Kajian Ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf

Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 29 Oktober 2023

(72) FARDHU WUDHU YANG KE LIMA

 KAJIAN FIQIH

 KITAB NIHAYATUZ ZAIN

Karya Syaikh Nawawi Al Bantani

 

بسم الله الرحمن الرحيم

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی 

 

(ﻭَ) ﺧَﺎﻣِﺴُﻬَﺎ

Dan yang ke limanya

(maksudnya fardhu wudhu yang ke lima)

(ﻏَﺴْﻞُ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪِ ﺑِ) ﻛُﻞِّ (ﻛَﻌْﺐٍ)

Membasuh kedua kakinya dengan setiap mata kaki.

 ﺃَﻱْ ﻣَﻌَﻪُ

maksudnya menyertainya.

 ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺷُﻘُﻮْﻕٍ فِيْهِمَا

dan wajib membasuh bathin belahan-belahan pada kedua kaki.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﺗِﻠْﻚَ اﻟﺸُّﻘُﻮْﻕِ ﺷَﻤْﻊٌ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮُﻩُ ﻭَﺟَﺒَﺖْ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻪُ ﺇِلَّا ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲ اﻟﻠَّﺤْﻢِ

Dan apabila pada belahan-belahan itu ada lilin atau semisalnya maka wajib menghilangkannya, kecuali apabila ada cekungan di dalam daging.

Qultu : 

Maksudnya seperti kaki yang kapalan sehingga menyebabkan permukaan kaki tidak rata, ada bagian-bagiannya yang dalam dari atas permukaan kaki.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﻋُﻀْﻮٍ ﻳَﺠِﺐُ ﺗَﻌْﻤِﻴْﻤُﻪُ ﺷَﻮْﻛَﺔٌ فَفيْهَا ﺗَﻔْﺼِﻴْﻞُ ﺣَﺎﺻِﻠِﻪِ

Apabila ada duri di dalam anggota yang wajib diliputi air maka di dalamnya ada perinciannya

ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﻗُﻠِﻌَﺖْ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﻖَ ﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ ﻣَﻔْﺘُﻮْﺣًﺎ

Apabila ada duri sekiranya seandainya dicabut tidak tersisa letaknya yang terbuka.

(Maksudnya seandainya duri dicabut tidak ada bagian daging berlubang)

ﻛَﺸَﻮْﻛَﺔِ اﻟْﻘُﺜَّﺎءِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ

Seperti duri mentimun maka yang demikian tidak membahayakan.

ﻭَﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﻗُﻠِﻌَﺖْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ ﻣَﻔْﺘُﻮْﺣًﺎ

dan apabila ada duri sekiranya seandainya dicabut tersisa letaknya yang terbuka

ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺣَﺎئِلًا

Maka duri itu adalah yang menghalangi

Qultu : 

Maksudnya jika ada duri kecil seperti duri buah mentimun yang sekiranya jika dicabut tidak menyisakan letaknya yang terbuka maka tidak apa apa dibiarkan menancap pada anggota wudhu. Sedangkan apabila durinya ukurannya besar yang sekiranya jika dicabut menyisakan letaknya yang terbuka maka duri itu dianggap sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu.

فَتَجِبُ ﺇِﺯَاﻟَﺘُﻬَﺎ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻬَﺎ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲْ اﻟﻠَّﺤْﻢِ

Maka wajib menghilangkan duri itu selama tidak ada cekungan di dalam daging.

ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻬَﺎ ﻏَﻮْﺭٌ ﻓِﻲ اﻟﻠَّﺤْﻢِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ ﻓِﻲ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﻓِﻲ الصَّلَاﺓِ ﻓَﺘَﻀُﺮُّ ﺇِﺫَا ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣُﺘَّﺼِﻠَﺔً ﺑِﺪَﻡٍّ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻭَﺇِلَّا فَلَا

Jika ada cekungan di dalam daging maka tidak membahayakan di dalam wudhu, dan adapun di dalam shalat yang demikian membahayakan apabila adanya duri terhubung dengan darah yang banyak, jika tidak demikian maka tidak berbahaya.

 ﻫَﺬَا ﻛُﻠُﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺘَﺤِﻢُ اﻟْﺠِﻠْﺪُ ﻓَﻮْﻗَﻬَﺎ ﻭَﺇِلَّا ﺻَﺎﺭَﺕْ ﻣِﻦْ ﺣُﻜْﻢِ اﻟْﺒَﺎﻃِﻦِ فَلَا ﺗَﻀُﺮُّ ﻓِﻲْ ﻭُﺿُﻮْءٍ ﻭَلَا صَلَاﺓٍ

Hal ini semuanya itu selama kulit tidak melekat di atas duri, jika demikian maka duri menjadi hukum bathin, maka duri itu tidak membahayakan di dalam wudhu dan shalat.

Qultu : 

Maksudnya jika duri itu tembus ke dalam dan sudah tertutup kulit di atasnya maka yang demikian tidak membahyakan wudhu dan shalat.


Halaman : 22

 

Abdurrachman Asy Syafi'iy

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama'ah
Fiqih bermadzhab Syafi'iy, aqidah bermadzhab Asy'ari, Tasawuf bermadzhab Imam Ghazali

Syaikh Nawawi Al Bantani

Syaikh Nawawi Al Bantani
Maha guru ulama nusantara

Bentengi ajaran ahlussunnah wal jama'ah dari penyimpangan golongan Wahabi

Arsip Blog