KAJIAN FIQIH
KITAB NIHAYATUZ ZAIN
Karya Syaikh Nawawi Al Bantani
بسم الله الرحمن الرحيم
قال المصنف رحمه الله تعالی
ﻓَﻬَﺬِﻩِ ﻋَﺸَﺮَﺓٌ ﻓِﻲ ﻭُﺿُﻮْءِ اﻟﺴَّﻠِﻴْﻢِ ﻭَﺻَﺎﺣِﺐِ اﻟﻀَّﺮُﻭْﺭَﺓِ
ﻣَﻌًﺎ
Maka hal ini adalah sepuluh (syarat) di dalam wudhu orang
yang selamat (dari keadaan darurat) dan yang sedang di dalam keadaan darurat.
ﻭَﻳُﺰَاﺩُ ﻓِﻲْ ﻭُﺿُﻮْءِ
ﺻَﺎﺣِﺐِ اﻟﻀَّﺮُﻭْﺭَﺓِ ﺷَﺮْﻁُ ﺁﺧَﺮٍ
Dan ditambahkan di dalam wudhu orang yang di dalam keadaan
darurat satu syarat yang lain.
ﻭَﻫُﻮَ ﺧَﺎﻣِﺲٌ ﻓِﻲْ كَلَاﻡِ
اﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒِ
dan yang demikian adalah yang kelima di dalam perkataan
mushonnif
ﻓَﻘَﺎﻝَ
Lalu mushonnif berkata :
(ﻭَﺩُﺧُﻮْﻝُ ﻭَﻗْﺖٍ) ﺃَﻭْ ﻇَﻦُّ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ (ﻟِﺪَاﺋِﻢِ ﺣَﺪَﺙٍ)
ﻛَﺴَﻠَﺲِ ﺑَﻮْﻝٍ
dan masuk waktu atau menduga masuk waktu bagi orang yang
langgeng hadats seperti salasul baul.
ﻭَﻫُﻮَ اﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺘَﻘَﺎﻃَﺮُ ﺑَﻮْﻟُﻪُ ﺩَاﺋِﻤًﺎ
dan salasul baul adalah orang yang menetes air kencingnya
terus menerus (tidak bisa ditahan).
ﻭَﻳُﺸْﺘَﺮَطُ ﻟَﻪُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﺗَﻘَﺪُّﻡُ الْاِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎءِ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
لِأَنَّهُ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﻟِﻄُﻬْﺮِﻩِ ﺗَﻘَﺪُّﻡُ ﺇِﺯَاﻟَﺔِ اﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ
dan disyaratkan baginya juga lebih dulu istinja di atas
wudhu karena yang demikian disyaratkan bagi kesuciannya : lebih dulu
menghilangkan najis.
ﻭَﺗَﻘَﺪُّﻡُ اﻟﺘَّﺤَﻔُّﻆِ ﻣِﺜْﻞِ اﻟْﺤُﺸْﻮِ ﻭَاﻟْﻌَﺼْﺐِ ﻭَاﻟْﻤُﻮَالَاﺓُ
ﺑَﻴْﻦَ الْاِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎءِ ﻭَاﻟﺘّﺤَﻔُّﻆِ
dan lebih dulu jaga-jaga, contohnya menyumbat dengan kapas
dan mengikat dan muwalah antara istinja dan jaga-jaga.
ﻭَاﻟْﻤُﻮَالَاﺓُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
dan muwalah diantara keduanya dan diantara wudhu.
Qultu :
Maksudnya setelah menghilangkan najis segera jaga-jaga dengan cara menyumbat dengan kapas atau mengikat dzakar, lalu segera wudhu.
ﻭَﻳُﺴْﺘَﺜْﻨَﻰ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ اﻟﺴَّﻠَﺲُ ﺑِﺎﻟﺮِّﻳْﺢِ
فَلَا ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ اﻟْﻤُﻮَالَاﺓُ ﺑَﻴْﻦَ ﺫَﻟِﻚَ
dan dikecualikan dari yang demikian itu perkara yang mana
apabila adanya tidak bisa menahan kentut, maka tidak disyaratkan muwalah di
antara yang demikian itu.
ﻭَاﻟْﻤُﻮَالَاﺓُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻓْﻌَﺎﻟِﻪِ
dan muwalah di antara perbuatan-perbuatannya
ﻭَﺃَﻣَّﺎ اﻟْﻤُﻮَالَاﺓُ ﺑَﻴْﻦَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﻭَالصَّلَاﺓِ ﻓَﺸَﺮْﻁٌ
ﻟِﺠَﻮَاﺯِ ﻓِﻌْﻞِ الصَّلَاﺓِ ﺑِﻪِ لَا ﺷَﺮْﻁَ ﻟِﺼِﺤَّﺘِﻪِ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ اﻟﺮَّﺷِﻴْﺪِﻱ
dan adapun muwalah antara wudhu dan sholat adalah syarat
bagi kebolehan melakukan shalat dengan wudhu bukan syarat bagi sahnya wudhu
sebagaimana apa yang telah dikatakan Ar Rosyidiy.
Halaman : 19
Abdurrachman Asy Syafi'iy
0 comments:
Posting Komentar