak

 ﻭَﻟَﻮْ ﻣَﻈْﻨُﻮْﻧًﺎ 

sekalipun yang diduga (air mutlak)

ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﺃَﻥْ ﻳُﻄْﻠَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ اﺳْﻢُ اﻟْﻤَﺎءِ بِلَا ﻗَﻴْﺪٍ

dan air mutlak adalah apa apa yang sah dimutlakkan kepadanya nama air tanpa qoid.

Penjelasan :

Qoid maksudnya adalah yang mengkhususkan nama air, contohnya air kopi, air susu, air teh. Semuanya itu suci tapi tidak dapat mensucikan.


 ﻓَﺸَﻤِﻞَ اﻟْﻤَﺎءُ اﻟْﻤُﺘَﻐَﻴِّﺮُ ﻛَﺜِﻴْﺮًا ﺑِﻤَﺎ لَا ﻳَﺴْﺘَﻐْﻨِﻰ اﻟْﻤَﺎءُ ﻋَﻨْﻪُ  

maka mencakup air yang berubah banyak dengan sebab sesuatu yang mana air tidak bebas darinya

  كَطِيْنٍ  ﻭَﻃُﺤْﻠَﺐٍ 

seperti lumpur dan alga.

Penjelasan :

contoh air sungai warnanya sudah berubah menjadi kecoklatan karena bercampur dengan lumpur, yang demikian dikarenakan air tidak bisa bebas dari lumpur, maka air sungai seperti itu tetap suci dan mensucikan, bisa untuk digunakan bersuci.


ﻭَﻫُﻮَ ﺷَﻲْءٌ ﺃَﺧْﻀَﺮُ ﻳَﻌْﻠُﻮْ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪِ اﻟْﻤَﺎءِ ﻣِﻦْ ﻃُﻮْﻝِ اﻟْﻤَﻜْﺚِ 

Dan alga adalah sesuatu yang berwarna hijau mengapung di atas permukaan air karena lama menggenang.

ﻭَلَا ﻓَﺮْﻕَ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻓِﻲْ ﻣَﻘَﺮِّ اﻟْﻤَﺎءِ ﻭَﻣَﻤَﺮِّﻩِ ﺃَﻭَّلًا

dan tidak ada perbedaan antara adanya di dalam kolam air dan tempat berlalunya diawal.

ﻭَاﻟْﻤُﺘَﻐَﻴِّﺮُ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻣَﻮْﺿِﻊِ ﻗَﺮَاﺭِﻩِ ﻭَﻣُﺮُﻭْﺭِﻩِ ﻓَﻬُﻮَ ﻣُﻄْﻠَﻖٌ 

dan air yang berubah dengan apa apa yang ada di dalam tempat menggenangnya dan tempat berlalunya maka yang demikian adalah air mutlak, 

ﻳَﺼِﺢُّ اﻟﺘَّﻄْﻬِﻴْﺮُ ﺑِﻪِ 

sah bersuci dengannya

ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ اﻟﺘَّﻐَﻴُّﺮُ ﻛَﺜِﻴْﺮًا

sekalipun sudah berubah banyak

 ﻟِﻌَﺪَﻡِ اﺳْﺘِﻐْﻨَﺎﺋِﻪِ ﻋَﻨْﻪُ 

karena tidak bisa bebasnya darinya.


Halaman : 16



Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(33) HUKUM WADAH AIR TERBUAT DARI EMAS ATAU PERAK

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﻭَﺃَﻣَّﺎ الْأَﻭَاﻧِﻲ 

Dan adapun wadah-wadah

ﻓَﻴَﺤِﻞُّ اﺳْﺘِﻌُﻤَﺎﻝُ ﻛُﻞِّ ﺇِﻧَﺎءٍ ﻃَﺎﻫِﺮٍ

Maka boleh menggunakan semua wadah yang suci

 ﻭَﻟَﻮْ ﻧَﻔِﻴْﺴًﺎ ﻛَﻴَﺎﻗُﻮْﺕٍ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻩِ

Sekalipun wadah itu sangat berharga seperti (terbuat dari) berlian dan semisalnya

 ﺇِلَّا ﺁﻧِﻴَّﺔُ اﻟﺬَّﻫَﺐِ ﺃَﻭِ اﻟْﻔِﻀَّﺔِ ﻓَﺤَﺮَاﻡُ اﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَاﺗِّﺨَﺎﺫِﻫَﺎ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ اﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝٍ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻨِّﺴَﺎءِ ﻭَاﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ

Kecuali wadah emas, perak, maka haram menggunakannya dan haram membuat wadah darinya bagi para perempuan dan para lelaki tanpa keperluan memakainya (sebagai perhiasan).


Penjelasan : 

Maksudnya wadah air dari emas dan perak itu haram hukumnya, termasuk untuk dijadikan piring, gelas, mangkuk, sendok, panci dan apa saja yang dilarang penggunaannya untuk para wanita dan para lelaki. Kecuali untuk dipakai sebagai perhiasan maka boleh bagi perempuan dan haram bagi lelaki.


Halaman : 16


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(32) SYARAT BERAMAL DENGAN IJTIHAD DI DALAM MENENTUKAN KESUCIAN AIR

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالى :


ﻭَﺷَﺮْﻁُ اﻟْﻌَﻤَﻞِ بِالْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩِ ﻇُﻬُﻮُﺭُ الْعَلَاﻣَﺔِ 

Dan syarat beramal dengan ijtihad adalah nampak adanya tanda

ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻈْﻬُﺮْ ﻟَﻪُ ﺷَﻲْءٌ 

jika tidak nampak baginya sesuatu apapun

ﺃَﺭَاﻕَ اﻟْﻤَﺎءَﻳْﻦِ

Maka ia menumpahkan kedua air itu.


Qultu : 

Menumpahkan kedua air yang tidak jelas mana yang suci dan mana yang najis sehingga yakin tidak ada air yang tersisa.


 ﺃَﻭْ ﺧَﻠَﻂَ ﺃََﺣَﺪَﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﻀَﻪُ ﺑِﺎلْآﺧَﺮِ 

Atau mencampurkan salah satunya atau sebagiannya dengan yang lain


Qultu : 

Mencampurkan kedua air sehingga menjadi yakin tidak tersisa lagi air yang suci.


ﺛُﻢَّ ﺗَﻴَﻤَّﻢَ

kemudian ia bertayamum


Qultu : 

Jika yakin tidak ada lagi air yang suci dengan sebab ditumpahkan atau dicampurkan maka ia boleh bertayamum.

 ﻭَﻋُﻠِﻢَ 

Dan diketahui

ﺃَﻥَّ ﻫَﺬَا ﺷَﺮْﻁٌ ﻟِﻠْﻌَﻤَﻞِ لَا لِأَﺻْﻞِ الْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩِ

Sesungguhnya hal ini adalah syarat bagi beramal, bukan bagi asal ijtihad.


Halaman : 15


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(31) SYARAT BERIJTIHAD MENENTUKAN KESUCIAN AIR

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﻭالْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩُ ﺷُﺮُﻭْﻁٌ 

Dan ijtihad ada beberapa syarat

اﻟﺘَّﻌَﺪُّﺩُ ﻓِﻲ اﻟْﻤُﺸْﺘَﺒِﻪِ

(Pertama) Lebih dari satu di dalam perkara yang samar (tidak jelas)

 ﻭَﺃَﺻْﻠِﻴَّﺔُ اﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ ﻓِﻴْﻪِ 

Dan (kedua) asal suci di dalamnya

ﻭَﻛَﻮْﻥُ الْعَلَامَةُ ﻟَﻬَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻣَﺠَﺎﻝٌ ﺃَﻱْ ﻣَﺪْﺧَﻞٌ 

dan (ketiga) tanda tanda baginya di dalamnya adalah ruang (ijtihad), maksudnya ada jalan masuk (untuk ijtihad)

ﻛَﺎلْأَﻭَاﻧِﻲِّ ﻭَاﻟﺜِّﻴَﺎﺏِ بِخِلَاﻑِ اخْتِلَاِﻁِ اﻟْﻤَﺤْﺮَﻡِ ﺑِﻨِﺴْﻮَﺓٍ

seperti wadah-wadah dan pakaian, lain halnya bercampurnya mahrom dengan beberapa perempuan 

 ﻭَاﻟْﻌِﻠْﻢُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ

Dan (ke empat) mengetahui adanya najis

 ﺃَﻭْ ﻇَﻨُّﻬَﺎ ﺑِﺈِﺧْﺒَﺎﺭِ اﻟْﻌَﺪْﻝِ 

Atau menduganya dengan sebab ada kabar dari orang adil

ﻭَالسَّلَامَةُ ﻣِﻦَ اﻟﺘَّﻌَﺎﺭُﺽِ 

Dan (ke lima) selamat  dari perkara yang kontradiksi

ﻭَﺑَﻘَﺎءُ اﻟْﻤُﺸْﺘَﺒِﻬِﻴْﻦَ ﺇِﻟَﻰ ﺗَﻤَﺎﻡِ الْاِﺟْﺘِﻬِﺎﺩِ 

dan (ke enam) tetap menjadi perkara yang tidak jelas sampai sempurna ijtihad

ﻓَﻠَﻮِ اﻧْﺼَﺐَّ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺑِﺘَﻤَﺎﻣِﻪِ ﺃَﻭْ ﺗَﻠَﻒَ 

Apabila tumpah salah satu dari keduanya dengan sempurna atau menjadi rusak

اِﻣﺘَﻨَﻊَ الْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩُ ﻭَﻳَﺘَﻴَﻤَّﻢُ ﻭَﻳُﺼَﻠِّﻲ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓٍ

Maka terlarang berijtihad dan ia bertayamum dan melakukan shalat tanpa mengulang.

 ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﺮِﻕْ ﻣَﺎ ﺑَﻘِﻲَ

Sekalipun  ia tidak menumpahkan apa yang tersisa.

 ﻭَاﻟْﺤَﺼْﺮُ ﻓِﻲ اﻟْﻤُﺸْﺘَﺒِﻪِ 

Dan (ke tujuh) membatasi (cukup) di dalam perkara yang samar

ﻓَﻠَﻮِ اﺷْﺘَﺒَﻪَ ﺇِﻧَﺎءُ ﺑَﻮْﻝٍ ﺑِﺄَﻭَاﻧِﻲ ﺑَﻠَﺪٍ فَلَا اﺟْﺘِﻬَﺎﺩَ بَلْ ﻳَﺄْﺧُﺬُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺷَﺎءَ

Jika menjadi samar satu wadah air kencing dengan banyak wadah di kampung, maka tidak ada ijtihad, tapi mengambil darinya sesuai yang ia kehendaki

ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺳِﻌَﺔُ اﻟْﻮَﻗْﺖِ فَلَيْسَتْ ﺑِﺸَﺮْﻁٍ 

Dan adapun luasnya waktu bukan syarat (ijtihad)

ﺑَﻞْ ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪُ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺩَﻯ اﺟْﺘِﻬَﺎﺩَﻩُ ﺇﻟﻰ ﺧُﺮُﻭْﺝِ اﻟْﻮَﻗْﺖِ 

bahkan seseorang berijtihad sekalipun ia menunaikan ijtihadnya sampai keluar waktu

ﻭَﻛَﺬَا لَا ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﻛَﻮْﻥُ الْإِﻧَﺎءَﻳْﻦِ ﻟِﻮَاﺣِﺪٍ

dan sama halnya tidak disyaratkan ada dua wadah untuk air yang sama

 ﺑَﻞْ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺎ لِاِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻟَﻴْﺲَ لِأَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﻣِﻦْ ﺇِﻧَﺎﺋِﻪِ ﺇِلَّا ﺑَﻌْﺪَ الْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩِ 

bahkan jika ada dua wadah untuk dua (air yang berbeda), bukan untuk salah satu dari keduanya, maka seseorang berwudhu dari wadahnya kecuali sesudah ijtihad.


Halaman : 15


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(30) IJITIHAD DI DALAM MENENTUKAN KESUCIAN AIR

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالى


ﺃَﻣَّﺎ الْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩُ 

Adapun ijtihad 

ﻓَﺈِﺫَا اﺷْﺘَﺒَﻪَ ﻃُﻬُﻮْﺭُ ﻣَﺎءٍ ﺃَﻭْ ﺗُﺮَاﺏٍ

Apabila menjadi samar kesucian air atau tanah

 ﺑِﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲٍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ

dengan mutanajis dari keduanya

 اﺟْﺘَﻬَﺪَ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ 

Maka seseorang berijtihad halnya (dihukumi) wajib

ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻘْﺪِﺭْ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻴَﻘِﻴْﻦِ

Jika ia tidak mampu di atas yakin (tidak bisa menempuh jalan yg menghasilkan keyakinan)


Qultu : 

Wajib ijtihad menentukan kesucian alat bersuci baik itu air atau tanah jika tidak jelas kesuciannya dan tidak bisa yakin  apakah masih suci atau sudah mutanajis. Ijtihad maksudnya menentukan dengan dugaan kuat dengan melihat tanda tanda yang ada.


 ﻭَﺟَﻮَاﺯًا ﺇِﻥْ ﻗَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻰ ﻃُﻬُﻮْﺭٍ ﺑِﻴَﻘِﻴْﻦٍ

dan halnya (dihukumi) boleh jika ia mampu menetapkan kesucian dengan (menempuh jalan yang bisa menghasilkan) yakin.

 ﻛَﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻂِّ ﻧَﻬْﺮٍ 

Seperti adanya air di tepi sungai.


Qultu : 

Boleh berijtihad sekalipun sebenarnya bisa menetapkan kesucian air di atas keyakinan, seperti air di tepi sungai. Karena air yang mengalir disungai itu bisa diyakini suci dan mensucikan selama tidak berubah sifat-sifatnya, sehingga ia bisa meninggalkan air ditepi sungai lalu menggunakan air yg disungai.


ﻭَاﺳْﺘَﻌْﻤَﻞَ ﻣَﺎ ﻇَﻨَّﻪُ ﻃُﻬُﻮْﺭًا

Dan ia menggunakan apa yang sudah ia duga suci.


Qultu : 

Maksudnya setelah berijtihad dengan dugaan kuat, barulah ia bisa menggunakan alat bersuci setelah ia duga suci.


 ﻭَﺇِﺫَا اﺷْﺘَﺒَﻪَ ﻣَﺎءٌ ﻭَﻣَﺎءُ ﻭَﺭْﺩٍ ﻣُﻨْﻘَﻄِﻊِ اﻟﺮَّاﺋِﺤَﺔِ ﺗَﻮَﺿَّﺄَ ﺑِﻜُﻞِّ ﻣَﺮَّﺓٍ

Dan apabila menjadi samar air dan air mawar yang hilang harumnya, maka seseorang berwudhu dengan tiap tiap yang demikian.


Qultu : 

Air mawar itu suci tapi tidak mensucikan, sehingga ketika hilang harumnya dan menjadi samar antara air mutlak dengan air mawar, maka ia boleh berwudlu dengan tiap tiap yang demikian. Maksudnya misalkan ada dua wadah berisi air, wadah A dan wadah B, tapi tidak jelas mana air mawar dan air mutlak, maka berwudlu dua kali, menggunakan air yg di wadah A dan air yg diwadah B, sehingga menjadi yakin sudah sah bersuci.


 ﻭَﺇِﺫَا اﺷْﺘَﺒَﻪَ ﻣَﺎءٌ ﻭَﺑَﻮْﻝٌ ﺃَﺭَاﻗَﻬُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﺧَﻠَﻄَﻬُﻤَﺎ ﺛُﻢَّ ﺗَﻴَﻤَﻢَّ

Dan apabila menjadi samar air dan air kencing, maka ia menumpahkan keduanya atau mencampurkan keduanya, kemudian ia bertayamum.


Qultu : 

Jika menjadi samar antara air dan air kencing, maksudnya tidak jelas mana yang air suci, dan mana yang air kencing. Maka ia boleh menumpahkan keduanya atau mencampurkan keduanya sehingga ia bisa bertayamum. Karena syarat sah bertayamum adalah tidak ada air suci. 


Halaman : 16


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(29) HUKUM BERWUDHU

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

ﺛُﻢَّ

Kemudian

 اﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓُ ﻗِﺴْﻤَﺎﻥِ

Bersuci itu ada dua :

 ﻃَﻬَﺎﺭَﺓٌ لِأَﺟْﻞِ ﺣَﺪَﺙِ ﺃَﺻْﻐَﺮِ

Bersuci karena hadats kecil

 ﻭَﻃَﻬَﺎﺭَﺓٌ لِأَﺟْﻞِ ﺣَﺪَﺙِ ﺃَﻛَﺒَﺮِ

dan bersuci dari hadats besar

 (ﻓَﺎلْأُﻭْﻟَﻰ)

Yang pertama

 ﺃَﻱْ اﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓُ ﻟِﺤَﺪَﺙِ ﺃَﺻْﻐَﺮِ 

Maksudnya bersuci karena hadats kecil

ﻭَﻫُﻮَ اﻟْﻤَﻘْﺼُﺪُ  

dan yang demikian adalah yang dimaksud

 الأَوَّلُ (اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ) 

(yaitu :) berwudhu

ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺸْﺘَﻖٌ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﺿَﺎءَﺓِ ﺑِﺎﻟْﻤَﺪِّ 

Lafadz wudhu adalah musytaq dari wadho'ah dengan mad

ﻭَﻫِﻲَ اﻟﻨَّﻈَﺎﻓَﺔُ 

Dan yang demikian (maknanya) adalah bersih

ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ اﻟﺸَّﺮْﻉِ 

dan wudhu di dalam syari'at adalah

اِﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝُ اﻟْﻤَﺎءِ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻀَﺎءٍ ﻣَﺨْﺼُﻮْﺻَﺔٍ ﻣُﻔْﺘَﺘَﺤًﺎ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَﺔِ 

menggunakan air di dalam anggota yang dikhususkan yang dimulai dengan niat

ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻗَﺪْ ﻓُﺮِّﺽَ ﻣَﻊَ الصَّلَاﺓِ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ اﻟْﻤِﻌْﺮَاﺝِ 

Dan dahulu wudhu diwajibkan menyertai shalat di dalam malam mi'raj

ﻛَﻤَﺎ ﺭَﻭَاﻩُ اﺑْﻦُ ﻣَﺎﺟَﻪٍ 

sebagaimana telah meriwayatkan yang demikian (imam) Ibnu Majah

ﻭَﻫُﻮَ ﻓَﺮْﺽٌ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤُﺤْﺪِﺙِ 

dan wudhu (hukumnya) adalah wajib bagi orang yang berhadats.

ﻭَﺳُﻨَّﺔٌ ﻟِﺘَﺠْﺪِﻳْﺪٍ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﺑِﺎلْأَﻭَّﻝِ صَلَاﺓً ﻣَﺎ ﻏَﻴْﺮِ ﺳُﻨَّﺔِ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ 

dan sunnah bagi (yang hendak) memperbaharui apabila seseorang sudah mengerjakan shalat diawal tanpa mengerjakan sunnah berwudhu.

Qultu : 

Disunnahkan memperbaharui wudhu, maksudnya jika ia shalat di awal waktu dengan berwudhu tanpa mengerjakan sunnah sunnah berwudhu maka ia disunnahkan untuk mengulang wudhunya sekalipun wudhunya belum batal untuk shalat berikutnya.

ﻭَﺗُﻨْﺪَﺏُ ﺇِﺩَاﻣَﺔُ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ 

dan disunnahkan melanggengkan wudhu.

Qultu : 

Maksudnya setiap batal wudhunya kemudian ia segera berwudhu kembali.


Halaman : 16


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(28) SYARAT-SYARAT SAH SHALAT YANG PERTAMA

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﻓَﺼْﻞٌ ﻓِﻲْ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞِﻣَﻨْﺜُﻮْﺭَﺓٍ

Fasal tentang masalah-malasah yang disebarkan (banyak dipertanyakan)

(ﺷُﺮُﻭْﻁُ الصَّلَاﺓِ ﺧَﻤْﺴَﺔٌ 

Syarat syarat shalat ada 5

ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ ﻃَﻬَﺎﺭَﺓٌ ﻋَﻦْ ﺣَﺪَﺙٍ ﻭَﺟَﻨَﺎﺑَﺔٍ) 

kesatunya adalah bersuci dari hadats dan junub

ﻭَﻣَﻘَﺎصِدُ اﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ 

Dan maksud-maksud bersuci ada 4 :

اﻟْﻮُﺿُﻮْءُ ﻭَاﻟْﻐَﺴْﻞُ ﻭَاﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢُ ﻭَﺇِﺯَاﻟَﺔُ اﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ

Wudlu dan mandi, dan tayamum, dan menghilangkan najis.

ﻭَﻭَﺳَﺎﺋِﻠُﻬَﺎ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ 

Dan wasilah-wasilahnya ada 4 :

اﻟْﻤِﻴَﺎﻩُ ﻭَاﻟﺘُّﺮَاﺏُ ﻭَاﻟﺪَّاﺑِﻎُ ﻭَﺣَﺠَﺮُ الْاِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎءِ 

Cairan dan tanah dan yang menyamak (kulit) dan batu istinja.


Qultu : 

Wasilah disana bisa dikatakan alat bersuci, maksudnya alat yang menjadi sebab suatu perkara menjadi suci. Salah satunya disana dikatakan yang menyamak. Maksudnya yang menyamak kulit. Karena kulit bangkai yang semula najis bisa menjadi suci dengan sebab disamak. Sehingga bagi orang yang memiliki tas dari kulit buaya atau ular tidak perlu khawatir akan status hukumnya, apakah yang demikian suci atau najis. Karena sudah disamak maka dipastikan hukumnya suci.


ﻭَﻭَﺳَﺎﺋِﻞُ اﻟْﻮَﺳَﺎﺋِﻞِ ﺷَﻴْﺌَﺎﻥِ

dan wasilah-wasilah dari wasilah-wasilah ada 2 :

 الْاِﺟْﺘِﻬَﺎﺩُ وَالْأَوَانِي

Ijtihad dan wadah-wadah.


Qultu : 

Ijtihad disini bukan ijtihad menentukan hukum fiqih suatu perkara, apakah itu wajib, sunnah, makruh dst. Akan tetapi ijtihad di dalam menetapkan air yang akan digunakan bersuci apakah ia suci dan mensucikan atau tidak suci. Tentang ijtihad akan dijelaskan segera dipostingan berikutnya.


Halaman : 15


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(27) NABI ﷺ TIDAK DILAHIRKAN LEWAT FARJI

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمه الله تعالى :


ﻭَﻧَﻘَﻞَ ﺑَﻌْﺾُ الْأَﻓَﺎضِلِ ﻋَﻦِ اﻟْﻘُﻠْﻴُﻮْﺑِﻲِّ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤْﻊٍ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺤَﻘِّﻘِﻴْﻦَ

Sebagian para ulama telah menukil dari Imam Al Qulyubi dan dari beberapa ahli tahqiq :

 ﺃَﻧَّﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻟَﻢْ ﻳُﻮْﻟَﺪْ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺮْﺝِ 

Sesungguhnya Nabi ﷺ tidak dilahirkan dari farji (vagina)

ﺑَﻞْ ﻣِﻦْ ﻣَﺤَﻞٍّ ﻓُﺘِﺢَ ﻓَﻮْﻕَ اﻟْﻔَﺮْﺝِ ﻭَﺗَﺤْﺖَ اﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭَاﻟْﺘَﺄَﻡَ ﻓِﻲْ ﺳَﺎﻋَﺘِﻪِ

Tapi dari letak yang dibuka di atas farji dan di bawah pusar  dan menjadi rapat kembali pada waktunya

ﻭَﻧُﻘِﻞَ ﻋَﻦِ اﻟْﻘَﺎﺿِﻲِّ ﻋِﻴَﺎﺽٍ ﺃَﻥَّ ﻣِﺜْﻠَﻪُ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ ﺟَﻤِﻴْﻊُ الْأَﻧْﺒِﻴَﺎءِ ﻭَاﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴْﻦَ 

Dan telah dinukil dari Al Qadhi 'Iyadh : Serupa dengan cara kelahiran Nabi ﷺ semua Nabi dan para Rasul

ﻟَﻜٍﻦَّ ﻗَﺎﻝَ الْعَلَاﻣَﺔُ اﻟﺘِّﻠِﻤْﺴَﺎﻧِﻲُّ 

Akan tetapi Syaikh At Tilimsaniy berkata :

ﻭَﻛُﻞُّ ﻣِﻦَ الْأَﻧْﺒِﻴَﺎءِ ﻏَﻴْﺮَ ﻧَﺒِﻴٌِﻨَﺎ ﻣَﻮْﻟُﻮْﺩُﻭْﻥَ ﻣِﻦْ ﻓَﻮْﻕِ اﻟْﻔَﺮْﺝِ ﻭَﺗَﺤْﺖَ اﻟﺴُّﺮَّﺓِ

Semua Nabi selain Nabi kami adalah yang dilahirkan dari atas farji dan di bawah pusar

 ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻧَﺒِﻴُّﻨَﺎ ﻓَﻤَﻮْﻟُﻮْﺩٌ ﻣِﻦَ اﻟْﺨَﺎﺻِﺮَﺓِ اﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ ﺗَﺤْﺖَ اﻟﻀُّﻠُﻮْﻉِ ﺛُﻢَّ اﻟﺘَّﺄْﻡِ ﻟِﻮَﻗْﺘِﻪِ ﺧُﺼُﻮْﺻِﻴَّﺔً ﻟَﻪُ

Dan adapun Nabi kami dilahirkan dari lambung sebelah kiri, di bawah tulang rusuk, kemudian menjadi rapat pada waktunya sebagai kekhususan baginya

 ﻓَﺘَﺤْﺼُﻞُ ﻟَﻚَ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ 

maka kesimpulan bagi mu dari keterangan ini adalah :

ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳَﺼِﺢَّ ﻧَﻘْﻞٌ ﺑِﻮلَاﺩَﺗِﻪِ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﺮْﺝِ ﻭَﻛَﺬَا ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﻣِﻦَ الْأَﻧْﺒِﻴَﺎءِ 

Sesungguhnya tidak sohih nukilan tentang kelahiran Nabi ﷺ dari farji dan sama halnya selainnya dari para Nabi

ﻭَﻟِﻬَﺬَا ﺃَﻓْﺘَﻰ اﻟْﻤَﺎﻟِﻜِﻴَّﺔُ ﺑِﻘَﺘْﻞٍ ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﻧَﺒِﻴَّﻨَﺎ ﻭُﻟِﺪَ ﻣِﻦْ ﻣَﺠْﺮَﻯ اﻟْﺒَﻮْﻝِ اﻩ

Dan dikarenakan hal ini para ulama Malikiyyah berfatwa wajib dihukum mati orang yang berkata sesungguhnya Nabi Kami dilahirkan dari tempat mengalir air kencing.


Qultu : 

Kelahiran Nabi ﷺ menyerupai operasi caesar, tidak dilahirkan melalui farji. Maka dari itu Ibunda Nabi ﷺ tidak merasa kesulitan saat melahirkan Nabi ﷺ, dan yang demikian adalah kekhususan bagi para Nabi yang dimuliakan oleh Allah dan umatnya.


Halaman 12


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(26) WAJIB MENGAJARKAN ANAK TAMYIZ TENTANG DIUTUSNYA NABI ﷺ

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﻭَﻗﺎَﻝَ 

Dan telah berkata

اﻟﺴَّﻤْﻌَﺎﻧِﻲُّ

Imam As Sam'aniy :

 ﻳَﺠِﺐُ

Wajib 

(ﻋَﻠَﻰ الْآﺑَﺎءِ) 

bagi para ayah, 

ﺛُﻢَّ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻮَﺻِﻲِّ

kemudian orang yang diwasiatkan 

  ﺃَﻭِ اﻟْﻘَﻴْﻢِ 

atau yang mengurus anak 

(ﺗَﻌْﻠِﻴْﻤُﻪُ) 

(Wajib) mengajarkan si anak

ﺃَﻱِ اﻟْﻤُﻤَﻴّﺰُ

Maksudnya anak yang sudah tamyiz

 (ﺃَﻥَّ ﻧَﺒِﻴَّﻨَﺎ) ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ اﻟﻠﻪِ 

(agar berikrar dengan hafalan) Sesungguhnya Nabi kami Muhammad bin Abdullah

ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ 

(ﺑُﻌِﺚَ ﺑِﻤَﻜَّﺔَ) 

telah diutus di mekkah

ﺇِﻟَﻰ ﻛَﺎﻓَّﺔِ اﻟﺜَّﻘَﻠَﻴْﻦِ 

(untuk berdakwah) kepada semua jin dan manusia

(ﻭَﺩُﻓِﻦَ ﺑِﺎﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔِ) 

dan (ketika Nabi wafat) dikuburkan di madinah. 

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻭَاﺟِﺐُ اﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ ﻭَاﻟْﻤَﺤَﺒَّﺔِ اِﻧْﺘَﻬَﻰ

Dan yang demikian (Ats Tsaqalain = jin dan manusia) adalah yang wajib ta'at dan wajib cinta (kepada Nabi) Selesai.


Qultu : 

Para ayah wajib mengajarkan anaknya yang sudah tamyiz sebagaimana yang dituturkan oleh mushonnif. Mengajarkan disini maksudnya adalah agar menghafal, tidak wajib sampai faham. Karena anak kecil itu akalnya masih sulit memahami apa yang diajarkan. Akan tetapi anak kecil sangat kuat di dalam hafalan. Nanti jika sudah dewasa barulah si anak akan memahami tentang wajibnya ta'at dan cinta kepada Rasulullah ﷺ.


Halaman : 12


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(25) WASILAH-WASILAH BERDALIL

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


ﻭَﺃَﻭَّﻝُ ﻭَاﺟِﺐٍ ﻣِﻦَ اﻟْﻮَﺳَﺎﺋِﻞِ اﻟﻨَّﻈْﺮِ

Dan yang wajib di awal dari wasilah-wasilah berdalil

ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺄَﻣَّﻞَ ﺑِﻔِﻜْﺮِﻩِ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﺼْﻨُﻮْﻋَﺎﺕِ

Yang demikian adalah seseorang merenungkan dengan pemikirannya tentang mahluk-mahluk

 ﻓَﻴَﺴْﺘَﺪِﻝُّ ﺑِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮْﺩِ اﻟﺼَّﺎﻧِﻊِ ﻭَﺻِﻔَﺎﺗِﻪِ

Lalu ia berdalil dengannya untuk menetapkan adanya sang pencipta dan sifat-sifat Nya

 ﻓَﻴَﻨْﻈُﺮُ ﻓِﻲْ ﺃَﺣْﻮَاﻝِ ﺫَاﺗِﻪِ ﻭَﻣَﺎ اﺷْﺘَﻤَﻠَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ 

Ia melihat keadaan-keadaan dirinya dan apa-apa yang tercakup padanya

ﻣِﻦْ ﺳَﻤْﻊٍ ﻭﺑَﺼَﺮٍ ﻭَﻛَﻼَﻡٍ ﻭَﻃُﻮْﻝٍ ﻭَﻋُﻤْﻖٍ ﻭَﺭِﺿَﺎ ﻭَﻏَﻀَﺐٍ ﻭَﺑَﻴَﺎﺽٍ ﻭَﺣَﻤْﺮَﺓٍ ﻭَﺳَﻮَاﺩٍ ﻭَﻋِﻠْﻢٍ ﻭَﺟَﻬْﻞٍ ﻭَﻟَﺬَّﺓٍ ﻭَﺃَﻟَﻢٍ 

Dari mendengar, melihat, berbicara, (memiliki) tinggi, lebar, ridho, marah, (memiliki warna) putih, merah, hitam, mengetahui, bodoh, lezat, dan pedih.

ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻤَّﺎ ﻻَ ﻳُﺤْﺼَﻰ

Dan selain dari yang demikian itu dari sifat-sifat mahluk yang tidak dapat dihitung.

 ﻛُﻠُﻬَﺎ ﻣُﺘَﻐَﻴَّﺮَﺓٌ ﻣِﻦْ ﻋَﺪَﻡٍ ﺇِﻟَﻰ ﻭُﺟُﻮْﺩٍ ﻭَﺑِﺎﻟْﻌَﻜْﺲِ 

Semuanya adalah yang berubah dari tiada menjadi ada dan sebaliknya.

ﻓَﺘَﻜُﻮْﻥُ ﺣَﺎﺩِﺛَﺔً 

Maka adanya yang demikian itu (dikatakan) hadits (baru)

ﻭَﻫِﻲَ ﻗَﺎﺋِﻤَﺔٌ ﺑِﺎﻟﺬَّاﺕِ ﻻَﺯِﻣَﺔً ﻟَﻬَﺎ 

Dan yang demikian adalah yang tegak dengan diri manusia, keadaan yang lazim baginya.

ﻭَمُلَاﺯِﻡُ اﻟْﺤَﺎﺩِﺙِ ﺣَﺎﺩِﺙٌ 

(Segala sesuatu) yang melazimkan hadits, maka dia adalah hadits.

ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﺩَﻟِﻴْﻞُ الْاِﻓْﺘِﻘَﺎﺭِ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﺎﻧِﻊٍ ﺣَﻜِﻴْﻢٍ ﻭَاﺟِﺐِ اﻟﻮُﺟُﻮْﺩِ ﻋَﺎﻡِ اﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺗَﺎﻡِ اﻟْﻘُﺪْﺭَﺓِ ﻭَالْإِﺭَاﺩَﺓِ ﻓَﺎﻋِﻞٍ بِالْاِﺧْﺘِﻴَﺎﺭِ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎءُ

dan yang demikian itu adalah dalil butuhnya kepada sang pencipta yang menetapkan, yang wajib ada, yang sempurna ilmu (Nya), yang sempurna kekuasaan (Nya) dan  kehendak (Nya).

 ﺛُﻢَّ ﻳَﺘَﺄَﻣَّﻞَ ﻓِﻲْ اَﻟﻌَﺎﻟَﻢِ اﻟْﻌُﻠْﻮِﻱِّ 

Kemudian ia merenungkan alam yang tinggi

ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺎ اﺭْﺗَﻔَﻊَ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﻠَﻜِﻴَّﺎﺕِ 

Dan yang demikian adalah apa apa (yang berada) tinggi dari angkasa raya

ﻣِﻦْ ﺳَﻤَﻮَاﺕٍ ﻭَﻛَﻮَاﻛِﺐٍ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ 

Dari langit-langit, bintang-bintang dan selainnya

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﺠِﺪُ ﺑَﻌْﺾُ ﺫَﻟِﻚَ ﺳَﺎكِنًا ﻭَﺑَﻌْﻀُﻪُ ﻣُﺘَﺤَﺮُِﻛًﺎ ﻭَﺑَﻌْﻀُﻪُ ﻧُﻮْﺭَاﻧِﻴًّﺎ ﻭَﺑَﻌْﻀُﻪُ ﻇُﻠْﻤَﺎﻧِﻴًّﺎ 

Sebagian dari yang demikian itu ada yang diam dan sebagian lain ada yang bergerak, sebagian ada yang bersinar dan sebagian lain ada yang gelap (tidak bersinar)

ﻭَﺫَﻟِﻚ ﺩَﻟِﻴْﻞُ ﺣُﺪُﻭْﺛِﻬَﺎ ﻭَاﻓْﺘِﻘَﺎﺭِﻫَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﺎﻧِﻊٍ ﺣَﻜِﻴْﻢٍ

Dan yang demikian itu adalah dalil sifat barunya dan dalil butuhnya kepada sang pencipta yang menetapkan.

 ﺛُﻢَّ ﻳَﺘَﺄَﻣَّﻞَ ﻓِﻲ اﻟْﻌَﺎﻟَﻢِ اﻟﺴُّﻔْﻠِﻲِّ

Kemudian ia merenungkan alam yang di bawah

 ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺎ ﻧَﺰَﻝَ ﻣِﻦَ اﻟْﻔَﻠَﻜِﻴَّﺎﺕِ

Dan yang demikian adalah apa-apa yang berada di bawah angkasa.

 ﻛَﺎﻟْﻬَﻮَاءِ ﻭَاﻟﺴِّﺤَﺎﺏِ ﻭَالْأَﺭْﺽِ 

Seperti udara, awan dan bumi

ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣِﻦَ اﻟْﻤَﻌَﺎﺩِﻥِ ﻭَاﻟْﺒِﺤَﺎﺭِ ﻭَاﻟﻨَّﺒَﺎﺕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ 

Dan apa apa yang ada di dalamnya dari hasil-hasil tambang, laut-laut dan tumbuhan

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﺠِﺪُ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ ﺻَﻨْﻌًﺎ ﺑَﺪِﻳْﻊِ اﻟْﺤُﻜْﻢِ

Maka di dalam yang demikian itu ada ciptaan ketetapan sang pencipta

 ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻮَاﻥٍ ﻣُﺴْﺘَﺤْﺴَﻨَﺔٍ ﻓِﻲ اﻟْﺤَﻴَﻮَاﻧَﺎﺕِ ﻭَاﻟﻨَّﺒَﺎﺗَﺎﺕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻫِﻤَﺎ 

dari warna-warna dianggap bagus pada hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan selain dari keduanya

ﻭَاخْتِلَاﻑِ ﺑِﻘَﺎﻉٍ ﻭَﺃَﺻْﻮَاﺕٍ ﻭَﺃَﻟْﻮَاﻥٍ ﻭَﻣَﻘَﺎﺩِﻳْﺮٍ ﻭَﻟُﻐَﺎﺕٍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ لَا ﻳُﺤْﺼَﻰ ﻣِﻦَ اﻟﺼِّﻔَﺎﺕِ

Dan perbedaan luas bidang tanah, perbedaan suara-suara, warna-warna, ukuran-ukuran dan bahasa-bahasa sampai apa apa yang tidak dapat dihitung dari sifat-sifat (mahluk)

 ﻭلَا ﻳُﺤِﻴْﻂُ ﺑِﻪِ ﺇِلَّا ﺧَﺎﻟِﻖُ الْأَﺭْﺽِ ﻭَاﻟﺴَّﻤَﻮَاﺕِ 

Dan tidak akan meliputi dengan yang demikian kecuali yang menciptakan bumi dan langit-langit

ﻭَﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺫَﻟِﻚَ مُلَازِﻡُ الْأَﻋْﺮَاﺽِ اﻟْﺤَﺎﺩِﺛَﺔِ 

Dan semua itu adalah yang melazimkan gambaran-gambaran hadits

ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺪُﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﺣُﺪُﻭْﺛِﻪِ

Dan yang demikian itu menunjukkan kepada sifat barunya

 ﻓَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﺩَالًّا ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮْﺩِ اﻟﺼَّﺎﻧِﻊِ ﻭَﻋِﻠْﻤِﻪِ ﻭَﻗُﺪْﺭَﺗِﻪِ ﻭَﺇِﺭَاﺩَﺗِﻪِ ﻭَﺣَﻴَﺎﺗِﻪِ 

Maka yang demikian menjadi petunjuk atas adanya sang pencipta dan ilmu Nya, kekuasaan Nya, kehendak Nya dan sifat hidup Nya. 

لِأَﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ لَا ﻳَﺼْﺪُﺭُ ﺇِلَّا ﻋَﻤَّﻦِ اﺗَّﺼَﻒَ ﺑِﻤَﺎ ﺫُﻛِﺮَ

Karena yang demikian itu tidak akan tercapai kecuali dari dzat yang memiliki sifat dengan sifat sifat yang sudah dituturkan tersebut.


Qultu : 

Dengan merenungkan dan memikirkan Semua mahluk. Bermula dari diri kita, mahluk di atas langit lalu mahluk yang ada di bumi. Semua nya memiliki sifat sifat yang berbeda satu sama lain. Di atas semua perbedaan tersebut terdapat suatu keteraturan yang pasti dan memiliki fungsi masing masing sehingga secara logika mustahil terjadi secara kebetulan tanpa ada yang menciptakan sebagaimana pemikiran orang-orang atheis, tapi wajib ada yang menciptakan, yang menetapkan, yang memiliki ilmu, kekuasaan dan kehendak. Dengan cara berdalil seperti itulah yang diwajibkan, sehingga hilang keraguan akan adanya Allah sang pencipta.


Halaman : 12


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

(24) YANG PERTAMA KALI WAJIB DIPELAJARI MUKALLAF

KAJIAN FIQIH

KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى :


(ﻭَﺃَﻭَّﻝُ ﻭَاﺟِﺐٍ)

Dan awal yang wajib

 ﻣِﻦَ اﻟْﻤَﻘَﺎﺻِﺪِ 

Dari maksud maksud (syari'at)

ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ

terhadap semua mukallaf 

 ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ

Dari laki-laki dan perempuan

 ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔُ ﻛُﻞِّ ﻋَﻘِﻴْﺪَﺓٍ 

Adalah mengetahui semua akidah

ﺑِﺎﻟﺪَّﻟِﻴْﻞِ اﻹِﺟْﻤَﺎﻟِﻲِّ

Dengan dalil ijmaliy


Qultu : 

Pertama kali yang wajib, maksudnya adalah kewajiban yang harus didahulukan bagi setiap mukallaf (orang yang sudah baligh dan berakal) adalah mengetahui semua akidah (keyakinan) yang wajib diyakini dengan dalil ijmaliy, maksudnya dalil yang umum yang mudah difahami, dan dalil itu menunjukkan kepada keyakinan yang wajib diyakini.


 ﻭَﻳَﻘُﻮْﻡُ ﻣَﻘَﺎﻡُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺘِﻪِ 

Dan tegak maqom pengetahuannya itu

ﺑِﺎﻟْﻜَﺸْﻒِ

Dengan membuka (ta'bir).


Qultu : 

Maksudnya dengan melihat kepada ta'bir. Ta'bir secara bahasa ungkapan lisan, maka maksudnya dengan melihat kepada ayat ayat Al Qur'an atau hadits, yang demikian disebut dalil naqli. Ada juga ta'bir secara istilah yaitu dengan melihat alam semesta, karena alam semesta adalah bukti dari apa yang diungkapkan di dalam al qur'an.


ﻭَاﻟْﻤَﻌْﺮِﻓَﺔُ 

Dan pengetahuan itu adalah

ﺟَﺰْﻡٌ ﺑِﺎﻟْﻌَﻘَﺎﺋِﺪِ

Penetapan dengan akidah akidah

 ﻣُﻄَﺎﺑِﻖٌ ﻟِﻠْﻮَاﻗِﻊِ

Yang berkesesuaian dengan fakta

 ﻧَﺎﺷِﻰءٌ ﻋَﻦْ ﺩَﻟِﻴْﻞٍ

Yang tumbuh dari dalil

 ﻓَﺨَﺮَﺝَ ﺑِﻬَﺎ 

Maka keluar dengan sebab pengetahuan demikian

اﻟﻈَﻦُ ﻭَاﻟﺸَﻚُّ ﻭَاﻟﻮَﻫْﻢُ ﻓِﻲْ اﻟْﻌَﻘَﺎﺋِﺪِ

Dugaan, keraguan dan wahm di dalam akidah

 ﻓَﺈِﻥَّ ﺻَﺎﺣِﺒَﻬَﺎ ﻛَﺎﻓِﺮٌِ

Sesungguhnya pemiliknya adalah orang yang kafir.


Qultu : 

Keyakinan tidak boleh dengan dugaan, tidak boleh ada keraguan dan tidak boleh ada wahm. Wahm yang dimaksud adalah keyakinan yang membatalkan akidah yang hak. Barang siapa tegak akidahnya hanya dengan dugaan, seperti seseorang yang berkata : Saya menduga Allah itu ada, atau ada keraguan, seperti seseorang berkata : Aku ragu Allah itu ada, atau ada wahm, seperti pemikiran atheis yang mengatakan alam semesta terjadi secara kebetulan. maka dia dihukumi kafir. Semua itu hanya bisa hilang dengan pengetahuan yang tumbuh dari dalil, yaitu dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli dengan melihat kepada Al Qur'an dan hadits. Dalil Aqli dengan logika berpikir. Contohnya di dalam menetapkan keyakinan Allah itu ada sebagai pencipta dan mengatur alam semesta. Maka dalil naqli dengan melihat ayat ayat Al Qur'an yang menegaskan Allah adalah sang pencipta alam semesta. Sedangkan dalil aqli adalah dengan logika berpikir, seperti ketika ia melihat kejadian alam semesta disekitarnya. Adanya bumi dan matahari, dimana manusia di bumi membutuhkan sinar matahari, dan ditetapkan jarak antara matahari dan bumi yang tetap tidak berubah, karena jika terlalu dekat maka manusia akan hangus terbakar, dan apabila terlalu jauh maka manusia akan membeku. Secara logika itu semua mustahil terjadi secara kebetulan, pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah azza wa jalla.


Halaman : 12


Abdurrachman Asy Syafi'iy


Share:

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali