KAJIAN FIQIH
KITAB NIHAYATUZ ZAIN
Karya Syaikh Nawawi Al Bantani
بسم الله الرحمن الرحيم
قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻭُﺟُﻮْﺩُﻫَﺎ (ﻋِﻨْﺪَ) ﺃَﻭَّﻝِ (ﻏَﺴْﻞِ) ﺟُﺰْءٍ ﻣِﻦْ (ﻭَﺟْﻪٍ)
Dan wajib adanya niat pada awal membasuh bagian dari wajah
ﻭَﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻮِﻱَ ﺳُﻨَﻦَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ ﻋِﻨْﺪَ اﻟﺸُّﺮُﻭْﻉِ
ﻓِﻲ ﻏَﺴْﻞِ الْكَفَيْنِ ﺃَﻭَّﻝَ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
dan seyogyanya ia berniat sunnah-sunnah wudhu pada saat
memulai membasuh kedua telapak tangan di awal wudhu.
Qultu :
Maksudnya dengan berniat " saya mengerjakan
sunnah wudhu" ketika membasuh kedua telapak tangan.
ﻟِﻴُﺜَﺎﺏَ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺴُّﻨَﻦِ
agar diberi pahala atas sunnah-sunnah wudhu
ﻭَﻫَﺬَا ﺃَﺳْﻬَﻞُ ﻣِﻦَ اﻹِﺗْﻴَﺎﻥِ ﺑِﻨِﻴَّﺔٍ ﻣِﻦْ ﻧِﻴَّﺎﺕِ اﻟْﻮُﺿُﻮْءِ
اﻟْﻤُﻌْﺘَﺒَﺮَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ اﻟْﻜَﻔَﻴْﻦِ
dan ini lebih mudah dari mendatangkan niat dari niat-niat
wudhu yang mu'tabaroh ketika membasuh kedua telapak tangan.
لِأَﻧَّﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ كَافِيَّةً ﻟَﻜِﻦَّ ﻳَﻌْﺴُﺮُ ﻣَﻌَﻬَﺎ
ﺗَﺤْﺼِﻴْﻞُ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔِ ﻭَالْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕِ
karena sekalipun yang demikian adakah yang mencukupi tetapi
sulit menyertainya tercapai pahala berkumur dan istinsaq.
ﺇِﺫْ ﻣَﺘَﻰ اﻧْﻐَﺴَﻞَ ﺟُﺰْءٌ
ﻣِﻦْ ﺣَﻤْﺮَﺓِ اﻟﺸَّﻔَﺘَﻴْﻦِ ﻣَﻊَ ﻫَﺬِﻩِ اﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﻓَﺎﺗَﻪُ اﻟْﻤَﻀْﻤَﻀَﺔُ ﻭَالْاِﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕُ
Karena ketika terbasuh satu bagian dari merah kedua bibir
disertai niat ini, maka telah meninggalkannya pahala berkumur dan istinsaq.
Qultu :
Maksudnya jika sudah berniat "saya berniat
mengerjakan fardhu wudhu" ketika membasuh kedua telapak tangan, maka
terbasuhnya kedua merah bibir ketika berkumur dihitung membasuh wajah, sehingga
tidak dihitung berkumur dan tidak dapat dihitung istinsyaq karena sudah
dianggap membasuh wajah yang merupakan fardhu wudhu.
Halaman : 22
Abdurrachman Asy Syafi'iy
0 comments:
Posting Komentar