KAJIAN FIQIH
KITAB NIHAYATUZ ZAIN
Karya Syaikh Nawawi Al Bantani
بسم الله الرحمن الرحيم
قَالَ الْمُصَنّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی
(ﻓَﺴِﻮَاﻙٌ ﺑِ) ﻛُﻞِّ (ﺧَﺸِﻦٍ) ﻓَﻴَﺤْﺼُﻞُ ﺑِﺨِﺮْﻗَﺔٍ
Lalu bersiwak dengan semua yang kasar, maka bisa hasil
bersiwak dengan sepotong kain
(Maksudnya sunnah wudhu selanjutnya setelah membasuh kedua
telapak tangan, yaitu bersiwak)
ﻭَﺃَﺭْﻛَﺎﻧُﻪُ ﺧَﻤْﺴَﺔٌ
dan rukun-rukunnya ada 5 :
ﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻭَﻫُﻮَ اﻟﺸَّﺨْﺺُ ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﺑِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻛُﻞُّ ﺧَﺸِﻦٍ
ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻣِﻨْﻪُ ﻛَﺎﻟﺘَّﻐَﻴُّﺮِ مَثَلًا ﻭَﻣُﺴْﺘَﺎﻙٌ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﻫُﻮَ اﻟْﻔَﻢُّ ﻭَﻧِﻴَّﺔٌ
ﻟِﻠﺴُّﻨِّﻴَّﺔِ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﻨْﻮِﻱَ ﺑِﻪِ ﺳُﻨِﻴَّﺘَﻪُ لِلصَّلَاﺓِ مَثَلًا
1. Mustakun (Yang bersiwak ) dan dia adalah seseorang
2. Mustakun bihi (Yang bersiwak dengannya), dan yang
demikian adalah semua yang kasar
3. Mustakun minhu (Yang bersiwak darinya), seperti taghayyur
(perubahan) misalkan.
(Yang dimaksud taghayyur adalah perubahan sisa makanan yang
tersisa di gigi yang menyebabkan bau mulut)
4. Mustakun fiihi (Yang bersiwak di dalamnya), dan yang
demikian adalah mulut
5. Berniat bagi kesunnahan, seperti berniat dengan nya
kesunnahannya untuk shalat misalkan.
(Contohnya seperti berkata saya berniat sunnah bersiwak
untuk shalat)
ﻭَﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻓِﻲ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
ﺑَﻌْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ ﻭَﻗَﺒْﻞَ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔِ
Dan letaknya di dalam wudhu sesudah membasuh kedua telapak
tangan dan sebelum berkumur.
ﻭَلَا ﻳَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﻟِﻨِّﻴَّﺔٍ لِأَﻥَّ ﻧِﻴَّﺔَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
ﺗَﺸْﻤُﻠُﻪُ
Dan tidak perlu seketika itu berniat, karena niat wudhu
sudah mencakupinya.
(Maksudnya pengecualian, apabila siwak di lakukan di dalam
wudhu, ketika mengamalkan sunnah sunnah wudhu maka tidak perlu lagi berniat
sunnah bersiwak karena niat wudhu sudah mencakup niat sunnah bersiwak)
Halaman : 23
Abdurrachman Asy Syafi'iy
0 comments:
Posting Komentar