KAJIAN FIQIH
KITAB NIHAYATUZ ZAIN
Karya Syaikh Nawawi Al Bantani
بسم الله الرحمن الرحيم
قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَی
ﻭَﻛَﻴْﻔِﻴَّﺔُ ﺫَﻟِﻚَ
Dan tatacara yang demikian itu adalah :
(Maksudnya tatacara bersiwak)
ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﺪَﺃَ ﺑِﺎﻟْﺠَﺎﻧِﺐِ
الْأَﻳْﻤَﻦِ ﻣِﻦْ ﻓَﻤِّﻪِ ﻓَﻴَﺴْﺘَﻮْﻋِﺒُﻪُ ﺑِﺎﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ اﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻓِﻲْ الْأَﺳْﻨَﺎﻥِ
اﻟْﻌُﻠْﻴَﺎ ﻭَاﻟﺴُّﻔْﻠَﻰ ﻇَﻬْﺮًا ﻭَﺑَﻄْﻨًﺎ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻮَﺳَﻂِ ﺛُﻢَّ الْأَﻳْﺴَﺮِ ﻛَﺫَﻟِﻚَ
ﺛُﻢَّ اﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﺛُﻢَّ ﺳَﻘْﻒِ اﻟْﺤَﻠْﻖِ
(disunnahkan) orang yang bersiwak memulai dengan sisi
sebelah kanan dari mulutnya lalu menyeluruh dengan menggunakan siwak pada
gigi-gigi bagian atas dan bagian bawah, bagian dzohir dan bathin sampai ke
tengah kemudian ke sebelah kiri sama seperti demikian, kemudian lidah, kemudian
langit-langit rongga mulut.
ﻭَﻳُﺴَﻦُّ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻠَﻊَ ﺭَﻳْﻘَﻪُ ﻭَﻗْﺖَ ﻭَﺿْﻊِ اﻟﺴِّﻮَاﻙِ ﻓِﻲْ
اﻟْﻔَﻢِّ ﻭَﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳُﺤَﺮِّﻛَﻪُ ﻛَﺜِﻴْﺮًا ﻟِﻤَﺎ ﻗِﻴْﻞَ ﺇِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻣَﺎﻥٌ ﻣِﻦَ
اﻟْﺠُﺬَاﻡِ ﻭَاﻟْﺒَﺮْﺹِ ﻭَﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺩَاءٍ ﺳِﻮَﻯ اﻟْﻤَﻮْﺕُ
Dan disunnahkan menelan ludahnya pada waktu meletakkan siwak
di dalam mulut, dan sebelum banyak menggerakkannya, karena dikatakan bahwa yang
demikian mencegah dapat mencegah dari penyakit kusta dan dari semua penyakit
kecuali mati.
ﻭَلَا ﻳَﺒْﻠَﻊَ ﺭَﻳْﻘَﻪُ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻟِﻤَﺎ ﻗِﻴْﻞَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳُﻮْﺭِﺙُ
اﻟْﻮَﺳْﻮَاﺱَ
Dan ia tidak menelan ludahnya sesudah bersiwak karena
dikatakan bahwa yang demikian dapat mengakibatkan penyakit was was
ﻭَﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳَﺰِﻳْﺪَ ﻃُﻮْﻟُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺷِﺒْﺮٍ ﻣُﻌْﺘَﺪِﻝٍّ ﻟِﻤَﺎ
ﻗِﻴْﻞَ اِﻥَّ اﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﺮْﻛَﺐُ ﻋَﻠَﻰ اﻟﺰَّاﺋِﺪِ
Dan dimakruhkan panjang siwak lebih dari satu jengkal orang
dewasa yang normal, karena dikatakan bahwa sesungguhnya setan duduk di atas
batang yang lebih.
Halaman : 23
Abdurrachman Asy Syafi'iy
0 comments:
Posting Komentar